PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laut adalah perairan air asin. Hampir 2/3 bumi ini
tertutupi oleh laut sehingga terlihat hamparan biru menghiasi bumi ini.
Pergerakan aliran air laut terjadi setiap saat. Pergerakan ini biasanya
disebabkan oleh beberapa hal seperti angin, gelombang air, pasang surut laut,
serta arus dari aliran air tersebut. Seiiring dengan adanya perubahan iklim
yang memiliki kecenderungan memanas, kenaikan permukaan air laut sering
terjadi, kenaikan air laut terkadang menyapu kawasan di sekitarair tersebut.
Kejadian alam berupa kenaikan air laut tersebut dikenaldengan peristiwa alam
pasang surut.
Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan
dalam transportasi laut, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir
pantai, dan lain-lain. Mengingat pentingnya pengetahuan tentang pasang surut
terutama bagi yang tertarik mempelajari masalah pantai dan estuari, maka akan
dicoba dijelaskan tentang pengertian pasang surut itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang
menjadi masalah makalah ini adalah:
1.
Apa yang
dimaksud dengan pasang surut air laut dan gelombang?
2.
Apa penyebab
terjadinya pasang surut air laut dan gelombang?
PEMBAHASAN
A. Pasang Surut Air Laut
1. Pengertian Pasang Surut
Pasang surut
laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya grafitasi dan gaya tarik-menarik
antara benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan.
Menurut
Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka
laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama
matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers
(1964) pasang surut laut merupakan suatu
fenomena pergera kan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang
diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda
angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih
kecil.
Pasang surut
yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu:
1.
pasang surut atmosfer (atmospheric tide),
2.
pasang surut laut (oceanic tide) dan
3.
pasang surut bumi padat (tide of the solid earth).
Pasang
surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat
rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi
berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil
dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya
tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih
dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air
laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge)
pasang surut gravitasional di laut Lintang dari tonjolan pasang surut
ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital
bulan dan matahari.
2. Teori Pasang Surut
a) Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali
diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan
sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang
seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini
menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit
pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut
dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2
yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari.
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut , massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut , massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
b) Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan
bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh
bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat
membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan
konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh
GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan
dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini
melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui
secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut
menghasilkan gelombang pasut (tide
wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut.
Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu
diperhitungkan selain GPP.
Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut
adalah :
Kedalaman
perairan dan luas perairan
Pengaruh rotasi
bumu (gaya Coriolis)
Gesekan
dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di
permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis
Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan
di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak
terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan
mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung
pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan
fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar
dapat mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan
persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan maka
semaikin besar pengaruh gesekannya.
3.
Faktor
Penyebab Terjadinya Pasang Surut
Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan
adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi
bumi terhadap matahari. Sedangkan
berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi
bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa
faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi
dasar laut , lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai
lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961).
Pasang surut
laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi
secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak.
Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua
kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut
laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya
tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan
dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut . Lintang dari
tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu
rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Priyana,1994).
Bulan dan
matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya
tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan
memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari.
Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi
posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut , yang
menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke
bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah
muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan
laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari
juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil.
Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama
periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994).
Berdasarkan faktor pembangkitnya,
pasang surut dapat dibagi dalam dua kategori yaitu: pasang purnama (pasang
besar, spring tide) dan pasang perbani (pasang kecil, neap tide).
a.
Pasang laut
purnama (spring tide)
Terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi
yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang laut purnama
ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
Gambar 1 . Pasang Purnama (saat
purnama)
b. Pasang laut
perbani (neap tide)
Terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada
saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi.
Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperempat.
4. Tipe Pasang Surut
Perairan
laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang
surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir.
Menurut
Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
a. Pasang surut diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi satu
satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar
katulistiwa.
b.
pasang surut
semi diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.
c.
pasang surut
campuran
Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe
2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi
diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
a.
Pasang surut
harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi
satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata
b.
Pasang surut
harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini
terdapat di Selat Malaka hingga Laut
Andaman.
c.
Pasang surut
campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali
pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini
terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
d.
Pasang surut
campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini
terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur
5.
arus Pasut
Gerakan air
vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut, diiringi oleh
gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut. Permukaan
air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut, keadaan ini
juga terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat, sehingga
menimbulkan arus pasut(Tidal current).
Gerakan arus pasut dari laut lepas yang merambat ke perairan pantai akan
mengalami perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah
berkurangnya kedalaman (Mihardja et,. al 1994).
Menurut King
(1962), arus yang terjadi di laut teluk dan laguna adalah akibat massa air
mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah yang
disebabkan oleh pasut. Arus teluk dan laguna adalah akibat massa air mengalir
dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah yang disebabkan
oleh pasut. Arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang memiliki
karakteristik pasang (Flood) dan surut atau ebb. Pada waktu gelombang pasut
merambat memasuki perairan dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka badan
air kawasan ini akan bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas.
Pada
daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan pada dasar
laut menghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi menyebabkan
bercampurnya lapisan air bawah secara vertikal. Pada daerah lain, di mana
arus pasang surut lebih lemah, pencampuran sedikit terjadi, dengan demikian
stratifikasi (lapisan-lapisan air dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi.
Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan yang bercampur dan
terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga terdapat
perbedaan lateral yang ditandai dalam kepadatan air pada setiap sisi
batas.
6. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut
Beberapa
alat prngukuran pasang surut diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Tide Staff
Alat ini berupa papan yang telah
diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada
pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat
pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati
ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut . Bahan yang
digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat
anti karat.
Syarat pemasangan papan pasut adalah :
1.
Saat pasang
tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang oleh air.
2.
Jangan
dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada daerah aliran sungai
(aliran debit air).
3.
Jangan
dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan air
bergerak secara tidak teratur.
4.
Dipasang
pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati dan
dipasang tegak lurus.
5.
Cari tempat
yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan mudah
dikaitkan.
6.
Dekat dengan
bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang surut mudah
untuk diikatkan terhadap titik referensi.
7.
Tanah dan
dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil.
8.
Tempat
didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus dan sampah.
b. Tide gauge.
Merupakan
perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis.
Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang
kemudian direkam ke dalam komputer.
Tide gauge terdiri
dari dua jenis yaitu :
1.
Floating tide gauge (self
registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan
naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang
dihubungkan dengan alat pencatat (recording
unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun
yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
2.
Pressure tide gauge (self
registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge
hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air laut
yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording
unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di
bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk
pengamatan pasang surut.
c.
Satelit
System satelit
altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya system satelit Geos-3. Pada saat ini secara
umum system satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang
yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es
kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar
satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa
radar (transmiter), penerima
pulsa radar yang sensitif (receiver),
serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa
oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar)
kepermukaan laut Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan
diterima kembali oleh satelit Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut
dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur
jarak vertikal dari satelit ke permukaaan laut. karena tinggi satelit di atas
permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat
pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit dengan jarak
vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga
fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis). Analisis
deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi temporal periode panjang
dan fenomena sekularnya
7. Pasang Surut di Perairan Indonesia
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera Indonesia
dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa sehingga
kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil
pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut pesisir daerah Indonesia
memiliki pasang surut cukup tinggi. Gambar 15 memperlihatkan peta pasang
surut wilayah lautan Indonesia. Dari gambar tersebut tampak beberapa wilayah
lepas laut pesisir Indonesia yang memiliki pasang surut cukup tinggi antara
lain wilayah laut di Timur Riau, laut dan muara sungai antara Sumatera Selatan
dan Bangka, laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir Kalimantan Timur,
dan muara sungai di selatan pulau Papua (muara sungai Digul) (Sumotarto, 2003).
Keadaan
pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari
Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang
kompleks dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut
dalam. Keadaan perairan tersebut membentuk pola pasang surut yang
beragam.
DI Selat Malaka pasang surut setengah harian (semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol. Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan laut Jawa.
DI Selat Malaka pasang surut setengah harian (semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol. Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan laut Jawa.
Berdasarkan
pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar
3,80. Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta dan laut Jawa pada umumnya adalah
pasut bertipe tunggal. Tunggang pasang surut di perairan Indonesia
bervariasi antara 1 sampai dengan 6 meter. Di laut Jawa umumnya tunggang
pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali di Selat madura yang mencapai 3
meter. Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua (Diposaptono,
2007).
8. Manfaat pengetahuan tentang pasang surut
Pengetahuan
tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di
pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat
pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan.
Pasang
surut juga sangat mempengaruhi kehidupan organisme laut, terutama pada daerah
intertidal dandaerah litoral. Dengan adanya pasang surut, organisme-organisme
memiliki strategi ekologi sendiri – sendiri untuk bisa bertahan hidup.
Disamping itu, pasang surut sangat mempengaruhi ekosistem mangrove yang
merupakan pilar pertahanan alam utama pada daerah pesisir dari ancaman badai,
erosi dan lain-lain.
Salah
satu potensi laut dan samudra yang belum banyak diketahui masyarakat umum
adalah potensi energi laut dan samudra untuk menghasilkan listrik. Negara yang
melakukan penelitian dan pengembangan potensi energi samudra untuk menghasilkan
listrik adalah Inggris, Prancis dan Jepang. Secara umum, potensi energi samudra
yang dapat menghasilkan listrik dapat dibagi kedalam 3 jenis potensi energi
yaitu energi pasang surut (tidal power), energi gelombang laut (wave energy)
dan energi panas laut (ocean thermal energy).
B. Gelombang
1) pengertian Gelombang
Gelombang adalah peristiwa naik
turunnya permukan air laut dari ukuran kecil (riak) sampai yang paling panjang
(pasang surut). Gelombang yang terjadi di perairan Teluk Pelabuhan Ratu
merupakan gelombang hasil rambatan yang terjadi di samudera Indonesia.
Gelombang ini dipengaruhi oleh kondisi topografi dasar laut dan keadaan angin.
Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa keadaan gelombang tertinggi terjadi pada
periode bulan desember sampai februari (musim barat), ketinggian gelombang
mencapai 1,5 m – 2 m. Sedangkan pada bulan lainnya tinggi gelombang yang
tercatat kurang dari 1,5 meter (Nurjaya,1993).
2) penyebab terjadinya gelombang
Penyebab utama terjadinya gelombang
adalah angin. Gelombang dipengaruhi oleh kecepatan angin, lamanya angin
bertiup, dan jarak tanpa rintangan saat angin bertiup (fetch). Gelombang
terdiri dari panjang gelombang, tinggi gelombang, periode gelombang, kemiringan
gelombang dan frekuensi gelombang. Panjang gelombang adalah jarak berturut-turut
antara dua puncak atau dua buah lembah. Tinggi gelombang adalah jarak vertikal
antara puncak dan lembah gelombang. Periode gelombang adalah waktu yang
dibutuhkan gelombang untuk kembali pada titik semula. Kemiringan gelombang
adalah perbandingan antra tinggi dan panjang gelombang. Frekuensi gelombang
adalah jumlah gelombang yang terjadi dalam satu satuan waktu.
Pada
hakikatnya, gelombang yang terbentuk oleh hembusan angin akan merambat lebih
jauh dari daerah yang menimbulkan angin tersebut. Hal ini yang menyebabkan
daerah di pantai selatan Pulau Jawa memiliki gelombang yang besar meskipun
angin setempat tidak begitu besar. Gelombang besar yang datang itu bisa
merupakan gelombang kiriman yang berasal dari badai yang terjadi jauh dibagian
selatan Samudera Hindia.
Gelombang
laut tercipta karena adanya transfer energi dari angin ke permukaan laut.
Energi yang tertransferkan ini akan bergerak melintasi permukaan laut, dimana
air laut sendiri bergerak dalam gerakan "membundar" (circular motion)
di bawah permukaan laut.
Gelombang/ombak
yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung
kepada gaya pembangkitnya. Pembangkit gelombang laut dapat disebabkan oleh:
angin (gelombang angin), gaya tarik menarik bumi-bulan-matahari (gelombang
pasang-surut), gempa (vulkanik atau tektonik) di dasar laut (gelombang
tsunami), ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal.
Gelombang
yang sehari-hari terjadi dan diperhitungkan dalam bidang teknik pantai adalah
gelombang angin dan pasang-surut (pasut). Gelombang dapat membentuk dan merusak
pantai dan berpengaruh pada bangunan-bangunan pantai. Energi gelombang akan
membangkitkan arus dan mempengaruhi pergerakan sedimen dalam arah tegak lurus
pantai (cross-shore) dan sejajar pantai (longshore). Pada perencanaan teknis
bidang teknik pantai, gelombang merupakan faktor utama yang diperhitungkan
karena akan menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai.
Contoh:
a.
Teknologi
terbaru, Teknologi terbaru ini menggunakan istilah Permanent Magnet Linear Buoy
(Pelampng Magnet Permanen Linier). Teknologi yang sudah dipakai oleh kota Portland di Amerika Serikat dan merupakan ciptaan para insinyur
dari Universitas Oregon ini, selain
memasok listrik, juga mampu
mendorong pertumbuhan kehidupan laut. Selain itu tidak ada emisi gas buang CO2, tidak ada polusi suara, tidak ada polusi visual.
b.
Gelombang
air laut yang disebabkan oleh badai dapat membahayakan manusia, seperti kapal
yang sedang berlayar, dermaga, dll.
c.
Gelombang
air laut juga bermanfaat bagi manusia, seperti untuk berselancar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar