1.defenisi dan klasifikasi Estuari
Ø Estuaria adalah bagian dari lingkungan
perairan yang merupakan pencampuran antara air luat dan air tawar yang berasal
dari sungai, sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air
tawar) dengan adanya proses pencampuran maka wilayah estuaria sangat dipengaruhi
oleh kadar salinitas, dimana wilayah estuaria dibagi menjadi beberapa mintakat
yaitu Hyperhaline, Euhaline, Mixohaline, oligohaline, dan Limnetik (Air tawar).
Dengan ciri dan karakteristik tersebut estuaria memiliki banyak tipe yang
diklasifikasikan berdasarkan atas topografi, pengenceran air tawar dan
penguapan, geomorfologi, sirkulasi dan struktur dari sirkulasi, distribusi
salinitas, pola pencampuran air tawar dan air laut serta stratifikasinya. Dari
tipe tersebut ekosistem estuaria sangat dipengaruhi oleh kadar salinitas, suhu,
sedimen, gelombang, pasang surut, substrat, ketersediaan oksigen, dan parameter
kimia seperti limbah dan bahan polutan serta aktivitas biologi dari organisme
yang hidup di kawasan estuaria. Karena perairan estuary mempunyai Salinitas
yang lebih rendah dari lautan dan lebih tinggi dari air tawar. Kisarannya
antara 5 – 25 ppm.
Ø Klasifikasi Estuaria
Berdasarkan karak¬teristik geomorfolo¬gi¬nya, Estuaria dapat dike¬lompokkan atas empat tipe, yaitu:
1) Estuaria dataran pe¬sisir, paling umum dijumpai, dimana pem¬bentukannya terjadi akibat penaikan per¬mukaan air laut yang menggenangi sungai di bagian pantai yang landai.
2) Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup, terbentuk oleh adanya beting pasir yang terletak sejajar dengan garis pantai, sehingga menghalangi interaksi langsung dan terbuka dengan perairan laut.
3) Fjords, merupakan estuaria yang dalam, terbentuk oleh aktivitas glasier yang mengakibatkan tergenangnya lembah es oleh air laut.
4) Estuaria tektonik, terbentuk akibat aktivitas tektoknik (gempa bumi atau letusan gunung berapi) yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah yang kemudian digenangi oleh air laut pada saat pasang.
Berdasarkan karak¬teristik geomorfolo¬gi¬nya, Estuaria dapat dike¬lompokkan atas empat tipe, yaitu:
1) Estuaria dataran pe¬sisir, paling umum dijumpai, dimana pem¬bentukannya terjadi akibat penaikan per¬mukaan air laut yang menggenangi sungai di bagian pantai yang landai.
2) Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup, terbentuk oleh adanya beting pasir yang terletak sejajar dengan garis pantai, sehingga menghalangi interaksi langsung dan terbuka dengan perairan laut.
3) Fjords, merupakan estuaria yang dalam, terbentuk oleh aktivitas glasier yang mengakibatkan tergenangnya lembah es oleh air laut.
4) Estuaria tektonik, terbentuk akibat aktivitas tektoknik (gempa bumi atau letusan gunung berapi) yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah yang kemudian digenangi oleh air laut pada saat pasang.
Gambar.1 daerah estuari
Berdasarkan stratifikasinya, estuaria diklasifikasikan
menjadi tiga jenis yaitu :
- Estuaria berstratifikasi nyata atau baji garam
Dicirikan
oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air laut, didapatkan dilokasi
dimana aliran air tawar lebih dominan dibanding penyusupan air laut.
2.Estuaria
bercampur sempurna atau estuaria homogen vertical
Pengaruh
pasang surut sangat dominant dan kuat sehingga air bercampur sempurna dan tidak
membentuk stratifikasi.
3.Estuaria
berstratifikasi sebagian (moderat)
Aliran air
tawar seimbang dengan masuknya air laut bersama arus pasang.
Berdasarkan
salinitas ( kadar garamnya ), estuaria dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
- Oligohalin yang berkadar garam rendah ( 0,5% – 3 % )
- Mesohalin yang berkadar garam sedang ( 3% – 17 %)
- Polihalin yang berkadar garam tinggi, yaitu diatas 17 %
2.Elnino dan Dipolemode
Ø El-Nino :El-Nino adalah kondisi abnormal
iklim dimana penampakan suhu permukaan laut Samudera Pasifik ekuator bagian
timur dan tengah (dipantai Barat Ekuador dan Peru) lebih tinggi dari rata-rata
normalnya. Istilah ini pada mulanya digunakan untuk menamakan arus laut hangat
yang terkadang mengalir dari utara ke selatan antar Pelabuhan Paita dan
Pacasmayo. Padahal biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut biasanya
suhu air permukaan laut di daerah tersebut dingin kerena naiknya massa air di
bawah permukaan air laut ke permukaan air laut (upwelling)
Kejadian
ini kemudian semakin sering muncul yaitu setiap tiga hingga tujuh tahun
serta mempengaruhi iklim dunia selama
lebih dari satu tahun.
El-Nino
adalah fenomena alam dan bukan badai, secara ilmiah diartikan dengan
meningkatnya suhu muka laut di serkitar pasifik tengah dan timur sepanjang
ekuator dari nilai rata-ratanya dan secara fisik El-Nino tidak dapat
dilihat.
El-Nino
sering disebut fase panas (warm event) di samudera pasifik ekuatorial
bagian tengah dan timur. El-Nino diindikasikan dengan beda tekanan
atmosfer antara Tahiti dan Darwin atau yang disebut Osilasi Selatan. Disebut
demikian karena keduanya terletak di belahan bumi bagian selatan. El-Nino
ditandai dengan indeks osilasi/Southern Oscillation Index (SOI) negatif,
artinya tekanan atmosfer Tahiti lebih rendah dari pada tekanan diatas darwin.
Ketika
terjadi El-Nino angin pasat timuran melemah. Angin berbalik ke barat dan
mendorong wilayah potensi hujan ke barat.Hal ini menyebabkan peruabahan pola
cuaca.Daerah potensi hujan meliputi wilayah perairan pasifik tengah, pasifik
timur, dan amerika tengah. Selain itu air laut bersuhu rendah yang
mengalir di sepanjang pantai selatan amerika dan pasifik timur berkurang atau
bahkan menghilang sama sekali. Wilayah pasifik tengah, pasifik timur menjadi
sehangat pasifik barat.
Gambar 2.el nino
\b.Dipole Mode
Dipole
Mode merupakan penomena intreraksi laut – atmosfer di Samudera Hindia yang
dihitung dari nilai perbedaan (selisih) anomali suhu muka laut perairan pantai
timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera. Nilai perbedaaan
anomali suhu muka laut ini disebut Dipole Mode Indek ( DMI )
Jika
nilai DMI positif (Dipole Mode Positif), secara umum curah hujan di
wilayah Indonesia bagian barat akanberkurang. Sedangkan jika nilai DMI negatif
(Dipole Mode Ne
Interaksi yang cukup kuat antara atmosfer dan
lautan di wilayah Samudera Hindia menghasilkan fenomena Dipole Mode (DM) yang
didefinisikan sebagai tanda-tanda atau gejala akan menaiknya atau memanasnya
suhu permukaan laut (SPL) dari kondisi normal di sepanjang Ekuator Samudera
Hindia, khususnya di sebelah selatan India yang diiringi dengan menurunnya suhu
permukaan laut tidak normal di perairan Indonesia di wilayah pantai barat
Sumatera (Yamagata, 2001). Pada keadaan normalnya, di sebelah barat lautan
tropis Hindia suhu permukaan laut mengalami pendinginan dan hangat di sebelah
bagian timurnya dan ditandai dengan distribusi SPL yang cukup merata di sekitar
ekuator.
Hasil perhitungan perbedaan nilai (selisih) antara
anomali suhu muka laut di bagian barat dan sebelah timur samudera Hindia ini
dikenal sebagai DMI (Dipole Mode Index).Dipole Mode dibagi menjadi dua
fase yakni Dipole Mode Positif dan Dipole Mode Negatif. Dipole Mode Positif
(DMP) terjadi pada saat tekanan udara permukaan di atas wilayah barat Sumatera
relatif bertekanan lebih tinggi dibandingkan wilayah timur Afrika yang
bertekanan relatif rendah, sehingga udara mengalir dari bagian barat Sumatera
ke bagian timur Afrika yang mengakibatkan pembentukkan awan-awan konvektif di
wilayah Afrika dan menghasilkan curah hujan di atas normal, sedangkan di
wilayah Sumatera terjadi kekeringan, begitu sebaliknya dengan Dipole Mode
Negatif (DMN). Dalam kaitannya dengan pola curah hujan di BMI (Benua Maritim
Indonesia), maka DMI positif berhubungan dengan berkurangnya intensitas curah
hujan di bagian barat BMI.Sedang sebaliknya, DMI negatif berhubungan dengan
bertambahnya intensitas curah hujan di bagian barat BMI.Ilustrasi proses /
mekanisme fenomena IOD (Indian Ocean Dipole).
Gambar
3.dipolemode
- Dipole mode disingkat DM merupakan fenomena yang mirip dengan ENSO tetapi terjadi di Samudera Hindia. Peristiwa dipole mode ditandai adanya perbedaan anomali suhu permukaan laut (SPL) antara Samudera Hindia tropis bagian barat (50 oE – 70 oE, 10 oS – 10 oN) dengan Samudera Hindia tropis bagian timur (90 oE – 110 oE, 10 oS – ekuator). Anomali SPL ini memiliki kondisi yang lebih dingin dari normal dan muncul dipantai barat Sumatera (Samudera Hindia bagian timur), sementara di Samudera Hindia bagian barat terjadi pemanasan dari biasanya.
- Jenis DM dibagi berdasarkan SPL antara Samudera Hindia tropis bagian barat (50 oE – 70 oE, 10 oS – 10 oN,kotak A) dengan Samudera Hindia tropis bagian timur (90 oE – 110 oE, 10 oS – ekuator,kotak B) pada Gambar 1.
- Dipole mode dibagi menjadi menjadi DM(+) dan DM (-).
3.Devenisi dan Klasifikasi sedimen
Devenisi sedimen
edimentasi adalah suatu proses pengendapan
material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu
cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses
pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit
pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah
pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin.Sumber:wikipedia.org
Definisi sedimen menurut
ilmuwan PETTIJHON adalah merupakan proses pembentukan sedimen atau
batuan sedimen yang diakibatkan oleh
pengendapan dari material pembentukan pada suatu tempat yang disebut
lingkungan. Adapun beberapa sedimen yang berada di dasar laut yang dibedakan
menjadi 4 ( empat),yaitu :
· Lithougenus sedimen
Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi
pantai dan material hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke
dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau
arus laut dan akan terendapkan jika energi tertrransforkan telah melemah.
· Biogeneuos sedimen
Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari
sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta
bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi.
· Hitereogenous sedimen
Hitereogenous sedimen yaitu sedimen
yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan membentuk
partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut,
sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.
· Cosmogirl sedimen
Cosmogirl sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai
sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini
dapat bersumber dari luar angkasa , aktifitas gunung api atau berbagai partikel
darat yang terbawa angin. Material yang bersal dari luarangkasa merupakan
sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut.Sedimen yang
bersal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanin,
atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang bersal dari
partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana
proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah sub tropis
saat musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak
dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber yang
lain.
Klasifikasi
Sedimen Berdasarkan Asalnya
Menurut
asal usul sedimen dasar laut dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Lithogenous; Jenis sedimen ini berasal dari
pelapukan (weathering) batuan dari daratan, lempeng kontinen termasuk yang
berasal dari kegiatan vulkanik. Hal ini dapat terjadi karena adanya suatu
kondisi fisik yang ekstrim (pemanasan dan pendinginan) terhadap batuan yang
terjadi secara berulang-ulang di padang pasir, oleh karena adanya
embun-embun es dimusim dingin, atau oleh karena adanya aksi kimia dari larutan
bahan-bahan yang terdapat di dalam air hujan atau air tanah terhadap permukaan
batu. Sedimen ini memasuki kawasan laut melalui drainase air sungai.
2. Biogenous; Sedimen ini berasal dari organisme
laut yang telah mati dan terdiri dari remah-remah tulang, gigi-geligi, dan
cangkang-cangkang tanaman maupun hewan mikro. Komponen kimia yang sering
ditemukan dalam sediment ini adalah CaCO3 dan SiO2.
Sedangkan partikel-partikel yang sering ditemukan dalam sedimen calcareous
terdiri dari cangkang-cangkang foraminifera, Cocolithophore, yang disebut globerigina
ooze dan Pteropoda, yang disebut pteropod ooze. Cangkang
Diatomae dan Radiolaria merupakan kontributor yang paling penting dari partikel
Siliceous.
3. Hydrogenous; Sedimen ini berasal dari komponen
kimia yang larut dalam air laut dengan konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga
terjadi pengendapan (deposisi) di dasar laut. Contohnya endapan Mangan (Mn)
yang berbentuk nodul, dan endapan glauconite (hydro silikat yang berwarna
kehijauan dengan komposisi yang terdiri dari ion-ion K, Mg, Fe, dan Si).
4. Cosmogenous; Sedimen ini bersal dari luar
angkasa di mana partikel dari benda-benda angkasa ditemukan di dasar laut dan
mengandung banyak unsur besi sehingga mempunyai respon magnetik dan berukuran
antara 10 – 640 m (Wibisono, 2005).
2.
Klasifikasi Berdasarkan Besar Butir
Sedimen cenderung untuk didominasi oleh satu atau beberapa
jenis partikel, akan tetapi mereka tetap terdiri dari ukuran yang berbeda-beda
(Hutabarat dan Evants, 1985). Ukuran butir sedimen diwakili oleh diameternya
yang biasa disimbolkan dengan d, dan satuan yang lazim
digunakan untuk ukuran butir sedimen adalah millimeter (mm) dan micrometer (µm)
(Poerbandono dan Djunasjah, 2005).
Sedimen pantai diklasifikasikan berdasar ukuran butir
menjadi lempung, lumpur, pasir, butiran, kerikil, kerakal, dan bongkahan.Tabel
1 menunjukkan klasifikasi menurut Wenthworth, yang banyak digunakan dalam
bidang teknik pantai (CERC, 1984).Material sangat halus seperti lumpur dan
lempung berdiameter dibawah 0,063 mm dapat dikategorikan sebagai sedimen kohesif
(Triatmodjo, 1999).
3.
Klasifikasi Berdasarkan Lingkungan Pengendapan
1. Sedimen laut (marine),
diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomite, napal, dan lain
sebagainya.
2. Sedimen darat (teristris/kontinen),
proses terjadinya di daratan misalnya endapan sungai (alluvium), endapan danau,
talus, koluvium, endapan gurun (aeolis), dan sebagainya.
3. Sedimen transisi, lokasi
pembentukannya terletak antara darat dan laut misalnya delta.
Referens
Sumber
: SinarTani Edisi 2-8 September 2009 No. 3319 Tahun X
Tidak ada komentar:
Posting Komentar