Kamis, 02 Oktober 2014

defenisi dan klasifikasi Estuari

1.defenisi  dan klasifikasi Estuari

Ø  Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan pencampuran antara air luat dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar) dengan adanya proses pencampuran maka wilayah estuaria sangat dipengaruhi oleh kadar salinitas, dimana wilayah estuaria dibagi menjadi beberapa mintakat yaitu Hyperhaline, Euhaline, Mixohaline, oligohaline, dan Limnetik (Air tawar). Dengan ciri dan karakteristik tersebut estuaria memiliki banyak tipe yang diklasifikasikan berdasarkan atas topografi, pengenceran air tawar dan penguapan, geomorfologi, sirkulasi dan struktur dari sirkulasi, distribusi salinitas, pola pencampuran air tawar dan air laut serta stratifikasinya. Dari tipe tersebut ekosistem estuaria sangat dipengaruhi oleh kadar salinitas, suhu, sedimen, gelombang, pasang surut, substrat, ketersediaan oksigen, dan parameter kimia seperti limbah dan bahan polutan serta aktivitas biologi dari organisme yang hidup di kawasan estuaria. Karena perairan estuary mempunyai Salinitas yang lebih rendah dari lautan dan lebih tinggi dari air tawar. Kisarannya antara 5 – 25 ppm.

Ø  Klasifikasi Estuaria
Berdasarkan karak¬teristik geomorfolo¬gi¬nya, Estuaria dapat dike¬lompokkan atas empat tipe, yaitu:
1) Estuaria dataran pe¬sisir, paling umum dijumpai, dimana pem¬bentukannya terjadi akibat penaikan per¬mukaan air laut yang menggenangi sungai di bagian pantai yang landai.
2) Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup, terbentuk oleh adanya beting pasir yang terletak sejajar dengan garis pantai, sehingga menghalangi interaksi langsung dan terbuka dengan perairan laut.
3) Fjords, merupakan estuaria yang dalam, terbentuk oleh aktivitas glasier yang mengakibatkan tergenangnya lembah es oleh air laut.
4) Estuaria tektonik, terbentuk akibat aktivitas tektoknik (gempa bumi atau letusan gunung berapi) yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah yang kemudian digenangi oleh air laut pada saat pasang.
  

 Gambar.1 daerah estuari
Berdasarkan stratifikasinya, estuaria diklasifikasikan menjadi tiga  jenis yaitu :
  1. Estuaria berstratifikasi nyata atau baji garam
Dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air laut, didapatkan dilokasi dimana aliran air tawar lebih dominan dibanding penyusupan air laut.
2.Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen vertical
Pengaruh pasang surut sangat dominant dan kuat sehingga air bercampur sempurna dan tidak membentuk stratifikasi.
3.Estuaria berstratifikasi sebagian (moderat)
Aliran air tawar seimbang dengan masuknya air laut bersama arus pasang.
Berdasarkan  salinitas ( kadar garamnya ), estuaria dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
  1. Oligohalin yang berkadar garam rendah ( 0,5% – 3 % )
  2. Mesohalin yang berkadar garam sedang ( 3% – 17 %)
    1. Polihalin yang berkadar garam tinggi, yaitu diatas 17 %
    2.  


2.Elnino dan Dipolemode
Ø  El-Nino :El-Nino adalah kondisi abnormal iklim dimana penampakan suhu permukaan laut Samudera Pasifik ekuator bagian timur dan tengah (dipantai Barat Ekuador dan Peru) lebih tinggi dari rata-rata normalnya. Istilah ini pada mulanya digunakan untuk menamakan arus laut hangat yang terkadang mengalir dari utara ke selatan antar Pelabuhan Paita dan Pacasmayo. Padahal biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut dingin kerena naiknya massa air di bawah permukaan air laut ke permukaan air laut (upwelling)
Kejadian ini  kemudian semakin sering muncul yaitu setiap tiga hingga tujuh tahun serta  mempengaruhi iklim dunia selama lebih dari satu tahun.
El-Nino  adalah fenomena alam dan bukan badai, secara ilmiah diartikan dengan meningkatnya suhu muka laut di serkitar pasifik tengah dan timur sepanjang ekuator dari nilai rata-ratanya dan secara fisik El-Nino  tidak dapat dilihat.
El-Nino  sering disebut fase panas (warm event) di samudera pasifik ekuatorial bagian tengah dan timur. El-Nino  diindikasikan dengan beda tekanan atmosfer antara Tahiti dan Darwin atau yang disebut Osilasi Selatan. Disebut demikian karena keduanya terletak di belahan bumi bagian selatan. El-Nino  ditandai dengan indeks osilasi/Southern Oscillation Index (SOI) negatif, artinya tekanan atmosfer Tahiti lebih rendah dari pada tekanan diatas darwin.
Ketika terjadi El-Nino  angin pasat timuran melemah. Angin berbalik ke barat dan mendorong wilayah potensi hujan ke barat.Hal ini menyebabkan peruabahan pola cuaca.Daerah potensi hujan meliputi wilayah perairan pasifik tengah, pasifik timur, dan amerika tengah.  Selain itu air laut bersuhu rendah yang mengalir di sepanjang pantai selatan amerika dan pasifik timur berkurang atau bahkan menghilang sama sekali. Wilayah pasifik tengah, pasifik timur menjadi sehangat pasifik barat.




                                                        Gambar 2.el nino
\b.Dipole Mode
Dipole Mode merupakan penomena intreraksi laut – atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung dari nilai perbedaan (selisih) anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera. Nilai perbedaaan anomali suhu muka laut ini disebut Dipole Mode Indek ( DMI )
Jika nilai DMI positif (Dipole Mode Positif), secara umum curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat akanberkurang. Sedangkan jika nilai DMI negatif (Dipole Mode Ne
Interaksi yang cukup kuat antara atmosfer dan lautan di wilayah Samudera Hindia menghasilkan fenomena Dipole Mode (DM) yang didefinisikan sebagai tanda-tanda atau gejala akan menaiknya atau memanasnya suhu permukaan laut (SPL) dari kondisi normal di sepanjang Ekuator Samudera Hindia, khususnya di sebelah selatan India yang diiringi dengan menurunnya suhu permukaan laut tidak normal di perairan Indonesia di wilayah pantai barat Sumatera (Yamagata, 2001). Pada keadaan normalnya, di sebelah barat lautan tropis Hindia suhu permukaan laut mengalami pendinginan dan hangat di sebelah bagian timurnya dan ditandai dengan distribusi SPL yang cukup merata di sekitar ekuator.
Hasil perhitungan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut di bagian barat dan sebelah timur samudera Hindia ini dikenal sebagai DMI (Dipole Mode Index).Dipole Mode dibagi menjadi dua fase yakni Dipole Mode Positif dan Dipole Mode Negatif. Dipole Mode Positif (DMP) terjadi pada saat tekanan udara permukaan di atas wilayah barat Sumatera relatif bertekanan lebih tinggi dibandingkan wilayah timur Afrika yang bertekanan relatif rendah, sehingga udara mengalir dari bagian barat Sumatera ke bagian timur Afrika yang mengakibatkan pembentukkan awan-awan konvektif di wilayah Afrika dan menghasilkan curah hujan di atas normal, sedangkan di wilayah Sumatera terjadi kekeringan, begitu sebaliknya dengan Dipole Mode Negatif (DMN). Dalam kaitannya dengan pola curah hujan di BMI (Benua Maritim Indonesia), maka DMI positif berhubungan dengan berkurangnya intensitas curah hujan di bagian barat BMI.Sedang sebaliknya, DMI negatif berhubungan dengan bertambahnya intensitas curah hujan di bagian barat BMI.Ilustrasi proses / mekanisme fenomena IOD (Indian Ocean Dipole).

Gambar 3.dipolemode
  • Dipole mode disingkat DM merupakan fenomena yang mirip dengan ENSO tetapi terjadi di Samudera Hindia. Peristiwa dipole mode ditandai adanya perbedaan anomali suhu permukaan laut (SPL) antara Samudera Hindia tropis bagian barat (50 oE – 70 oE, 10 oS – 10 oN) dengan Samudera Hindia tropis bagian timur (90 oE – 110 oE, 10 oS – ekuator). Anomali SPL ini memiliki kondisi yang lebih dingin dari normal dan muncul dipantai barat Sumatera (Samudera Hindia bagian timur), sementara di Samudera Hindia bagian barat terjadi pemanasan dari biasanya.
  • Jenis DM dibagi berdasarkan SPL antara Samudera Hindia tropis bagian barat (50 oE – 70 oE, 10 oS – 10 oN,kotak A) dengan Samudera Hindia tropis bagian timur (90 oE – 110 oE, 10 oS – ekuator,kotak B) pada Gambar 1.
  • Dipole mode dibagi menjadi menjadi DM(+) dan DM (-).
3.Devenisi dan Klasifikasi sedimen
Devenisi sedimen
edimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin.Sumber:wikipedia.org
Definisi sedimen menurut ilmuwan PETTIJHON adalah merupakan proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan  oleh pengendapan dari material pembentukan pada suatu tempat yang disebut lingkungan. Adapun beberapa sedimen yang berada di dasar laut yang dibedakan menjadi 4 ( empat),yaitu :
·    Lithougenus sedimen
Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi tertrransforkan telah melemah.
·    Biogeneuos sedimen
Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi.
·     Hitereogenous sedimen
Hitereogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.
·    Cosmogirl sedimen
Cosmogirl sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa , aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material yang bersal dari luarangkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut.Sedimen yang bersal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanin, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang bersal dari partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah sub tropis saat musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber yang lain.
Klasifikasi Sedimen Berdasarkan Asalnya
Menurut asal usul sedimen dasar laut dapat digolongkan sebagai berikut:
1.     Lithogenous; Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan (weathering) batuan dari daratan, lempeng kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik. Hal ini dapat terjadi karena adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim (pemanasan dan pendinginan) terhadap batuan yang terjadi secara berulang-ulang di  padang pasir, oleh karena adanya embun-embun es dimusim dingin, atau oleh karena adanya aksi kimia dari larutan bahan-bahan yang terdapat di dalam air hujan atau air tanah terhadap permukaan batu. Sedimen ini memasuki kawasan laut melalui drainase air sungai.

2.     Biogenous; Sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri dari remah-remah tulang, gigi-geligi, dan cangkang-cangkang tanaman maupun hewan mikro. Komponen kimia yang sering ditemukan dalam sediment ini adalah CaCO3 dan SiO2. Sedangkan partikel-partikel yang sering ditemukan dalam sedimen calcareous terdiri dari cangkang-cangkang foraminifera, Cocolithophore, yang disebut globerigina ooze dan Pteropoda, yang disebut pteropod ooze. Cangkang Diatomae dan Radiolaria merupakan kontributor yang paling penting dari partikel Siliceous. 

3.      Hydrogenous; Sedimen ini berasal dari komponen kimia yang larut dalam air laut dengan konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga terjadi pengendapan (deposisi) di dasar laut. Contohnya endapan Mangan (Mn) yang berbentuk nodul, dan endapan glauconite (hydro silikat yang berwarna kehijauan dengan komposisi yang terdiri dari ion-ion K, Mg, Fe, dan Si).

4.      Cosmogenous; Sedimen ini bersal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda angkasa ditemukan di dasar laut dan mengandung banyak unsur besi sehingga mempunyai respon magnetik dan berukuran antara 10 – 640 m (Wibisono, 2005).

 2.        Klasifikasi Berdasarkan Besar Butir
Sedimen cenderung untuk didominasi oleh satu atau beberapa jenis partikel, akan tetapi mereka tetap terdiri dari ukuran yang berbeda-beda (Hutabarat dan Evants, 1985). Ukuran butir sedimen diwakili oleh diameternya yang biasa disimbolkan dengan d, dan satuan yang lazim digunakan untuk ukuran butir sedimen adalah millimeter (mm) dan micrometer (µm) (Poerbandono dan Djunasjah, 2005).
Sedimen pantai diklasifikasikan berdasar ukuran butir menjadi lempung, lumpur, pasir, butiran, kerikil, kerakal, dan bongkahan.Tabel 1 menunjukkan klasifikasi menurut Wenthworth, yang banyak digunakan dalam bidang teknik pantai (CERC, 1984).Material sangat halus seperti lumpur dan lempung berdiameter dibawah 0,063 mm dapat dikategorikan sebagai sedimen kohesif (Triatmodjo, 1999).

3. Klasifikasi Berdasarkan  Lingkungan Pengendapan
1.     Sedimen laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomite, napal, dan lain sebagainya.
2.      Sedimen darat (teristris/kontinen), proses terjadinya di daratan misalnya endapan sungai (alluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan gurun (aeolis), dan sebagainya.
3.      Sedimen transisi, lokasi pembentukannya terletak antara darat dan laut misalnya delta.


















Referens

Sumber : SinarTani Edisi 2-8 September 2009 No. 3319 Tahun X

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar