LATAR
BELAKAN
A.
Pengertian Biogegorafi
Salah satu cabang geografi adalah biogeografi atau geografi
biologi. Biogeografi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari sebaran secara spesial makhluk hidup pada saat
yang lalu dan saat ini. Untuk tujuan praktis sesuai dengan pembagian makhluk
hidup menjadi tumbuhan dan hewan, biogeografi pada umumnya dibagi atas
“geografi tumbuhan” (fitogeografi) dan “geografi hewan” (zoogeografi).
Fitogeografi dan Zoogeografi adalah bagian dari ilmu pengetahuan biogeografi
yang mempelajari studi dan deskripsi perbedaan fenomena distribusi vegetasi di
bumi termasuk semua faktor yang mengubah permukaan bumi oleh faktor fisik,
iklim atau oleh interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.
Biogeografi merupakan cabang dari
biologi yang mempelajari makhluk hidup dan geografi, dalam penyebaran atau
distribusi makhluk hidup di bagian bumi termasuk asal dan cara penyebarannya.
Penyebaran makhluk hidup dibedakan atas penyebaran hewan dan tumbuhan.
Pengetahuan biogeografi erat kaitannya dengan klimatologi dan
paleontologi.
Biogeografi adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari
tentang keanekaragaman hayati berdasarkan ruang dan waktu. Biogeografi yaitu bidang ilmu yang
mempelajari dan berusaha untuk menjelaskan distribusi organisme di permukaan
bumi. Cabang keilmuan ini bertujuan untuk mengungkapkan mengenai kehidupan
suatu organisme dan apa yang mempengaruhinya. Ilmu tidak hanya mempertanyakan
Spesies apa? dan Dimana?, tapi ia juga mempertanyakan Mengapa? dan terkadang
Mengapa tidak? Pola penyebaran spesies pada tingkatan ini dapat dijelaskan
melalui gabungan faktor-faktor keturunan seperti spesifikasi, kepunahan,
continental drift, glaciation (yang berhubungan juga dengan tinggi dari
permukaan laut, jalur sungai dan hal-hal terkait), serta river capture dan
ketersediaan sumber daya alam.
Studi tentang penyebaran spesies menunjukkan bahwa
spesies-spesies berasal dari satu tempat, namun selanjutnya menyebar ke
berbagai daerah. Organisme tersebut mengadakan diferensiasi selanjutnya menjadi
subspesies baru dan spesies yang cocok terhadap daerah yang ditempatinya. Salah
satu dasar mempelajari biogeografi adalah bahwa setiap hewan dan tumbuhan
muncul atau mengalami evolusi sekali saja pada masa lampau. Suatu tempat
tertentu asal suatu jenis disebut pusat asal usul.
Orang yang pertama kali mengemukakan
adanya hubungan antara makhluk hidup dengan daerah / wilayah tertentu di
permukaan bumi adalah Alfred Russel Wallace. Pada tahun 1800-an ia menerbitkan
buku yang mengungkapkan adanya pola penyebaran makhluk hidup di bumi. Wallace
membagi bumi menjadi 6 wilayah biogeografi karena masing-masing wilayah
memiliki tumbuhan dan hewan yang khas dan unik. Setiap wilayah geografis
tersebut memiliki rintangan berupa kondisi alam sebagai hasil dari penyatuan
atau pemisahan benua pada masa silam. Akibat dari adanya rintangan tersebut,
makhluk hidup terhalang dan tidak dapat melakukan penyebaran ke daerah di
seberangnya.
Wallace sejak tahun 1858 telah menyadari perubahan-perubahan
geologi yang terjadi di wilayah Indonesia bagian tengah ini dan implikasinya
kepada penyebaran fauna. Ilmu Biogeografi lahir di Indonesia, oleh Wallace,
ketika ia menulis sebaris kalimat kepada Henry Bates, “I believe the western
part to be a separaed portion of continental Asia, the eastern the fragmentay
prolongation of a former Pacific continent.” (Alfred Russel Wallace, 1858).
Tahun 1910, tiga tahun sebelum
Wallace meninggal, dalam bukunya “The World of Life” (Chapman and Hall,
London), Wallace menggeser garisnya di sektor Sulawesi lebih ke timur lagi
sebab di Sulawesi Barat masih cukup dominan ditemukan fauna-fauna Asia. Dari
penelitian-penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh ahli2 fauna dan flora
ditemukan bahwa Garis Wallace ini tidak pernah tegas, tetapi dapat
bergeser-geser ke timur atau barat di Sulawesi; tetapi jelas meyakinkan bahwa
Sulawesi adalah wilayah pertemuan sekaligus perbatasan zone-zone biogeografi.
Konsep Garis Wallace ini mengesankan
para ahli biogeografi sebab penyebaran flora pun mengikutinya. Flora-flora
pegunungan di Sulawesi Barat mirip flora pegunungan di Kalimantan dan Jawa,
sedangkan flora di tanah yang berasal dari lapukan batuan ultrabasik d Sulawesi
bagian timur ternyata mirip flora Papua yang juga tumbuh di tanah hasil lapukan
batuan ultrabasik. Ahli flora terkenal zaman Hindia Belanda, van Steenis
pada tahun 1972 meneliti flora pegunungan Sulawesi dan membaginya sebagai flora
asal lokal (autokton) dan flora asal luar (alokton).
Edwards
(1964) berpendapat, kajian biogeografi mestilah meliputi pengetahuan tentang proses-proses pedogenik (tanah-tanih), jenis-jenis
tanih dan keadaan cuaca kerana tumbuh-tumbuhan tidak boleh dikaji berasingan
daripada tanih di mana ia tumbuh. Begitu juga dengan kepentingan manusia
yang merubah tanih dalam pelbagai aktiviti yang mereka jalankan. Dalam
biogeografi, kajian tanah juga boleh
dilakukan seperti kajian mengenai bentuk guna tanah (landforms).
Di samping itu, kita juga boleh mengkaji mengenai pembentukan bahan-bahan
organik di dalam formasi tanah.
1.
Faktor-faktor Biogeografi
Faktor-faktor yang mempengaruhi biogeografi, meliputi:
a.
Faktor Iklim
Meliputi, cahaya matahari,
temperatur, kelembaban, dan curah hujan.Iklim merupakan faktor utama yang
menentukan tipe tanah maupun spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah tersebut.
Sebaliknya jenis tumbuhan yang ada menentukan jenis hewan dan mikroorganisme
yang akan menghuni daerah tersebut. Pada dasarnya iklim tergantung pada
matahari. Matahari bertanggung jawab tidak hanya untuk intensitas cahaya yang
tersedia untak proses fotosintesis, tetapi juga untuk temperatur umumnya.
Komponen iklim lain yang menentukan
organisme apa yang dapat hidup di suatu daerah adalah kelembaban, kelembaban
ini juga bergantung pada cahaya matahari dan temperatur. Curah hujan yang
banyak diperlukan untuk mendukung pertumbuhan pohon-pohon yang besar, sedangkan
curah hujan yang lebih sedikit membantu komunitas yang didominasi oleh pohon-pohon
pendek, semak belukar, rumput dan akhirnya kaktus atau tumbuhan gurun
lainnya.Makin tinggi curah hajan dan temperatur di suatu daerah (tanah) makin
banyak dan makin besar jumlah tumbahan yang didukungnya. Dengan demikian iklim
merupakan salah satu faktor utama terbentuknya daerah-daerah biogeografi.
b.
Faktor keturunan
Seperti spesifikasi, kepunahan,
pergeseran benua, glasiasi(yang berhubungan juga dengan tinggi dari
permukaan laut, jalur sungai dan hal-hal terkait), serta penangkapan sungai
(river capture) dan ketersediaan sumber daya alam.
q
Menurut para pakar biogeografi,
meliputi :
Biogeografi Sejarah, Menekankan terutama pada sejarah
evolusi (perkembangan) dari kelompok-kelompok organisme.
Biogeografi Ekologi,Memusatkan pada interaksi organisme
pada saat ini dengan lingkungan fisik dan interaksi satu sama lainnya serta
untuk memahami bagaimana hubungan-hubungan ini mempengaruhi dimana spesies dan
takson yang lebih luar ditemukan pada masa sekarang.
B.
Daerah-daerah Biogeografi di Dunia ( Gambar : 1 )
Daerah-daerah
biogeografi di dunia dengan beberapa organisme yang khas, meliputi:
a.
Australia
Australia
Irian, Selandia Baru, dan kepulauan di Samudera Pasifik.
Misalnya: Semua Monotremata, Marsupialia (mammalia tidak berplasenta/mammalia berkantung), Rodentia, Kelelawar, burung Kaswari, burung Cenderawasih, jenis-jenis burung Kakaktua, ikan Paru-paru Australia dan burung Kiwi.
Misalnya: Semua Monotremata, Marsupialia (mammalia tidak berplasenta/mammalia berkantung), Rodentia, Kelelawar, burung Kaswari, burung Cenderawasih, jenis-jenis burung Kakaktua, ikan Paru-paru Australia dan burung Kiwi.
b.
Oriental
Daerah
Asia bagian selatan pegunungan Himalaya, India, Sri Langka, Semenanjung Melayu,
Sumatera, Jawa, Kalirnantan, Sulawesi, dan Filipina.
Misalnya: Siamang, Orang utan, Gajah, Badak, burung Merak.
Misalnya: Siamang, Orang utan, Gajah, Badak, burung Merak.
c.
Ethiopia
Afrika, Magaskar dan pulau-pulau
sekitar AfrikaMisalnya: Gajah Afrika, Gorilla, Simpanse, Badak Afrika, Singa,
Kuda Nil, Zebra, Jerapah, Burung Onta.
d.
Neotropik
Amerika
Selatan dan Tengah, Meksiko dan Hindia Barat.
Misalnya: Armadillo, kelelawar Vampire, burung Kolibri.
Misalnya: Armadillo, kelelawar Vampire, burung Kolibri.
e.
Neartik
Amerika
Utara dari dataran tinggi Meksiko sampai kawasan kutub utara dan
Greenland.Misalnya: Kambing gunung, Karibon, tikus air (Beaves).
f.
Paleartik
Eurasia sebelah selatan ke Himalaya,
Afghanistan, Iran dan Afrika bagian utara dari gurun Sahara.Misalnya: Landak,
Babi hutan dan Rusa kecil.
( Gambar : 1 ) Daerah-daerah Biogeografi di Dunia
C.
Penyebaran Flora dan Fauna di Dunia dan Indonesia
a.
Penyebaran Organisme Di Bumi
Distribusi organisme dipengaruhi
oleh sejarah, iklim masa lalu dan susunan atau bentuk benua-benua dan hubungan
ekologis masa lalu dan masa sekarang, serta semua interaksi satu sama lainnya. Karena
kompleksitas hubungan ini, maka para pakar biogeografi telah cenderung
memusatkan pada salah satu dari dua pendekatan utama terhadap bidang ilmu ini
b.
Penyebaran Hewan Di Indonesia
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak
di antara dua daerah biogeografi besar, yaitu antara daerah biogeografi
oriental dengan biogeorafi Australian. Persebaran fauna yang ada di Indonesia
terbagi menjadi 3 kawasan besar yang
telah ditentukan oleh para ahli, seperti Webber dan Wallace. yaitu :
1) Kawasan Indonesia bagian barat, atau lebih dikenal
dengan sebutan Asiatis, yang meliputi pulau Sumatra, jawa, Kalimantan.
Hewan-hewannya meliputi gajah, harimau, orang utan dan lain-lain.
2) Kawasan Indonesia tengah atau lebih dikenal dengan
wilayah peralihan. yang termasuk ke dalam wilayah ini yaitu pulau Sulawesi,
kepulauan Maluku, Sumba, Sumbawa, Lombok dan Timor. wilayah peralihan ini
memilki hewan/fauna yang khas dan hanya ada di daerah tersebut atau lebih
dikenal dengan hewan endemik, misalnya : anoa, komodo, burung maleo dan
lain-lain.
3) Kawasan Indonesia Timur atau kawasan Australis. wilayahnya meliputi wilayah papua.
hewan-hewannya menyerupai hewan Australia seperti : burung cendrawasih,
kangguru dan koala.
Sedangkan untuk flora Indonesia Berbeda dengan
pembagian faunanya. Flora yang ada di Indonesia dikenal juga dengan sebutan
Flora Malesiana. Flora Malesiana ini meliputi Negara Indonesia, Malaysia, Papua
Nugini Filipina dan kepulauan Salomon.
Flora
Malesiana ini merupakan pemikiran dari seorang Zoologist berkebangsaan Inggris
bernama Alfred Wallace. Beliau melihat adanya keterkaitan antara tipe-tipe hewan dengan
suatu wilayah. Pendekatan yang dilakukan Alfred Wallace ini dikenal dengan
pendekatan biogeografi. Berdasarkan pendekatan biogeografi, kekayaan flora di
Indonesia dibagi menjadi 2 kelompok. Yaitu kelompok Indo Malayan dan kelompok
Indo Australian. Kedua kelompok flora tersebut dibatasi oleh garis Wallace dan
garis Lydekker. Daerah ini merupakan wilayah bioma hutan hujan tropis dan
memiliki beberapa jenis tumbuhan yang khas , seperti: jati,rotan, cendana, dan kayu hitam.
Flora
Indo Malayan meliputi tanaman yang berada di wilayah Indonesia Barat dimana
wilayah ini meliputi Jawa, kalimantan, Sumatera, dan Bali. Flora Indo Malayan
didominasi oleh jenis meranti-merantian, terdapat ebebrapa jenis rotan, serta
memiliki berbagai jenis pohon nangka. Penyebaran flora di Indonesia sangat
dipengaruhi oleh keaneragaman hayati dan posisi geografis Indonesia yang
menguntungkan.
PEMBAHASAN
A.
Definisi biogeorafi
Biogeorafi
adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi organisme dari masa lalu hingga
sekarang. Biogeorafi mencoba mendekripsikan dan memberikan pemahaman tentang
pola-pola distribusi yang tidak terhitung jumlah dari suatu spesies
Biogeografi
yaitu ilmu yang mempelajari tentang persebaran organisme baik flora dan
fauna yang ada di permukaan bumi. Atau Biogeografi juga
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan
geografi, dalam penyebaran atau distribusi makhluk hidup di bagian bumi
termasuk asal dan cara penyebarannya. Penyebaran makhluk hidup dibedakan atas
penyebaran hewan dan tumbuhan. Pengetahuan biogeografi erat
kaitannya dengan klimatologi dan paleontologi. Dalam pengertiannya biogeografi
diartikan suatu study yang mempelajari distribusi atau sebaran geografi hewan
dan tumbuhan di permukaan bumi. Faktor-faktor lingkungan seperti
suhu, curah hujan, jenis tanah dan topografi sangat mempengaruhi pola
distribusi dari suatu makhluk hidup.
B.
Macam-macam Biogeografi
vSecara Umum, meliputi
:
1.
Geografi tumbuhan (fitogeografi)
2.
Geografi hewan (zoogeografi)
Keduanya
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan biogeografi yang mempelajari studi dan
deskripsi perbedaan fenomena distribusi vegetasi di bumi termasuk semua faktor
yang mengubah permukaan bumi oleh faktor fisik, iklim, atau oleh interaksi
makhluk hidup dengan lingkungannya.
1.
Geografi tumbuhan (fitogeografi)
Secara luas. yang dimaksud
fitogeografi adalah suatu kajian tentang sebaran makhluk hidup di bumi pada
saat yang lalu dan pada saat ini. Shukla dan Chandel (1996) mendefinisikan
"fitogeografi sebagai suatu kajian tentang migrasi dan penyebaran tumbuh-
tumbuhan di daratan atau perairan. Penelaahan tentang penyebaran tumbuhan di
bumi pertama kali dikemukakan oleh Alexannder von Humboldt pada tahun 1808
(Misra, 1980).
Secara deskriptif, fitogeografi
adalah “studi dan deskripsi tentang perbedaan fenomena distribusi tumbuhan di
bumi, mencakup semua hal yang mengubah atau mempengaruhi permukaan bumi, baik
oleh pengaruh fisik, iklim atau interaksi dari makhluk hidup ke
lingkungannya" (Potunin, 1994).
Secara umum pembahasan fitogeografi adalah tumbuhan di
seluruh permukaan bumi yang mencakup komposisi, produktivitas setempat dan
terutama distribusinya, Distribusi vegetasi dapat ditelaah secara
terpisah-pisah berdasarkan jenis-jenisnya atau secara bersama sebagai suatu
kesatuan masyarakat tumbuhan, dengan maksud memperoleh pemahaman tentang
perbedaan vegetasi di berbagai wilayah di bumi.
a)
dasar-dasar fitogeografi
Fitogeografi sebagai bagian dari
Geografi selain Zoogeografi, Biogeografi Sejarah atau Biogeografi Ekologi
berusaha menjelaskan dan memahami berbagai pola distribusi suatu jenis
organisme atau kelompok taksa organisme yang lebih luas. Fitogeografi merupakan
pengetahuan sintesis yang sebagian besar ditunjang oleh ilmu pengetahuan lain,
seperti ekologi, biologi populasi, sistematik, evolusi, geologi dan sejarah
alam.
Pada umumnya penelaahan tentang
fitogeografi mempunyai hubungan yang erat dengan analisis dan penjelasan tentang
pola distribusi tumbuhan dan makhluk hidup lainnya di bumi, yang variasi
jenis-jenisnya sebagian besar dipengaruhi lingkunpan fisik tempat tumbuhnya
yang berlangsung pada saat ini dan masa yang lalu. Faktor fisik, antara lain
adalah iklim dan tipe tanah di suatu habitat terestris, dan variasi suhu,
salinitas, cahaya dan tekanan air di suatu habitat perairan.
Pola distribusi tumbuhan dapat mempunyai sebaran yang luas
atau hanya pada tertentu. Sifat distribusinya dapat berhubungan atau
sarnbung-menyamhung dengan wilayah lainnya ("continue"), atau dapat
pula terpisah dengan wilayah lain yang berjauhan ("discontinue atau disjunct"). Berdasarkan pada ada tidaknya
tumbuh-tumbuhan di berbagai wilayah bumi maka terdapat distribusi 3 kelompok
taksa tumbuhan, yaitu:
i.
tumbuhan tersebar luas
ii.
tumbuhan endemik
iii.
tumbuhan discontinue
i.
Tumbuhan yang Tersebar Luas
Tumbuhan
yang tersebar luas ("wides") adalah kelompok taksa tumbuhan yang
penyebarannya hampir terdapat di seluruh dunia di wilayah yang memiliki bermacam-macam
zona iklim. Tumbuhan demikian yang sebarannya luas dinamakan "tumbuhan
kosmopolit". Conloh adalah Taraxacum officinale, Chenopodium album atau
Plantago mayor dan jenis tumbuhan dari suku Gramineae (Cox dan Moore, 1993;
Shukla dan Chandel, 1996).
Tumbuhan kosmopolit yang tersebar luas di daerah tropis dinamakan tumbuhan "pantropis" contohnya adalah kelompok tumbuhan yang termasuk suku Zingiberaceae yang terdapat di beberapa kepulauan dan daratan Asia.
Tumbuhan kosmopolit yang tersebar luas di daerah tropis dinamakan tumbuhan "pantropis" contohnya adalah kelompok tumbuhan yang termasuk suku Zingiberaceae yang terdapat di beberapa kepulauan dan daratan Asia.
Sedangkan tumbuhan yang tersebar
secara luas di daerah beriklim dingin di wilayah zona artik dan zona alpin,
dikenal sebagai tumbuhan "artik-alpin", contohnya adalah tumbuhan
lumut atau rerumputan seperti Carex sp, dan Eriophomm spp atau pepohonan
berlumut yang dinamakan "elfin wood" dan "krummholz"
(Polunin, 1994).
ii.
Tumbuhan Endemik
Tumbuhan endemik adalah tumbuhan yang jenis-jenisnya tumbuh
di wilayah terbatas dan terdapat pada daerah yang tidak terlalu luas. Daerah
sebarannya pada umumnya dibatasi oleh adanya penghalang ("barrier"),
seperti lembah, bukit atau pulau. Dikenal beberapa tipe tumbuhan endemik yaitu
tumbuhan "endemik benua", "endemik regional" atau
"endemik setempat/ lokal".
Tumbuhan endemik dapat berasal dari
jenis tumbuhan purba yang tersebar luas yang sampai saat ini mampu bertahan dan
beradaptasi pada wilayah yang terbatas. Tumbuhan jenis ini kemudian menjadi
tumbuhan endemik karena sebarannya yang sempit. Contohnya adalah Ginko biloba
(di Jepang dan China), Sequioa sempervirens (di suatu lembah di pantai
Califonia) atau Agathis australis dan Metasequioa sp, yang diperkirakan
merupakan spesies tunggal yang tumbuh di suatu lembah di China. Tumbuhan
endemik purba tersebut dinamakan tumbuhan "paleoendemik" atau
"epibion".
Jenis tumbuhan endemik lainnya adalah tumbuhan masa kini (modern) yang dalam proses evolusinya tidak mempunyai kesempatan dan waktu yang cukup untuk tersebar secara luas melalui migrasi (Shukla dan Chandel, 1996). Contohnya antara lain atau Eleusine coracana (Gramineae), Mecanopsis sp. (Papaveraceae), Piper longum (Piperaceae) atau Rafflesia arnoldii, Tumbuhan demikian dinamakan tumbuhan "neoendemik"
Jenis tumbuhan endemik lainnya adalah tumbuhan masa kini (modern) yang dalam proses evolusinya tidak mempunyai kesempatan dan waktu yang cukup untuk tersebar secara luas melalui migrasi (Shukla dan Chandel, 1996). Contohnya antara lain atau Eleusine coracana (Gramineae), Mecanopsis sp. (Papaveraceae), Piper longum (Piperaceae) atau Rafflesia arnoldii, Tumbuhan demikian dinamakan tumbuhan "neoendemik"
iii.
Tumbuhan Discontinue
Tumbuhan
discontinue adalah tumbuhan yang terpisah pada dua atau lebih wilayah yang
berjarak puluhan, ratusan atau ribuan kilometer oleh adanya penghalang yang
terdiri dari pegunungan atau gunung yang tinggi di daratan atau pulau-pulau di
laut. Contoh tumbuhan discontinue, antara lain Empetrum nigrum, Larrea
tridentata, Phacelia magellanica atau Sanigula cranicaulis
Ø
Tumbuhan discontinue terdapat,
antara lain karena:
·
tumbuhannya berevolusi di beberapa wilayah yang sesuai
dengan amplitude ekologinya, tetapi gagal bermigrasi dari habitat aslinya oleh
adanya penghalang tertentu
·
tumbuhan yang jenis-jenisnya pada suatu saat pada masa lalu
yang tersebar luas, kemudian oleh karena kondisi lingkungannya berubah akan
lenyap atau rnusnah. Tetapi di antara jenis tumbuhan tersebut terdaptl jenis
yang dapat beradaptasi dan mampu bertahan; sehingga akhirnya pada wilayah atau
habitat tertentu akan terbentuk kantung-kantung discontinue
·
iklim yang berubah dalam skala evolusi juga dapat
menyebabkan adanya discontinue karena pada umumnya tumbuhan mempunyai kebutuhan
iklim tertentu akan menemukan kehidupannya. Misalnya walaupun secara terpisah,
tumbuhan yang terdapat di wilayah artik mempunyai kesamaan jenis dan bentuk
hidup dengan tumbuhan wilayah alpin dengan kondisi iklim yang serupa.
Contohnya, Salix spp. dan Silen spp. adalah tumbuhan discontinue yang tumbuh di
wilayah artik, wilayah alpin atau wilayah artik alpin
·
secara geologis daratan di masa lampau sekarang sangat
berbeda dengan daratan masa kini. Menurut teori "paparan benua"
("continental drifts") wilayah yang terdapat sekarang seperti di
Amerika Selatan, Afrika, India, Polinesia, Australia dan Antartika, pada
"era meozoicum” menjadi satu benua yang luas yang dinamakan Gondwana dan
memiliki karakteristik flora dan fauna yang spesifik dengan flora dan faunanya
yang discontinue. Oleh adanya gerakan lempengan bumi maka daratan Gondwana
kemudian pecah dan terpisah menjadi wilayah tersebut (Brown dan Gibson, 1983).
b. Sebaran
Vegatasi
1. Pola Sebaran Vegetasi
Dalam
konsep dinamika fitogeografi, terdapat pola dasar distribusi vegetasi
diwilayah. Menurut Weis, (1963) dan Misra, (1980) pola dasar distribusi
vegetasi dipengaruhi oleh:
a.
"habitat",
sebagai tempat tumbuh tumbuhan yang mempunyai hubungan sangat erat dengan
iklim. Dalam proses evolusi perubahan iklim dapat menyebabkan wilayah yang
menjadi habitat dan lingkungannya yang tempat tumbuh berbagai jenis tumbuhan
akan dapat berubah dan dapat mempengaruhi distribusi vegetasinya.
b.
"respon"
vegetasi dan sifat adaptasi tumbuhan terhadap lingkungannya bersifat khas dan
sering menjadi karakteristik suatu jenis tumbuhan. Penyebaran tumbuhan pada
umumnya dibatasi oleh sifat toleransi dan adaptasi terhadap kondisi
lingkungannya.
c.
"migrasi" berbagai flora setempat telah
berlangsung sepanjang sejarah geologi, selama itu persebaran, pengangkutan dan
penguasaan wilayah akan turut menentukan pola distribusi vegetasi.
d.
"kelanjutan hidup" jenis vegetasi tertentu
tergantung oleh proses migrasi dan evolusi. Dalam proses evolusi dan proses
suksesi, berbagai perubahan kondisi lingkungan turut dalam perubahan komunitas
vegetasi. Di mana dalam proses evolusi struktur komunitas distribusi vegetasi
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, proses mutasi dan seleksi alam.
II.
Geografi hewan (zoogeografi)
a.
Kawasan Zoogeografi (Wallace, 1876)
Zoogeografi adalah ilmu tentang
penyebaran hewan hidup di Bumi (di darat maupun di laut), dan pendahulunya
(dalam ruang dan waktu). Ilmu ini adalah cabang dari ilmu zoologi, dan
berkaitan dengan geografi dan geologi.
Fakta sekarang adalah bahwa tempat
yang berbeda di permukaan bumi (di daratan) dihuni oleh hewan yang berbeda atau
oleh fauna yang berbeda. Perbedaan itu bukan karena perbedaan temperatur atau
iklim, dan bukan karena jarak antara satu tempat dengan tempat lain. Sebagai
contoh antara Pulau Bali dan Pulau Lombok yang berjarak 20 mil. Di antara kedua
pulau itu diletakkan garis batas karena dihuni oleh falimi mammalia dan burung
yang berbeda. Untuk memahami dan menjelaskan penyebaran hewan darat hidup
sekarang perlu memperhitungkan pendapat ilmu geologi yang mengajarkan bahwa
telah terjadi perubahan konfigurasi massa daratan di Bumi yang ditunjukkan oleh
sisa-sisa fosil hewan.
Untuk memahami fakta tentang
distribusi fauna sekarang penting dilakukan studi tentang fosil. Meskipun
demikian, dengan mempelajari fauna-fauna yang ada juga dapat dipetakan kawasan
zoogeografi.
Pioner penelitian zoogeografi adalah
Dr. P.L. Sclater. Ia menulis tentang distribusi geografi burung yang
dipublikasikan di dalam Journal of Linnean Society of London tahun 1858. Ia
memetakan dan memberi nama enam kawasan zoologi. Dua tahun kemudian Dr. A.
Russel Wallace di dalam jurnal yang sama mendiskusikan denga lebih mendetil
tentang penyebaran hewan di Malay Archipelago dan Australasia. Kemudian tahun
1876 muncul makalahnya “Geographical Distribution of Animals”, yang pertama
kali meletakkan studi distribusi geografi hewan secara umum dan
menyeluruh dan atas dasar ilmiah. Dengan sedikit melakukan modifikasi,
nama-nama enam kawasan zoologi dari Dr. Sclater diadopsi oler Dr. Wallace yang
mempergunakan mammalia sebagai dasar.
b.
Faktor-Faktor
Pendorong Terjadinya Zoogeografi
Ø Faktor Tekanan. Tekanan dapat
disebabkan oleh padatnya populasi. Tersedianya makanan yang melimpah ruah dan
ruang (teritorial) yang luas menyebabkan sebagian organisme melakukan migrasi
(pindah) untuk menghindari kompetisi, terutama kompetisi intraspesies.
Ø Faktor Transportasi baik berupa
transportasi darat, laut dan udara dapat menjadi sarana suatu kelompok hewan
untuk menempati suatu wilayah baru. Misalnya melalui kapal laut, kelompok tikus
dapat berpindah dari satu pulau ke pulau lain.
Ø Faktor Perdagangan Satwa Jual
beli satwa antar pulau atau antar benua merupakan salah satu penyebab
terjadinya persebaran hewan di dunia.
Ø Faktor Rusaknya Habitat/ Ekosistem
Asal Rusaknya habitat/ekosistem asal dapat disebabkan oleh bencana alam (gunung
meletus, banjir badang, angina putting beliung, dll). Dengan rusaknya
habitat/ekosistem asal maka memaksa hewan yang selamat untuk mencari habitat
baru.
Ø Faktor Tersedianya Makanan Makanan
yang semakin berkurang karena berbagai sebab dapat mendorong sebagian
besar populasi bermigrasi untuk menghindari bencana kelaparan.
Ø Faktor Predator Serangan dari
populasi predator ganas dapat mendorong populasi mangsa untuk bermigrasi
menjauh (menyelamatkan diri).
Ø Faktor Parasit Parasit dapat
menyebabkan sebagian populasi yang masih sehat bermigrasi menjauh.
Ø Faktor Penyakit Penyakit ganas dapat
menyebabkan wabah sehingga menyebabkan sebagian populasi yang sehat
bermigrasi untuk menyelamatkan diri.
Ø Faktor Kompetitor
c.
Enam kawasan zoogeografi menurut Dr.
A.R. Wallace tahun 1876
1. Palaearctic: meliputi kawasan Eropa sampai
Eslandia, Afrika bagian utara tropik Cancer, kawasan utara Jazirah Arabia,
Persia, Indus, China bagian utara sampai Jepang.
- Ethiopian: meliputi kawasan Afrika sebelah selatan tropik Cancer, Jazirah Arab bagian selatan, Madagaskar dan pulau-pulau disekitarnya.
- Oriental atau Indo-Malay: meliputi kawasan India, Sri Lanka, Indo-China, China bagian selatan, Malay-Archipelago yang mencakup Filipina, Kalimantan dan Jawa. Kawasan ini dibedakan lagi menjadi empat kawasan yang lebih kecil, yaitu: Indo-Malay, Indo-China, India, dan Sri Lanka
- Australasia: meliputi kawasan Malay-Archipelago bagian timur, Australia, Selandia Baru, dan pulau-pulau tropis di Pasifik.
- Neotropical: meliputi kawasan Amerika Selatan dan pulau-pulau disekitarnya, Hindia Barat atau Antiles, Amerika tengah, dan Meksiko.
- Neartic: meliputi kawasan Amerika Utara dan Greenland.
Batas-batas kawasan zoogeografi
tidak dapat ditentukan secara tepat, karena distribusi geografi suatu kelompok
hewan tidak sama dengan distribusi kelompok hewan yang lainnya. Salah satu
contohnya adalah Garis Wallace yang telah digeser beberapa kali
posisinya, dan juga beberapa peneliti meletakkan batas antara kawasan Oriental
dan Australasia di tempat yang berbeda.
d.
Distribusi
Ikan
Distribusi
adalah suatu peristiwa penyebaran organisme pada suatu tempat dan pada suatu
waktu tertentu. Berdasarkan unsur tempat dan waktu, Storer dan Usinger (1957) membedakan
distribusi binatang sebagai berikut: distribusi geografis, distribusi ekologis,
dan distribusi geologis.
1.
Distribusi
geografis:
adalah
distribusi spesies hewan berdasarkan daerah di mana hewan tersebut diketemukan.
Berdasarkan distribusi geografis, Bond (1979) menyatakan ada enam daerah
distribusi hewan atau zoogeographic realms, yaitu:
a. Australian:
meliputi Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan beberapa pulau di Samudera
Atlantik.
b. Oriental:
meliputi Asia Selatan dari Himalaya, antara lain India, Srilanka, Malaysia,
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Filipina.
c. Neotropical:
meliputi daerah Amerika Selatan dan Amerika Tengah, Dataran Mexico, dan Hindia
Barat.
d. Ethiopian:
meliputi Afrika, termasuk Gurun Pasir Sahara, Madagaskar, dan pulau-pulau di
sekitarnya.
e. Nearctic:
meliputi daerah Amerika Utara, Dataran Tinggi Mexico sampai ke Greenland.
f. Palearctic:
meliputi daerah Eurasia menuju ke Selatan sampai ke Himalaya, Afghanistan,
Persia, dan Afrika bagian Utara Gurun Sahara.
2.
Distribusi
ekologis:
adalah
persebaran spesies hewan yang berhubungan dengan keadan lingkungan (habitat) di
mana mereka berada. Secara ekologis, distribusi hewan tersebut dapat
digolongkan antara lain: habitat air laut, air tawar, hutan, padang rumput, dan
padang pasir. Berkaitan dengan hal ini, ikan termasuk hewan air, sehingga distribusi
ekologisnya terbatas pada air, baik air tawar maupun air laut.
3.
Distribusi
geologis:
merupakan
distribusi suatu spesies organisme yang berhubungan dengan waktu atau zaman dan
periode umur bumi di mana spesies hewan itu diketemukan. Pembagian zaman dan periode
umur bumi secara geologis dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar
2. Daerah distribusi ikan secara geografis (Bond, 1979)
Tabel 1 Periode zaman dan umur bumi
(Storer dan Usinger, 1957)
No
|
Zaman
|
Periode
|
Waktu
(Jutaan
Tahun)
|
1
|
Archeozoic
|
-
|
1500 – 500
|
2
|
Protezoic
|
-
|
|
3
|
Paleozoic
|
Cambrian
Ordovician
Silurian
Devonian
Carboniferous
Permian
|
500 – 450
450 – 360
360 – 330
330 – 290
290 – 230
230 – 200
|
4
|
Mesozoic
|
Triassic
Jurassic
Cretaceous
|
200 – 170
170 – 130
130 – 70
|
5
|
Cenozoic
|
Palaeocene
Eocene
Oligocene
Miocene
Pliocene
Pleistocene
|
70 – 55
55 – 40
40 – 25
25 – 10
10 – 1
1 –
|
Ikan
yang pertama kali hadir di atas permukaan bumi dan diperkirakan hidup pada
zaman Paleozoic periode Ordovician (kira-kira 400 juta tahun yang lalu) adalah
ikan Ostracodermis. Spesies ikan yang ada sekarang ini terdapat sekitar 50 juta
tahun yang lalu sampai sekarang (Lagler et al. 1977).
e.
Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia
Jumlah
spesies ikan yang mendiami perairan di Indonesia diperkirakan kurang lebih 6000
spesies. Menurut Alamsjah (1974), berdasarkan hasil penelitian Wallace (dalam
karya taksonomi Pieter Bleeker) yang dibukukan oleh Weber dan de Beaufort,
serta hasil penelitian zoogeografi Molengraff dan Weber (1919), daerah
distribusi ikan-ikan di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut:
1.
Ikan-ikan daerah Paparan Sunda (Sundaplat)
Paparan Sunda merupakan bagian dari
benua Asia pada zaman dahulu (Gambar 3). Hal ini menyebabkan ikan-ikan yang
terdapat di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, sangat mirip dengan ikan yang
berasal dari daerah-daerah di daratan Asia bagian tenggara.
Gambar 3. Wilayah distribusi
ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah paparan Sunda (di sebelah barat
garis Wallace), daerah Wallace (di antara garis wallace dan garis Weber), dan
daerah paparan Sahul (di sebelah timur garis Weber)
Ikan
air tawar yang terdapat di rawa-rawa, sungai-sungai, dan danau-danau, di ketiga
pulau tersebut, kira-kira sebanyak 500 spesies. Pada umumnya perairan di ketiga
pulau tersebut dihuni oleh jenis-jenis ikan karnivor dan omnivor, serta hanya
sedikit sekali ikan herbivor.
Contoh
ikan-ikan yang menghuni daerah perairan dataran rendah adalah: lais
(Kryptopterus spp.), gabus (Channa spp.), jambal (Wallago spp.), patin
(Pangasius spp.), dan belida (Notopterus spp.). Perairan sungai dataran rendah
antara lain dihuni oleh: nilem (Osteochillus spp.), jelawat (Leptobarbus spp.),
dan hampal (Hampala spp.). Sebaliknya, ikan-ikan penghuni daerah rawa-rawa
antara lain: sepat (Trichogaster spp.), tambakan (Helostoma spp.), dan betok
(Anabas spp.). Ikan-ikan yang mendiami sungaisungai dan danau-danau di daerah
dataran tinggi (ketinggian di atas 500 m) antara lain adalah ikan arengan
(Labeo spp.) dan ikan sengkaring (Labeobarbus spp.), namun ikan-ikan ini tidak
suka hidup bersama dengan jenis-jenis ikan lainnya.
2. Ikan-ikan daerah
Wallacea
Daerah
Wallacea meliputi daerah Nusa Tenggara dan Sulawesi. Spesies ikan air tawar
tidak terlalu banyak dan juga tidak terdapat ikan-ikan herbivor dan ikan-ikan
pemakan epifit (famili Cyprinidae), demikian juga ikan-ikan karnivor dari
famili Siluridae. Daerah ini didominasi oleh jenis sidat (Anguilla spp.), jenis
betok (Anabas spp.), dan dua jenis beloso (famili Eleotridae).
3. Ikan-ikan daerah
Paparan Sahul (Sahulplat)
Spesies
ikan belum banyak diketahui karena belum begitu banyak penelitian yang
dilakukan di daerah ini. Spesies ikan yang diketahui di daerah ini berdasarkan
hasil penelitian Hardenberg pada tahun 1950, dan hanya terbatas pada daerah
pesisir Irian Jaya, sebagian besar termasuk dalam famili Gobiidae dan Siluridae
Walaupun
berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut di atas diketahui bahwa ketiga
daerah tersebut masing-masing mempunyai penghuni yang khas, akan tetapi
pemasukan ikan dari satu daerah ke daerah yang lain dapat saja terjadi. Hal ini
terjadi karena adanya campur tangan manusia atau oleh faktor distribusi
lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
v Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B.
Saunders Company, Philadelphia. Storer, T.J. and R.L. Usinger. 1957. General
Zoology. McGraw Hill Book Company, Inc., New York.
v Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and
D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc.,
New York.
v Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen
Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar