Kamis, 11 Desember 2014

DAERAH ESTUARI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1              LatarBelakang
            Salah satu wilayah pesisir yang paling rawan mendapatkan beban pencemar yang bersumber dari daratan adalah daerah estuaria. Estuaria merupakan badan air tempat terjadinya percampuran massa air laut yang dipengaruhi oleh pasang surut dengan air tawar yang berasal dari daratan. Estuari yang berasal dari bahasa Latin aestus, berarti pasang-surut (ODUM 1971). Wilayah estuaria merupakan pesisir semi tertutup (semi-enclosed coastal) dengan badan air mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka (open sea) dan kadar air laut terlarut dalam air tawar dari sungai. Kondisi ini menyebabkan terbentuknya air payau dengan salinitas yang meningkat kearah mulut sungai. Pada musim kemarau volume air sungai berkurang dan air laut dapat masuk sampai ke arah hulu sehingga salinitas di wilayah estuaria meningkat, sebaliknya pada musim penghujan volume air tawar dari sungai sangat besar dan mengalir ke wilayah estuaria sehingga salinitas menjadi rendah dan salinitas berkisar antara 5 – 16,5 ‰.
Wilayah ini meliputi muara sungai dan delta-delta besar, hutan mangrove dekat estuaria dan hamparan lumpur dan pasir yang luas. Adanya aliran air tawar yang terjadi terus menerus dari hulu sungai dan adanya proses gerakan air akibat arus pasang surut yang mengangkut mineral-mineral, bahan organik dan sedimen merupakan bahan dasar yang dapat menunjang produktifitas perairan di wilayah estuaria yang melebihi produktifitas laut lepas den perairan air tawar. Muara sungai, teluk-teluk di daerah pesisir, rawa pasang-surut dan badan air yang terpisah dari laut oleh pantai penghalang (barrier beach), merupakan contoh dari sistem perairan estuari. Estuari dapat dianggap sebagai zona transisi (ekoton) antara habitat laut dan perairan tawar, namun beberapa sifat fisis dan biologis pentingnya tidak memperlihatkan karakteristik peralihan, lebih cenderung terlihat sebagai suatu karakteristik perairan yang khas (unik).
Menurut UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER 16/MEN/2008 pasal 1 menyatakan bahwa wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Menurut undang-undang ini perairan pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuaria, teluk, perairan dangkal, rawa, payau dan laguna.

1.2  TujuanPenulisan

Tujuandaripenulisanmakalainiadalah
1.                       Menganalisismasalah yang terjadi di daerahestuari
2.                       Pengelolaandaerahestuari
3.                       Undang-undang yang mengaturpengelolaanwilayahestuari
 
  
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Kondisiwilayahestuari

Penggunaan dan pelanggaran atas zona estuari oleh aktifitas manusia saat ini telah mencapaitingkat yang sangat kritis, sehingga amatlah penting untuk lebih memasyarakatkanpemahaman tentang kekhususan dan fungsi dari perairan ini. Karena apabila kecen-derunganperusakan estuari ini tidak segera dikendalikan atau dikelola secara cermat dan bijaksana, dikhawatirkan pemanfaatan sumberdaya dan jasa-jasa lingkungan estuari tidak akan berlangsung secara berkelanjutan.

BEBERAPA KARAKTERISTIK RENTING ESTUARI SEBAGAI SUATU SISTEM
Estuari merupakan bentukan badan air yang sangat khas baik dilihat dari segi morfologi, fisis maupun sebagai suatu sistem secara keseluruhan. Secara geomorfologi estuari terbagai menjadi 4 macam (PRITCHARD 1967), sebagai berikut :
1.      Estuari yang berupa rataan tergenang (Drowned river valley).
Biasanya banyak terbentuk di sepanjang pantai yang memiliki rataan pantai yang dangkal dan lebar. Pada musim penghujan, air dari sungai mehgangkut sejumlah besar sedimen ke arah estuari. Sedangkan pada musim kemarau aliran dari laut mendominasi lingkungan estuari, karena debit air dari sungai sangat rendah.
2.      Estuari bertipe fyord.
Tipe estuari ini biasanya terbentuk di perairan dalam. Morfologi dasar perairan estuari ini biasanya berbentuk huruf U. Kurun sejarah pembentukannya diperkirakan dimulai pada jaman es (glasial period), sehingga dapat digolongkan sebagai bentukan geologis berumur tua.
3.       Estuari dengan pasir penghalang (bar-built estuaries).
Merupakan cekungan dangkal yang sebagian dasar perairannya akan muncul pada saat surut. Perairan ini dapat dikatagorikan sebagai perairan semi tertutup, dengan adanya gundukan pasir penghalang (bars) atau pulau-pulau penghalang(barrier islands). Bentukan penghalang tersebut terputus-putus oleh saluran-saluran kecil (inlet) yang berhubungan langsung dengan laut lepas. Pada kasus-kasus tertentu tumpukan pasir tersebut diendapkan di laut, pada kasus lain tumpukan pasir penghalang tersebut merupakan bekas bentukan bukit-bukit pasir yang berubah karena terisolasi oleh penaikan permukaan laut secara bertahap
4.      Estuari yang terbentuk oleh proses vulkanik
Tipe estuari ini terbentuk dari lekukan garis pantai (pesisir), dimana lekukan tersebut terbentuk karena terjadinya patahan geologis atau oleh penurunan muka bumi secara lokal, proses tersebut biasanya diikuti dengan pemasukan air tawar yang besar.
Pengklasifikasian tipe estuari lain, yang juga merupakan hasil observasi PRITCHARD (dalam ODUM 1971) adalah berdasarkan perbedaan profil hidrografik. Perbedaan ini disebabkan oleh terdapatnya aliran yang berasal dari laut dan darat (sungai) seperti terlihat pada Gambar 1. Kedua aliran tersebut akan menampakkan dominasi yang berlainan karena terdapatnya perbedaan faktor fisik dan fisis pada setiap lingkungan estuari. Dimana perbedaan dominasi tersebut akan menimbulkan perbedaan pada profil hidrologis perairan, seperti dalam pembagian berikut :
a.       Profil hidrografis berlapis (Highly stratified).
Profil perairan ini disebabkan karena terdapatnya dominasi aliran sungai dibandingkan dengan pasang-surut, sebagaimana yang biasa terjadi di muara sungai besar. Masa air tawar yang besar cenderung terapung di atas air laut yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi, sehingga terbentuk bidang pemisah di antar kedua lapisan tesebut (wedge) yang melintang di sepanjang dasar perairan. Tipe pelapisan hidrografis ini akan memperlihatkan sifat holoklin (holocline) pada salinitasnya, yaitu terdapatnya zona perubahan yang tajam pada salinitas air permukaan dan air dasar di perairan estuari tersebut.
b.      Profit hidrografis teraduk sebagian (Partially mixed).
Pada profil seperti ini, input air tawar dan pasang-surut lebih seimbang pengaruhnya. Media pengadukkan yang bekerja secara dominan pada tipe perairan ini adalah efek pasang-surut yang berlangsung secara periodik. Profil salinitas secara vertikal lebih tergradasi karena terdapatnya pengadukan secara vertikal yang kemudian membentuk pola pelapisan yang kompleks pada masa air (gambar 2).

 c.       Profil hidrografis tercampur sempurna (Vertically homogenous estuary).
Tipe estuari ini didominasi oleh efek pasang-surut yang kuat. Air cenderung teraduk dengan sangat baik mulai dan permukaan hingga dasar perairan. Kandungan salinitas relatif tinggi, hampir mendekati salinitas air laut. Variasi utama yang terjadi pada tipe estuari ini lebih banyak terdapat secara horizontal dan pada secara vertikal. Estuari yang memiliki pasir penghalang (bar-built estuary) atau estuari yang tidak memiliki sungai besar merupakan contoh dan tipe perairan ini.
Sebagai suatu sistem, estuari merupakan satu kesatuan yang sangat kompleks. Berdasarkan pada bentuk, kedalaman dan sebaran airiaut serta berbagai material lain ke seluruh sistem, maka estuari dapat dibagi menjadi 4 subsistem (Gambar 3) sebagai berikut :
1)      Subsistem laut (Marin).
Subsistem ini terletak tepat di mulut sungai yang langsung berhubungan dengan laut. Pada zona yang didominasi oleh pengaruh laut ini, selalu terjadi percampuran biota yang berasal dari lingkungan laut menuju estuari dan sebaliknya. Saluran utama berfungsi sebagai gerbang keluar / masuk bagi berbagai jenis ikan dan invertebrata bertaxa tinggi. Biota-biota tersebut memanfaatkan kekayaan nutrien di daerah estuari ini untuk melangsungkan pertumbuhannya yang melalui beberapa fase tersebut. Namun demikian ada pula beberapa estuari yang lebih didominasi oleh komponen air laut, akibat kurangnya aliran air tawar.Kelp dan algae dari jenis lain, biasanya menutupi substrat batu dan membentuk mikrohabitat. Invertebrata bentik yang terdapat di lingkungan ini dapat merupakan jenis marin atau jenis estuari.
2)      Subsistem teluk ( Bay )
Daerah ini dicirikan dengan adanya hamparan rataan lumpur yang tampak ke permukaan pada saat surut, dan tergenang oleh campuran air tawar dan air laut pada saat pasang. Rataan ini tidak hanya terdiri dari lumpur, tapi juga butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai. Butiran pasir yang berasal dari komponen daratan ini diendapkan di teluk bagian atas (bagian rataan yang dangkal)dan sepanjang pinggiran saluran utama (main channel). Partikel yang lebih halus seperti lempung dan lanau, terhanyutkan hingga mencapai tepian rataan di dekat rawa pasang-surut. Pasir yang berasal dan laut dapat juga terbawa masuk ke dalam lingkungan perairan ini hingga beberapa kilometer ke arah sungai, yaitu pada saat terjadi air pasang yang berenergi tinggi.
Air dengan kekayaan nutrien tinggi menggenangi daerah ini dua kali sehari. Air tersebut merupakan media yang ideal bagi fitoplankton untuk dapat menangkap sinar matahari. hasil asimilasi inilah yang merupakan suplai energi secara berkesinam-bungan bagi rantai makanan biologis di lingkungan estuari ini. Energi matahari merupakan pemacu metabolisma kolektif dari keseluruhan perairan estuari ini.
3)      Rawa - rawa ( Slough )
Rawa-rawa ini merupakan percabangan kecil yang menghubungkan teluk dengan saluran utama dari sungai. Input air tawar di lingkungan ini biasanya sedikit. Pengaruh pasang-surut di lingkungan ini tidak sebesar bagian lain dari estuari yang lebih dekat dengan laut. Umumnya rawa-rawa ini terdiri dari saluran yang berkelok yang menerobos rataan lumpur hingga mencapai bagian teluk utama. Saluran kecil inilah yang membawa air pasang hingga ke rawa pasang-surut (marsh) dan bagian ujung dari hutan pantai di daerah tersebut.
4)      Sungai ( Riverine )
Subsistem ini terletak di daerah masuknya air tawar dari gunung menuju lingkungan estuari. Sebagian besar dari subsistem ini berbentuk menyudut dan biasa disebut saluran sungai yang terpengaruh pasang-surut. Salinitas sepanjang tahun di lingkungan ini rendah, malah sebagian dari subsistem ini seluruhnya terdiri dari air tawar.

2.2  Sirkulasi Estuaria
Perbedaan salinitas di wilayah estuaria mengakibatkan terjadinya proses pergerakan masa air. Air asin yang memiliki masa jenis lebih besar dari pada air tawar, menyebabkan air asin di muara yang berada di lapisan dasar dan mendorong air tawar menuju laut. Sistem sirkulasi dalam estuaria yang demikian inilah, yang mengilhami proses terjadinya up-welling. Proses pergerakan antara masa air laut dan air tawar ini menyebabkan terjadinya stratifikasi yang kemudian mendasarnya tipe-tipe estuaria, yaitu : a). Estuaria berstratifikasi sempurna atau estuaria baji garam (salt wedge estuary), jika aliran sungai lebih besar dari pada pasang surut sehingga mendominasi sirkulasi estuaria; b). Estuaria berstratifikasi sebagian atau parsial (moderately stratified estuary), jika aliran sungai berkurang, dan arus pasang surut lebih dominan maka akan terjadi percampuran antara sebagian lapisan masa air; c). Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen vertikal (well-mixed estuaries), jika aliran sungai kecil atau tidak ada sama sekali, dan arus serta pasang surut besar, maka perairan menjadi tercampur hampir keseluruhan dari atas sampai dasar.
2.3  Biota dan Produktifitas
Komunitas estuari membentuk komposisi yang unik berupa percampuran jenis endemik (Jenis yang hidup terbatas di lingkungan estuari), jenis yang berasal dari ekosistem laut dan sebagian kecil jenis biota yang dapat masuk/keluar dari lingkungan air tawar, yaitu biota yang memiliki kemampuan osmoregulator yang baik. Gambar 4 memperlihatkan contoh variasi komunitas biota di perairan estuari berdasarkan zonasi kedalaman air.
Sumber protein dari laut (seafood) merupakan contoh populasi yang baik dari percampuran jenis endemik dan jenis perairan laut. Contoh dari jenis-jenis tersebut adalah kerapu dari jenis Cynoscion nubulosus, sedangkan ikan dari jenis Brevootia sp di jumpai hidup di perairan estuari hanya pada stadium awal. Demikian juga dengan kebanyakan jenis-jenis komersial seperti tiram dan kepiting yang merupakan jenis utama lingkungan ini. beberapa jenis komersial penting dari berbagai jenis udang hidup di laut lepas pada stadium dewasa, dan melewati stadium awal hidupnya di lingkungan estuari. Daur hidup seperti ini sangat umum dijumpai pada biota nekton di daerah pesisir, dimana estuari digunakan sebagai lahan asuhan. kecenderungan tersebut diduga karena pada stadium larva, biota-biota memerlukan perlindungan dan persediaan makanan yang baik. Ketergantungan dari sejumlah besar ikan yang memiliki nilai komersial tinggi di lingkungan estuari, merupakan salah satu sebab ekonomis yang utama dalam pelaksanaan preservasi habitat ini.
Lahan asuhan paling produktif dan paling penting adalah daerah pasang - surut dan zona perairan dangkal yang biasanya juga merupakan daerah pertama penanggung beban akibat pembangunan (modifikasi hasil aktifitas manusia).
Pada umumnya komponen organisme meroplanktonik (plankton temporal) mendominasi perairan estuari dibandingkan dengan organisme holoplanktonik (permanen plankton). Kecenderungan tersebut dapat dilihat dari keragaman jenis organisme meroplankton yang lebih tinggi, hal ini menunjukkan tingginya keragaman habitat biota bentiknya. Ikan belanak merupakan jenis konsumen yang banyak dijumpai di lingkungan estuari di seluruh dunia, karena tingkat fleksibilitas dalam prilaku makannya yang tinggi. Dimana jenis tersebut mampu untuk mendapatkan makanan pada berbagai tingkat tropik dalam rantai makanan (ODUM dalam ODUM 1971).Salah satu bagian wilayah pesisir yang memiliki tingkat kesuburan cukup tinggi adalah estuaria (muara sungai). Daerah ini merupakan ekosistem produktif yang setara dengan hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena perannya adalah sebagai sumber zat hara, memiliki komposisi tumbuhan yang beragam sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung sepanjang tahun, serta sebagai tempat terjadinya fluktuasi permukaan air akibat aksi pasang surut. Kondisi ekosistem yang produktif ini kemudian menjadikannya sebagai salah satu wilayah yang memiliki tingkat produktifitas tinggi. Produktifitas merupakan suatu proses produksi yang menghasilkan bahan organik yang meliputi produktifftas primer ataupun sekunder. Produktifitas primer pada wilayah estuaria dapat di artikan sebagai banyaknya energi yang diikat atau tersimpan dalam aktifltas fotosintesis dari organisme produser, terutama tanaman yang berklorofil dalam bentuk-bentuk substansi organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Produktifftas ini dilakukan oleh organisme ‘outotroph’ seperti juga semua tumbuhan hijau mengkonversi energi cahaya ke dalam energi biologi dengan fiksasi karbondioksida, memisahkan molekuler air dan memproduksi karbohidrat dan oksigen.
Lingkungan estuari termasuk dalam kategori ekosistem produktif alamiah (Natu-rally productive ecosystem) yang setara dengan tingkat produktifitas hutan hujan primer dan terumbu karang. Secara garis besar tingginya produktifitas lingkungan estuari dapat dirinci sebagai berikut:
A.    Estuari sebagai perangkap nutrien (Nutrient trap)Keadaan ini dimungkinkan dengan sistem pengayaan sendiri secara cepat di lingkungan ini. Sistem tersebut setara dengan sistem terumbu karang, dan fenomena tersebut terjadi karena beberapa faktor berikut ini :
1.       Terdapatnya karakteristik fisis dan biologis yang khas.
2.       Kemampuan penyimpanan dan cepatnya perputaran siklus nutrien oleh biota bentik.
3.      Terdapatnya bentukkan formasi dalam sedimen yang terdiri dari bahan organik detritus.
4.      Pengembalian (recovery) nutrien dari sedimen perairan dalam, melalui aktifitas mikroba.
5.      Penembusan lapisan sedimen yang dalam oleh akar tanaman atau oleh biota penggali.
Kecenderungan alamiah ini berlaku juga dalam proses eutrofikasi, faktor inilah yang membuat lingkungan estuari menjadi sangat rentan terhadap polusi, karena polutan akan terperangkap di lingkungan tersebut seperti yang terjadi dengan nutrien.
B.     Keunikan estuari dalam penyediaan produsen sepanjang tahun.
Estuari memiliki kelebihan dalam keanekaragaman tipe produsennya, yang terprogram untuk tersedia sepanjang tahun, tanpa dipengaruhi oleh musim. Perairan ini biasanya memiliki ketiga tipe produsen yang mendukung produsen seluruh isi bumi, yakni makrofit (rumput laut, lamun dan rumput paya), mikrofit bentik dan fitoplankton.
C.     Pasang - surut sebagai faktor terpenting dalam fluktuasi air.
1)      Fluktuasi air di dalam ekosistem estuari sangat dipengaruhi oleh pasang-surut. Pada umumnya semakin tinggi amplitudo pasang surut maka semakin besar pula potensi produktifitas. Gerakan bolak-balik dari air merupakan proses yang sangat berarti dalam pembuangan limbah dari ekosistem tersebut dan pengangkutan makanan serta nutrien dari lingkungan sekitarnya.
2)      Estuari, seperti juga sistem eutrofik lain, kadang-kadang terkena penyakit yang berada dalamtingkat di luar kontrol pemulihan sendiri

2.4  Urgenitas Penataan Dalam Pengelolaan Kawasan Estuari Di Indonesia
Sudah sejak berabad-abad lalu manusia di seluruh dunia termasuk di Indonesia memanfaatkan daerah pesisir untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Selain meman-faatkannya sebagai daerah pemukiman, iqdustri, pertanian, perikanan dan pariwisata, daerah estuari pun digunakan sebagai tempat penampungan limbah baik industri maupun domestik. Peningkatan jumlah penduduk beserta kualitas hidupnya, telah meningkatkan kebutuhan manusia akan sumberdaya dan jasa-jasa dari lingkungan estuari ini. DAHURI (1992) menyebutkan bahwa peningkatan permintaan akan sumberdaya beserta jasa-jasa dari lingkungan estuari ini telah menimbulkan tekanan terhadap sebagian perairan estuari di Indonesia, khususnya di daerah industri dan padat penduduk. Hal ini merupakan ancaman terhadap kapasitas berkelanjutan dari perairan estuari dalam memenuhi permintaan manusia dalam melaksanakan kegiatan pembangunan.
Dengan curah hujan yang tinggi dan banyaknya jumlah sungai yang bermuara di laut, Indonesia memiliki daerah estuari yang sangat luas dan produktif (DAHURI 1992). Sudah selayaknyalah kekayaan alam yang kita miliki ini dimanfaatkan dengan baik dan bijaksana, yakni dengan mempertimbangkan keutamaan fungsi lingkungan ini secara alamiah. Perencanaan pemanfaatan yang holostik, yakni dengan mempertimbangkan
faktor ekologis dan kelangsungan setiap elemen ekosistem ini, tidak hanya meng-hasilkan keuntungan sesaat pada manusia sebagai pengguna utama, tapi juga akan mendatangkan keuntungan berganda bagi pengguna itu sendiri. Keuntungan ganda yang dimaksud adalah keuntungan yang dapat dimanfaatkan secara alamiah dan keuntungan yang didapat dengan modifikasi pengolahan yang bijaksana.
ODUM (1976) berpendapat bahwa perencanaan penggunaan kawasan pantai harus dikaitkan dengan perencanaan penyeluruh secara ekologis dalam bentuk zonasi lingkungan. Perencanaan zonasi lingkungan dikelompokkan dalam tiga kategori penggunaan sebagai berikut :
1.      Zona untuk pengembangan intensif.
2.      Zona untuk kohservasi.
3.      Zona untuk preservasi.
KASRY (1992) berpendapat bahwa perencanaan lingkungan dengan sistem zonasi ini cukup kompleks, namun dengan dukungan berbagai pihak yang berwenang terutama pihak pengambil keputusan, maka hasil yang diharapkan lebih mungkin untuk dapat tercapai. Keberhasilan penerapan sistem penzonaan ini memerlukan dua prasarana pendukung utama yakni :
1.       Harus ada peraturan perundangan dan organisasi administratif yang kuat dalam pemerintahan, untuk dapat menciptakan, memelihara dan memiliki kekuatan dalam pengaturan penzonaan ini, sehingga integritas zona-zona tersebut dapat dipertahankan.
2.      Harus ada metoda yang mendasari keputusan penentuan penzonaan ini. Keputusan ini jangan semata-mata didasari pada kemauan politis, tapi juga didasarkan pada pertimbangan nyata dan akurat terhadap faktor ekonomis, ekologis dan estetika.

2.5  Ancaman Wilayah Estuaria
Estuaria merupakan wilayah yang sangat dinamis (dynamics area), rentan terhadap perubahan dan kerusakan lingkungan baik fisik maupun biologi (ekosistem) dari dampak aktifitas manusia di darat ataupun pemanfaatan sumberdaya perairan laut secara berlebihan (over-exploited). Beberapa hal yang dimungkinkan menjadi sumber kerusakan dan perubahan fisik lingkungan wilayah estuaria antara lain:
1.      Semakin meningkatnya penebangan hutan dan jeleknya pengelolaan lahan di darat, dapat meningkatkan sedimentasi di wilayah estuaria. Llaju sedimentasi di wilayah pesisir yang melalui aliran sungai bisa dijadikan sebagai salah satu indikator kecepatan proses kerusakan pada wilayah lahan atas, sehingga dapat menggambarkan kondisi pada wilayah lahan atas.  Sedimen yang tersuspensi masuk perairan pantai dapat membahayakan biota laut, karena dapat menutupi tubuh biota laut terutama bentos yang hidup di dasar perairan seperti rumput laut, terumbu karang dan organisme lainnya. Meningkatnya kekeruhan akan menghalangi penetrasi cahaya yang digunakan oleh orgnisme untuk pemapasan atau berfotosintesis. Banyak-nya sedimen yang akhirnya terhenti atau terendapkan di muara sungai dapat mengubah luas wilayah pesisir secara keseluruhan, seperti terjadinya perubahan garis pantai, berubahnya mulut muara sungai, terbentuknya delta baru atau tanah timbul, menurunnya kualitas perairan dan biota-biota di muara sungai
2.       Pola pemanfaatan sumberdaya hayati laut yang tidak memperhatikan daya dukung produktifitas pada suatu kawasan estuaria, seperti sumberdaya perikanan, sehingga kawasan muara sungai tersebut terus mendapat tekanan dan menyebabkan menurunnya produktifitasnya
3.      Meningkatnya pembangunan di lahan atas (up-land) menjadi kawasan Industri, pemukiman, pertanian menjadikan sumber limbah yang bersama-sama dengan aliran sungai akan memperburuk kondisi wilayah estuaria. Lebih dan 80% bahan pencemar yang ditemukan di wilayah pesisir dan laut berasal dari kegiatan manusia di darat UNEP (1990).
4.      Kegiatan-kegiatan kontruksi yang berkaitan dengan usaha pertanian, seperti pembuatan saluran irigasi, drainase dan penebangan hutan akan mengganggu pola aliran alami daerah tersebut. Gangguan ini meliputi aspek kualitas, volume, dan debit air. Pengurangan debit air yang di alirkan bagi irigasi, dapat mengubah salinitas dan pola sirkulasi air di daerah estuaria danmenyebabkan jangkauan intrusi garam semakin jauh ke hulu sungai. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pada sebagian ekosistem perairan pantai itu sendiri, juga pada ekosistem daratan di sekitar perairan tersebut sehingga berakibat intrusi air laut pada air tanah.

2.6  Upaya Pengelolaan Wilayah Estuaria
Fungsi wilayah estuaria sangat strategis untuk dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, penangkapan ikan dan budidaya, jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industri. Wilayah estuaria juga merupakan ekosistem produktif karena dapat berperan sebagai sumber zat hara. Dengan memperhatikan fungsi dan manfaat tersebut, maka potensi wilayah estuaria menjadi sangat tinggi, sehingga diperlukan adanya suatu tindakan pengelolaan di wilayah tersebut. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan di antaranya adalah:
1.      Memperbaiki Daerah Lahan Atas (up-land)
Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi dampak kerusakan pada ekosistem perairan wilayah estuaria yaitu dengan menata kembali sistem pengelolaan daerah atas. Khususnya penggunaan lahan pada wilayah daratan yang memiliki sungai. Jeleknya pengelolaan lahan atas sudah dapat dipastikan akan merusak ekosistem yang ada di perairan pantai. Oleh karena itu, pembangunan lahan atas harus memperhitungkan dan mempertimbangkan penggunaan lahan yang ada di wilayah pesisir. Jika penggunaan lahan wilayah pesisir sebagai lahan perikanan tangkap, budidaya atau konservasi maka penggunaan lahan atas harus bersifat konservatif. Perairan pesisir yang penggunaan lahannya sebagai lahan budidaya yang memerlukan kualitas perairan yang baik maka penggunaan lahan atas tidak diperkenankan adanya industri yang memproduksi bahan yang dapat menimbulkan pencemaran atau limbah. Limbah sebelum dibuang ke sungai harus melalui pengolahan terlebih dahulu sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.
 
2.      Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Secara Optimal
Wilayah estuaria yang berfungsi sebagai penyedia habitat sejumlah spesies untuk berlindung dan mencari makan serta tempat reproduksi dan tumbuh, oleh karenanya di dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan khususnya di wilayah estuaria diperlukan tindakan-tindakan yang bijaksana yang berorientasi pemanfaatan secara optimal dan lestari. Pola pemanfatan sebaiknya memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capacity)
3.       Konsenvasi Hutan Mangrove
Perlindungan hutan mangrove pada wilayah estuaria sangat penting, karena selain mempunyai fungsi ekologis juga ekonomis. Secara ekologis hutan mangrove adalahsebagai penghasil sejumlah besar detritus dari serasah, daerah asuhan (nursery ground), mencari makan (feeding ground) dan sebagai tempat pemijahan (spawning ground). Secara fisik, hutan mangrove dapat berperan sebagai filter sedimen yang berasal dari daratan melalui sistem perakarannya dan mampu meredam terpaan angin badai. Secara ekonomis, dalam konser-vasi hutan mangrove juga akan diperoleh nilai ekonomis sangat tinggi. Nilai ekonomi total rata-rata sekitar Rp 37,4 juta/ha/tahun yang meliputi manfaat langsung (kayu mangrove), manfaat tidak langsung (serasah daun, kepiting bakau, nener bandeng ikan tangkap dan ikan umpan), option value dan existence value. Upaya konservasi tersebut juga mempunyai nilai dampak positip terhadap sosial-ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah estuaria, yaitu mampu memberikan beberapa alternatif jenis mata pencaharian dan pendapatan.

2.7  Undang – undang yang mengaturpengelolaandaerah estuary
Dalamhalmengelola estuary, perluadannyaperaturandanperundang-undangn yang berlaku, namunsecarakhusustelahdijelaskanbahwaundang-udangtentangpengelolaanwilayah estuary belum di tetapkanolehpemerintah.PemerintahlebihbanyakmenekankantentangpegelolaanwilayahPesisirdanPulau-pulaukeciltermasuk di dalamnyapengelolaan estuary sebagaikomponenkecildariwilayahpesisir.Undang – undangnomorUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. Padapasal 1 ayat 7 dikatakanbahwa : Perairan Pesisir adalahlaut yang berbatasandengan daratan meliputi perairan sejauh 12 (duabelas) mil laut diukur dari garis pantai, perairanyang menghubungkan pantai dan pulau-pulau,estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau, danlaguna.Setelahitudihubungkandenganpengelolaanberbasisperlindungansepandanpantaipadapasal 31 ayat 2 bagian d berbunyi : perlindungan terhadapekosistem pesisir,seperti lahan basah, mangrove, terumbu karang,padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dandelta. Selainitupadapasal 28 ayat 1 bagian a menjelaskanbahwaadanyapegelolaanwilayah estuary yang berbasiskonservasi.

Dalamhalmenjelaskantentangpengelolaanwilayah estuary.Terlihatjelaspengelolaan yang dilakukanhanyaberpedomnpadawilayahpesisirdanpulu-pulaukecil.Dikarenakandampak yang ditimbulkanakibatpengelolaanwilayahpesisirtidaksecaralangsungterhadapwilayah estuary.Tetapisecarabertahapsesuaiperuntukannya.

 


BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan

Estuaria merupakan badan air tempat terjadinya percampuran massa air laut yang dipengaruhi oleh pasang surut dengan air tawar yang berasal dari daratan.Wilayah inimerupakanwilayah yang rentanterhadapdampakpencemaran.Tidakadaatautidakbanyak yang mengaturtentangpengelolaanwilayah estuary,karenaterlihatjelas, pemanfaatanterhadapwilayahinisangattidakberdapaklangsung.Dampak yang ditimbulkandariadanyapengelolaanwilayahiniadalahberasaldridampaktidaklangsungakibataktifitasberlebihwilayahpersisir.Jadipengelolaannyahanyaberpedomanpadaundang-undangpengelolaanwilayahpesisirdanpulau-pulaukecil.

3.2  Saran

Disarankanbahwasetiapkomponenmasyarakatharusmemahamipengelolaanwilayahpesisirdanpulau-pulaukecil, agar pengelolaanwilayah estuary sebagaikomponendariwilayahpesisirdapatterlaksanadenganbaik.

 


DAFTAR PUSTAKA



1 komentar:

  1. Nội dung bài viết thật tuyệt vời. Mình cũng muốn giới thiệu về một Công ty dịch thuật uy tín - Công ty dịch thuật miền trung - MIDtrans trụ sở chính chính tại địa chỉ 02 Hoàng Diệu, TP Đồng Hới, tỉnh Quảng Bình có Giấy phép kinh doanh số 3101023866 cấp ngày 9/12/2016 là đơn vị chuyên cung cấp dịch vụ dịch thuật, phiên dịch dành các cá nhân. Hệ thống thương hiệu và các Công ty dịch thuật con trực thuộc: dịch thuật bình dương - dịch thuật miền trung tại địa 123 Lê Trọng Tấn, Dĩ An, Bình Dương là địa chỉ chuyên cung cấp dịch vụ dịch thuật chuyên nghiệp tại Bình Dương và các khu vực lân cận ; dịch thuật hồ sơ thầu tại sài gòn địa chỉ 47 Điện Biên Phủ, Phường Đakao, Quận 1 TP HCM, dịch thuật đà lạt, lâm đồng : địa 101 Trần Hưng Đạo, TP Đà lạt là nhà cung ứng dịch vụ dịch thuật uy tín hàng đầu tại Lâm Đồng; Công ty dịch thuật Viettrans và dịc vụ binh phuoc translation: dịch vụ dịch thuật tại Bình Phước cho người nước ngoài có nhu cầu, giao diện tiếng Anh dễ sử dụng; dịch thuật tiếng hà lan tại sài gòn: nhà cung ứng dịch vụ dịch vụ dịch thuật phiên dịch hàng đầu tại TP Hồ Chí Minh; dịch thuật tiếng trung hoa tại Đà Nẵng : Địa chỉ 54 Đinh Tiên Hoàng, Quận Hải Châu, TP Đà Nẵng chuyên cung cấp dịch vụ dịch thuật công chứng, dịch thuật đa ngôn ngữ, đa chuyên ngành tại Đà Nẵng; Viettrans 43 Điện Biên Phủ, Quận 1 Sài Gòn: chuyên cung cấp dịch vụ dịch thuật đa chuyên ngành toàn quốc; Công ty dịch thuật Hà Nội MIDtrans chuyên cung cấp dịch vụ dịch thuật tại bà rịa, vũng tàu : địa chỉ 55 Lê Thánh Tông, TP Bà Rịa là nhà cung ứng dịch vụ biên dịch, phiên dịch chuyên nghiệp tại địa bàn Vũng Tàu. Ngoài ra, Chúng tôi cũng cung cấp các dịch vụ biên dịch và phiên dịch, dịch thuật công chứng chất lượng cao hơn 50 ngôn ngữ khác nhau như tiếng Anh, Nhật, Hàn, Trung, Pháp, Đức, Nga, .vv... Dịch thuật MIDtrans tự hào với đội ngũ lãnh đạo với niềm đam mê, khát khao vươn tầm cao trong lĩnh vực dịch thuật, đội ngũ nhân sự cống hiến và luôn sẵn sàng cháy hết mình. Chúng tôi phục vụ từ sự tậm tâm và cố gắng từ trái tim những người dịch giả.Tự hào là công ty cung cấp dịch thuật chuyên ngành hàng đầu với các đối tác lớn tại Việt nam trong các chuyên ngành hẹp như: vietnamese tourist tại 46 Trần Cao Vân, TP Huế chuyên trang về thông tin du lịch và các tour đặc sắc tại Việt Nam, y dược (bao gồm bệnh lý), xây dựng (kiến trúc), hóa chất, thủy nhiệt điện, ngân hàng, tài chính, kế toán. Các dự án đã triển khai của Công ty dịch thuật chuyên nghiệp MIDtrans đều được Khách hàng đánh giá cao và đạt được sự tín nhiệm về chất lượng biên phiên dịch. Đó là kết quả của một hệ thống quản lý chất lượng dịch thuật chuyên nghiệp, những tâm huyết và kinh nghiệm biên phiên dịch nhiều năm của đội ngũ dịch giả của chúng tôi. Hotline: 0947688883. email: info@dichthuatmientrung.com.vn . Các bạn ghé thăm site ủng hộ nhé.

    BalasHapus