BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Ikan Kerapu (Epinephelus sp)
umumnya dikenal dengan istilah "groupers" dan merupakan salah satu
komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik dipasarkan domestik maupun
padar internasional dan selain itu nilai jualnya cukup tinggi.
Jenis kerapu ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai
perairan berkarang di Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu
macan meliputi perairan di wilayah Indo-Pasifik.
Produksi ikan kerapu
saat ini masih relatif rendah sehingga mengakibatkan harga jual kerapu juga
masih mahal dibandingkan dengan keadaan mati (segar). Harga ikan kerapu bebek (Chmoreleptis
altivelis) di tingkat produsen atau pengusahaan KJA mencapi Rp 400.000 per
kilogram, sedangkan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) Rp 130.000
Per kilogram. Rendahnya produksi kerapu disebabkan oleh masih tingginya
penangkapan langsung dari laut yang bisa menggunakan alat tangkap kail, yaitu hand
line dan longline. Alat tangkap ini hanya bisa satu per satu
sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan kerapu dalam jumlah
besar. Selain itu jumlah kerapu di laut juga semakin berkurang karena terjadi over
fishing di beberapa daerah dan penggunaan bahan peledak serta potasium
sianida yang mengakibatkan anak-anak kerapu yang belum layak tangkap mati.
Penangkapan dengan menggunakan cara di atas juga mengakibatkan ikan yang
didapat dalam keadaan mati, padahal permintaan pasar luar negeri maupun dalam
negeri lebih banyak menginginkan kerapu dalam keadaan hidup (Sulaiman, 2010).
Permintaan jenis kerapu macan di pasaran internasional terus meningkat sehingga
untuk keperluan ekspor cukup tinggi dibandingkan jenis kerapu lainnya.
Informasi dari salah satu perusahaan swasta yang mengekspor berbagai jenis ikan
ekonomis penting menjelaskan bahwa permintaan untuk jenis kerapu sekitar 4.000
kg/hari (Anonim, 1998 dalam Alit, 2010).
1.2 DASAR
TEORI
Fisio ikan mencangkup proses
oamoregulasi ,system sirkulasi,system respirasi ,metabolism,system pencernaan
,system syaraf,dan peroduksi.Osmuregulasi merupakan herwan air untuk mengkontrol keseinbangan air dan ion di
dalm tubuh lingkungan melalui mekaniosme peraturan tekanan osmose.Dengan
demikian ,semakin jauh tekanan osmotic anatara tubuh dengan lingkungan ,semakin
banyak energy metabolism yang di butuhkan
untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi ,hingga batas
toleransi yang dimiliki .
Praktek ini
di akan di pelajari respon yang diperlihatkan
oleh ikan yang biasanya berupa perubahan tingkalaku maupun pergerakan
ikan terhadap perubahan salinitas dan suhu yang terjadi pada lingkungan tempat
hidupnya.
1.3 Tujuan dan
Manfaat
·
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mahasiswa
dapat menjelaskan secara langsung perubahan –perubahan fisik,tingka laku dan
pergerakan ikan dan menganalisa hasil percobaan
2. Mahasiswa
dapat menjelaskan perubahan fisik,tingkalaku dan pergerakan ikan yang di
akibatkan oleh perubahan salinitas
3. Untuk
memenuhi nilai tugas Fisiologi Hewan Air.
·
Manfaat dari praktikum mata kuliah
Fisiologi Hewan Air ini yaitu:
1. Untuk
menambah pengetahuan dan wawasan tentang Fisiologi Hewan Air
2. Untuk
mendapatkan data dan informasi mengenai ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus).
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Klasifikasi dan Morfologi KERAPU MACAN
Menurut
Randall dan Heemstra (1987) dalam
Antoro et al. (1999), klasifikasi
ikan kerapu macan adalah sebagai berikut :
Phylum :
Chordata
Sub
phylum : Vertebrata
Class : Osteichtyes
Sub class : Actinopterygi
Ordo :
Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Family : Serranidae
Sub family : Epinephelinae
Genus : Epinephelus
Species : Epinephelus fuscoguttatus
Ikan kerapu macan mempunyai banyak nama lokal. Di Australia
orang mengenal kerapu macan dengan nama Flower
Cod. Di India dikenal dengan nama Fana,
Chammam, dan di Jepang orang mengenal
dengan nama Aka-Madarahata. Bagi
orang Philipina ikan kerapu macan dikenal dengan nama Garopa (Tagalog), Pugopa (Visayan), dan di Singapura dengan nama Tiger Grouper, Marble Grouper.
Sedangkan di Indonesia dan Malaysia dikenal dengan nama kerapu macan dan kerapu
hitam (Randall 1987, dalam Evalawati et al., 2003).
Menurut Randall (1987), dalam Antoro et al. (1999), identifikasi kerapu macan untuk pertama kalinya
dilakukan oleh Weber dan Beanfort pada tahun 1931, yang menyatakan bahwa ikan
tersebut mempunyai bentuk badan yang memanjang gepeng (compressed) atau agak membulat, mulut lebar serong keatas dengan
bibir bawah serong keatas. Rahang bawah dan atas dilengkapi dengan gigi-gigi
geratan berderet dua baris, lancip dan kuat serta ujung luar bagian depan
adalah gigi-gigi besar. Sirip ekor umumnya membulat (raunded), sirip punggung memanjang dimana bagian jari-jarinya yang
keras berjumlah kurang lebih sama dengan jari-jari lunaknya, jari dua sirip
yang keras jumlah 6-8 buah, sedangkan sirip dubur berjumlah 13-15. Warna dasar
sawo matang, perut bagian bawah agak keputihan dan pada badannya terdapat titik
berwarna merah kecoklatan serta tampak pula 4-6 baris warna gelap yang
melintang hingga ke ekornya. Badan ditutupi oleh sisik kecil, mengkilat dan
memiliki ciri-ciri loreng. Untuk lebih jelas morfologi ikan kerapu macan dapat
di lihat pada Gambar berikut:
2.2. Habitat dan Daerah Penyebaran
Daerah penyebaran ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dimulai dari Afrika Timur, Kepulauan
Ryukyu (Jepang Selatan), Australia, Taiwan, Mikronesia dan Polynesia, menurut
Katayama (1960), dalam Antoro et al. (1999). Lain halnya menurut
Heemstra (1993), dalam Evalawati et al. (2003), ikan kerapu macan
tersebar luas dari wilayah Asia Pasifik termasuk Laut Merah, tetapi lebih
dikenal berasal dari Teluk Persi, Hawaii atau Polynesia. Terdapat pula dihampir
semua perairan pulau tropis Hindia dan Samudra Pasifik Barat dari pantai Timur
Afrika sampai dengan Mozambika.
Menurut Weber dan Beaufort (1931), dalam Antoro et al.
(1999), di Indonesia ikan ini banyak ditemukan di perairan pulau Sumatera,
Jawa, Sulawesi, Pulau Buru dan Ambon. Kerapu muda dan larva banyak terdapat di
perairan pantai dekat muara sungai dengan dasar perairan berupa pasir berkarang
yang banyak ditumbuhi padang lamun (Akbar et
al., 2002). Selanjutnya menurut Sugama dan Eda (1986), dalam Ismail et al. (1998),
ikan kerapu yang masih kecil menyukai daerah pantai, sedangkan yang dewasa
menyukai daerah perairan yang lebih dalam.
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
Praktikum
ini dilakukan di laboratorium MSP (Manajemen Sumberdaya Perairan), Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura.
1) Waktu dan tanggal
Hari
/ tanggal : jumad, 7 juni 2013
Waktu
/ jam :
pukul 14 : 00 – 16 : 30 wit
Tempat
:Laboratirium Program
studi Manajemen Sumberdaya Perairan,Universitas pattimura
2) Alat dan Bahan
No
|
PERALATAN YANG DI GUNAKAN SELAMA PRAKTEK
|
|
Alat
|
Bahan
|
|
1
|
Refraktometer
|
ikan
kerapu macan 5 ekor
|
2
|
Mistar
|
air laut 15 liter
|
3
|
gelas ukur
|
air
tawar
|
4
|
ember plastic
|
Bongkahan es
|
5
|
Baskom plasstik
|
|
6
|
Refraktometer
|
|
7
|
Aerator
|
|
8
|
akuarium
|
|
9
|
tissue
|
|
10
|
Alat
tulis
|
|
11
|
Stopwatch
|
3) Prosedur kerja
A. percobaan 1,perlakuan suhu (ditirunkan )
·
air
laut dimasukkan kedalam aquarium sebanyak 15 liter dengan menggunakan gelas
ukur
·
mengukur
suhu di awal percobaan pada akuarium dengan menggunakan thermometer
·
mengukur
salinitas di awal percobaan pada akuarium dengan menggunakan termometert
·
Ukur
salinitas di awal percobaan dengan menggunakan
refraktometer
·
Ikan
di masukan ke dalam aquarium sebanyak 5 ekor
·
Berikan
sikulasi udara dengan menggunakan aerator
·
Turunkan
sehu air berlahan-lahan dengan menambahkan bongkahan es ke dalam aquarium
B. Percobaaan 2 perlakuan salinitas (di turunkan )
·
Prosedur
kerja sama dengan poin 1-7 pada
percobaan 2,yang di tambahkan adalah :
·
Tambahkan
air tawar hingga salinitas mengalamiu perubahan menjadi 15 %
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1.
Percobaan 1, perlakuan suhu (diturunkan )
NO
|
Waktu per 5 menit
|
salinitas
|
Kecepatan buka operkulum
|
Pergerakan sirip
|
Pergerakan mulut
|
Ikan mengelompok
|
Ikan menyebar
|
Keaktifan renang
|
Ikan berada di dasar
|
1
|
1
|
20
|
383
|
83
|
383
|
Mengelompok
|
Tidak
|
Kurang
|
di dasar
|
2
|
393
|
106
|
393
|
Mengelompok
|
Tidak
|
Kurang
|
di dasar
|
||
3
|
395
|
94
|
395
|
Mengelompok
|
Tidak
|
Kurang
|
di dasar
|
||
4
|
325
|
20
|
325
|
Mengelompok
|
Tidak
|
Kurang
|
di dasar
|
||
5
|
350
|
20
|
350
|
Mengelompok
|
Tidak
|
Kurang
|
di dasar
|
||
6
|
393
|
10
|
393
|
mengelompok
|
Tidak
|
Kurang
|
di dasar
|
2. Percobaan 2,perlakuan salinitas (di turunkan )
NO
|
Waktu per 5 menit
|
salinitas
|
Kecepatan buka operkulum
|
Pergerakan sirip
|
Pergerakan mulut
|
Ikan mengelompok
|
Ikan menyebar
|
Keaktifan renang
|
Ikan berada di dasar
|
2
|
1
|
15
|
371
|
17
|
371
|
menyebar
|
pasif
|
di dasar
|
|
2
|
275
|
26
|
275
|
Mengelompok
|
Pasif
|
di dasar
|
|||
3
|
180
|
19
|
180
|
mengelompok
|
pasif
|
di dasar
|
3.
ANALISA DATA
Rumus
V.N
= Vi . Ni
V
= ( Vi-Ni ) / N
Dimana : V
= Volume air
N
= Salinitas
Vi
= Volumi awal
Ni = Salinitas awal
18 x 15 = 15 x 20
18 x 15 = 270 15 x 20 = 300
18 = ( 15 – 20 ) / 15
18 = -5 / 15
18 = -0,333
B. Pembahasan
1. Ikan Kerapu Macan
Ø Klasifikasi Ilmiah Ikan Kerapu Macan
Menurut
Ghufran (2001) dalam Sulaiman (2010), ikan kerapu dapat diklasifikasikan
secara taksonomi sebagai berikut:
Filum
: Chordata
Klas : Pisces
Ordo
: Perciformes
Famili : Serranidae
Genus
: Cromileptes
Spesies
: Cromileptes altivelis
Genus
: Plectropoma
Spesies : Plectropoma
maculatus, P. Leopardus, dan P.oligacanthus
Genus
: Epinephelus
Spesies
: Epinephelus fuscoguttatus
Ø Morfologi Ikan Kerapu
Menurut wardana (1994) dalam Sulaiman (2010),
ciri-ciri morfologi ikan kerapu adalah sebagai berikut:
1). Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil
daripada panjang dan tinggi tubuh.
2). Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip
dan kuat.
3). Mulut lebar, serong ke atas
dengan bibit bawah yang sedikit menonjol melibihi bibir atas.
4). Serip ekor berbentuk bundar,
sirip punggung tunggal dan memanjang di mana bagian yang berjari-jari keras
kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak.
5). Posisi sirip perut berada di bawah sirip dada.
6). Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.
Bentuk ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) mirip dengan kerapu lumpur, tetapi dengan badan yang agak
lebar. Masyarakat Internasional menyebutnya dengan sebutan flower atau carpet
cod (Ghufran, 2001 dalam Sulaiman, 2010).
Ikan kerapu macan memiliki mulut
lebar serong ke atas dengan bibir bawah menonjol ke atas dan sirip ekor yang
umumnya membulat (rounded). Warna dasar sawo matang, perut bagian bawah
agak keputihan dan pada badannya terdapat titik berwarna merah kecokelatan,
serta tampak pula 4-6 baris warna gelap yang melintang hingga ekornya. Badan
ditutupi oleh sisik kecil, mengkilat dan memiliki ciri-ciri loreng (Antoro 2004
dalam Sulaiman, 2010).
Ø Tingkah Laku Ikan Kerapu Macan
·
Penyebaran
Pada percoaan (1),saat batangan es di masukan di
dalam aquarium,pada 5 menit pertama ikan masi terlihat normal dengan bergerak
mengliling aquarium,namun pada 5 menit ke2 hinngga 5 menit ke6 ,suhu air pada
aquarium menjadi lebih dingin,menyebabkan ikan lebih banyak tidak bergerak dan
mencoba menjau dari batangan es.
Pada percobaan (2),saat salinitas di aquarium di
turun kan dari 20ppt menjadi 15ppt,pada
5 menit pertama ikan terlihat stres,lebih banyak bergerak mengelilingi aquarium
dan pada 5 menit ke2 dan ke3,ikn terlibat berkelompok di dasar aquarium dan
tidak banyak bergerak.
Ikan
kerapu merupakan jenis ikan domersal yang menyukai hidup di perairan karang, di
antaranya pada celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan (DKP,
2004 dalam Sulaiman, 2010).
Ikan kerapu macan adalah ikan karang yang habitatnya di batu
karang dan merupakan ikan yang bergerombol dan selalu aktif mencari pakan, jika
pemberian pakan kurang terutama pada ukuran panjang di bawah 4 cm, ikan ini
akan memakan temannya (Alit, 2010). Bahwa semakin tinggi padat penebaran ikan
semakin tinggi pula persaingan dalam ruang gerak (Stickney & Lovell, 1977 dalam
Alit, 2010).
·
Bukaan operculum
Dari percobaan (1) dan (2) terjadi perubahan bukaan opeculum pada setiap 5 menit,
Pada
percabaan (1), dari 5 menit pertama hingga 5 menit ke enam.terjadi perubahan
bukaan opecukul pada setiap 5 menit,kadang bukaan opecukul cepat kadang lambat,
percobaan
ke 2, bukaan operculum pada percobaan (2) berbeda dengan percobaan (1),pada 5
menit pertama bukaan opeculum pada ikan masi masi terlihat normal namun pada 5
menit ke2 dan ke3,terjadi penurunan bukaan opeculum pada ikan,di sebabkan
karena terjadi penurunan salinitas.
·
Pergerakan sirip
Pergerakan sirip ikan pada percobaan
(1) dan (2),ada perbedaan yang terjadi pada setiap 5 menit, namun ikan lebih
banyak diam dan tidak menggerakan siripnya, pergerakan sirip ikan yang
terbanyak terjadi pada percobaan (1) pada 5 menit ke2, saat air di aquarium mulai
dingin,
Ø Kualitas Air
·
Salinitas
Salinitas air yang yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan
kerapu dapat mengganggu kesehatan dan pertumbuhannya. Secara fisiologis
salinitas akan mempengaruhi fungsi organ osmoregulator
ikan. Perbedaan salinitas media dengan tubuh ikan akan menimbulkan gangguan
keseimbangan. Hal ini mengakibatkan sebagian besar energi yang tersimpan dalam
tubuh ikan untuk penyesuaian diri terhadap kondisi yang kurang mendukung
tersebut sehingga dapat merusak sistim pencernaan dan transportasi zat-zat
dalam darah. Salinitas yang ideal untuk pemeliharaan kerapu adalah 30-35 ppt
(Qodri et al., 1999).
Perubahan salinitas yang terjadi pada percobaan 2,pada saat ikan
di kerapu di dalam aquarium dengan
salinitas morma yaitu 2O ppt,pergerakan ikan terlihan normal,namun pada saat di
lakukan perunuran salinitas dengan cara
menambahkan air tawar hingga salinitas menjadi 15 ppt,menyebabkan ikan menjadi
stes,pergerakannya pada ikan semakin melemah begitupun bukaan operculumnya
semakin lama semakin lambat,dan juga terjadi perubahan warna pada kulit ikan .
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa Ikan
Kerapu (Epinephelus sp) umumnya dikenal dengan istilah
"groupers" dan merupakan jenis ikan yang hidupnya bergerombol dan selalu
aktif mencari makan. Kemudian ikan kerapu macan dapat hidup pada salinitas 10
ppt dan dengan suhu 250 C.
Namun
pada percobaan 1.di lakukan perununan suhu dengan menggunakan bongkahan es,menjebabkan
pergerakan ikan menjadi melemah dan lebih banyak pasif di dasar aquarium dan
percobaan 2,dengan menurunkan salinitas menyebabkan ikan menjadi pusing dan
bukaan operculum nya menjadi melambat.
B. Saran
v Praktikum
harus dilakukan dengan di perikan pentuk dengan baik
v Sebelum
melakukan praktekun ,berikan penjelasan tentang penggunaan alat-alat praktekum
DAFTAR PUSTAKA
1.
sumber
: Penebar Swadaya, 2008
3.
Salaka,
S., dkk. 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura, Ambon
4. Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan
Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta,
LAMPIRAN
JUDUL PRAKTEK
OBSERVASI PENGARU SUHU
DAN SALINITAS TERHADAP KEMANPUAN OSMUERGULASI TUBUH IKAN MELALUI PENDEKATAN KUANTITATIF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar