Kamis, 23 Oktober 2014

distribusi Biogegorafi dari sumberdaya, Geografi tumbuhan (fitogeografi) dan Geografi hewan (zoogeografi)



LATAR BELAKAN

A.           Pengertian Biogegorafi
Salah satu cabang geografi adalah biogeografi atau geografi biologi. Biogeografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sebaran secara spesial makhluk hidup pada saat yang lalu dan saat ini. Untuk tujuan praktis sesuai dengan pembagian makhluk hidup menjadi tumbuhan dan hewan, biogeografi pada umumnya dibagi atas “geografi tumbuhan” (fitogeografi) dan “geografi hewan” (zoogeografi). Fitogeografi dan Zoogeografi adalah bagian dari ilmu pengetahuan biogeografi yang mempelajari studi dan deskripsi perbedaan fenomena distribusi vegetasi di bumi termasuk semua faktor yang mengubah permukaan bumi oleh faktor fisik, iklim atau oleh interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.
Biogeografi merupakan cabang dari biologi yang mempelajari makhluk hidup dan geografi, dalam penyebaran atau distribusi makhluk hidup di bagian bumi termasuk asal dan cara penyebarannya. Penyebaran makhluk hidup dibedakan atas penyebaran hewan dan tumbuhan.  Pengetahuan biogeografi erat kaitannya dengan klimatologi dan paleontologi.
Biogeografi adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang keanekaragaman hayati berdasarkan ruang dan waktu. Biogeografi yaitu bidang ilmu yang mempelajari dan berusaha untuk menjelaskan distribusi organisme di permukaan bumi. Cabang keilmuan ini bertujuan untuk mengungkapkan mengenai kehidupan suatu organisme dan apa yang mempengaruhinya. Ilmu tidak hanya mempertanyakan Spesies apa? dan Dimana?, tapi ia juga mempertanyakan Mengapa? dan terkadang Mengapa tidak? Pola penyebaran spesies pada tingkatan ini dapat dijelaskan melalui gabungan faktor-faktor keturunan seperti spesifikasi, kepunahan, continental drift, glaciation (yang berhubungan juga dengan tinggi dari permukaan laut, jalur sungai dan hal-hal terkait), serta river capture dan ketersediaan sumber daya alam.
Studi tentang penyebaran spesies menunjukkan bahwa spesies-spesies berasal dari satu tempat, namun selanjutnya menyebar ke berbagai daerah. Organisme tersebut mengadakan diferensiasi selanjutnya menjadi subspesies baru dan spesies yang cocok terhadap daerah yang ditempatinya. Salah satu dasar mempelajari biogeografi adalah bahwa setiap hewan dan tumbuhan muncul atau mengalami evolusi sekali saja pada masa lampau. Suatu tempat tertentu asal suatu jenis disebut pusat asal usul.

Orang yang pertama kali mengemukakan adanya hubungan antara makhluk hidup dengan daerah / wilayah tertentu di permukaan bumi adalah Alfred Russel Wallace. Pada tahun 1800-an ia menerbitkan buku yang mengungkapkan adanya pola penyebaran makhluk hidup di bumi. Wallace membagi bumi menjadi 6 wilayah biogeografi karena masing-masing wilayah memiliki tumbuhan dan hewan yang khas dan unik. Setiap wilayah geografis tersebut memiliki rintangan berupa kondisi alam sebagai hasil dari penyatuan atau pemisahan benua pada masa silam. Akibat dari adanya rintangan tersebut, makhluk hidup terhalang dan tidak dapat melakukan penyebaran ke daerah di seberangnya.
Wallace sejak tahun 1858 telah menyadari perubahan-perubahan geologi yang terjadi di wilayah Indonesia bagian tengah ini dan implikasinya kepada penyebaran fauna. Ilmu Biogeografi lahir di Indonesia, oleh Wallace, ketika ia menulis sebaris kalimat kepada Henry Bates, “I believe the western part to be a separaed portion of continental Asia, the eastern the fragmentay prolongation of a former Pacific continent.” (Alfred Russel Wallace, 1858).
Tahun 1910, tiga tahun sebelum Wallace meninggal, dalam bukunya “The World of Life” (Chapman and Hall, London), Wallace menggeser garisnya di sektor Sulawesi lebih ke timur lagi sebab di Sulawesi Barat masih cukup dominan ditemukan fauna-fauna Asia. Dari penelitian-penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh ahli2 fauna dan flora ditemukan bahwa Garis Wallace ini tidak pernah tegas, tetapi dapat bergeser-geser ke timur atau barat di Sulawesi; tetapi jelas meyakinkan bahwa Sulawesi adalah wilayah pertemuan sekaligus perbatasan zone-zone biogeografi.
Konsep Garis Wallace ini mengesankan para ahli biogeografi sebab penyebaran flora pun mengikutinya. Flora-flora pegunungan di Sulawesi Barat mirip flora pegunungan di Kalimantan dan Jawa, sedangkan flora di tanah yang berasal dari lapukan batuan ultrabasik d Sulawesi bagian timur ternyata mirip flora Papua yang juga tumbuh di tanah hasil lapukan batuan ultrabasik. Ahli flora terkenal zaman Hindia Belanda, van Steenis pada tahun 1972 meneliti flora pegunungan Sulawesi dan membaginya sebagai flora asal lokal (autokton) dan flora asal luar (alokton).
Edwards (1964) berpendapat, kajian biogeografi mestilah meliputi pengetahuan tentang proses-proses pedogenik (tanah-tanih), jenis-jenis tanih dan keadaan cuaca kerana tumbuh-tumbuhan tidak boleh dikaji berasingan daripada tanih di mana ia tumbuh. Begitu juga dengan kepentingan manusia yang merubah tanih dalam pelbagai aktiviti yang mereka jalankan. Dalam biogeografi, kajian tanah juga boleh dilakukan seperti kajian mengenai bentuk guna tanah (landforms). Di samping itu, kita juga boleh mengkaji mengenai pembentukan bahan-bahan organik di dalam formasi tanah.
1.             Faktor-faktor Biogeografi
Faktor-faktor yang mempengaruhi biogeografi, meliputi:
a.             Faktor Iklim
Meliputi, cahaya matahari, temperatur, kelembaban, dan curah hujan.Iklim merupakan faktor utama yang menentukan tipe tanah maupun spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah tersebut. Sebaliknya jenis tumbuhan yang ada menentukan jenis hewan dan mikroorganisme yang akan menghuni daerah tersebut. Pada dasarnya iklim tergantung pada matahari. Matahari bertanggung jawab tidak hanya untuk intensitas cahaya yang tersedia untak proses fotosintesis, tetapi juga untuk temperatur umumnya.
Komponen iklim lain yang menentukan organisme apa yang dapat hidup di suatu daerah adalah kelembaban, kelembaban ini juga bergantung pada cahaya matahari dan temperatur. Curah hujan yang banyak diperlukan untuk mendukung pertumbuhan pohon-pohon yang besar, sedangkan curah hujan yang lebih sedikit membantu komunitas yang didominasi oleh pohon-pohon pendek, semak belukar, rumput dan akhirnya kaktus atau tumbuhan gurun lainnya.Makin tinggi curah hajan dan temperatur di suatu daerah (tanah) makin banyak dan makin besar jumlah tumbahan yang didukungnya. Dengan demikian iklim merupakan salah satu faktor utama terbentuknya daerah-daerah biogeografi.
b.             Faktor keturunan
Seperti spesifikasi, kepunahan, pergeseran benua, glasiasi(yang berhubungan juga dengan  tinggi dari permukaan laut, jalur sungai dan hal-hal terkait), serta penangkapan sungai (river capture) dan ketersediaan sumber daya alam.
q   Menurut para pakar biogeografi, meliputi  :
Biogeografi Sejarah, Menekankan terutama pada sejarah evolusi (perkembangan) dari kelompok-kelompok organisme.
Biogeografi Ekologi,Memusatkan pada interaksi organisme pada saat ini dengan lingkungan fisik dan interaksi satu sama lainnya serta untuk memahami bagaimana hubungan-hubungan ini mempengaruhi dimana spesies dan takson yang lebih luar ditemukan pada masa sekarang.

B.            Daerah-daerah Biogeografi di Dunia ( Gambar : 1 )
Daerah-daerah biogeografi di dunia dengan beberapa organisme yang khas, meliputi:
a.             Australia
Australia Irian, Selandia Baru, dan kepulauan di Samudera Pasifik.
Misalnya: Semua Monotremata, Marsupialia (mammalia tidak berplasenta/mammalia berkantung), Rodentia, Kelelawar, burung Kaswari, burung Cenderawasih, jenis-jenis burung Kakaktua, ikan Paru-paru Australia dan burung Kiwi.
b.              Oriental
Daerah Asia bagian selatan pegunungan Himalaya, India, Sri Langka, Semenanjung Melayu, Sumatera, Jawa, Kalirnantan, Sulawesi, dan Filipina.
Misalnya: Siamang, Orang utan, Gajah, Badak, burung Merak.
c.              Ethiopia
Afrika, Magaskar dan pulau-pulau sekitar AfrikaMisalnya: Gajah Afrika, Gorilla, Simpanse, Badak Afrika, Singa, Kuda Nil, Zebra, Jerapah, Burung Onta.
d.             Neotropik
Amerika Selatan dan Tengah, Meksiko dan Hindia Barat.
Misalnya: Armadillo, kelelawar Vampire, burung Kolibri.
e.              Neartik
Amerika Utara dari dataran tinggi Meksiko sampai kawasan kutub utara dan Greenland.Misalnya: Kambing gunung, Karibon, tikus air (Beaves).
f.              Paleartik
Eurasia sebelah selatan ke Himalaya, Afghanistan, Iran dan Afrika bagian utara dari gurun Sahara.Misalnya: Landak, Babi hutan dan Rusa kecil.
( Gambar : 1 ) Daerah-daerah Biogeografi di Dunia
C.    Penyebaran Flora dan Fauna di Dunia dan Indonesia
a.              Penyebaran Organisme Di Bumi
Distribusi organisme dipengaruhi oleh sejarah, iklim masa lalu dan susunan atau bentuk benua-benua dan hubungan ekologis masa lalu dan masa sekarang, serta semua interaksi satu sama lainnya. Karena kompleksitas hubungan ini, maka para pakar biogeografi telah cenderung memusatkan pada salah satu dari dua pendekatan utama terhadap bidang ilmu ini
b.             Penyebaran Hewan Di Indonesia
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak di antara dua daerah biogeografi besar, yaitu antara daerah biogeografi oriental dengan biogeorafi Australian. Persebaran fauna yang ada di Indonesia terbagi menjadi 3 kawasan  besar yang telah ditentukan oleh para ahli, seperti Webber dan Wallace. yaitu :
1)   Kawasan Indonesia bagian barat, atau lebih dikenal dengan sebutan Asiatis, yang meliputi pulau Sumatra, jawa, Kalimantan. Hewan-hewannya meliputi gajah, harimau, orang utan dan lain-lain.
2)   Kawasan Indonesia tengah atau lebih dikenal dengan wilayah peralihan. yang termasuk ke dalam wilayah ini yaitu pulau Sulawesi, kepulauan Maluku, Sumba, Sumbawa, Lombok dan Timor. wilayah peralihan ini memilki hewan/fauna yang khas dan hanya ada di daerah tersebut atau lebih dikenal dengan hewan endemik, misalnya : anoa, komodo, burung maleo dan lain-lain.
3)   Kawasan Indonesia Timur atau kawasan Australis.  wilayahnya meliputi wilayah papua. hewan-hewannya menyerupai hewan Australia seperti : burung cendrawasih, kangguru dan koala.
Sedangkan untuk flora Indonesia Berbeda dengan pembagian faunanya. Flora yang ada di Indonesia dikenal juga dengan sebutan Flora Malesiana. Flora Malesiana ini meliputi Negara Indonesia, Malaysia, Papua Nugini Filipina dan kepulauan Salomon.
Flora Malesiana ini merupakan pemikiran dari seorang Zoologist berkebangsaan Inggris bernama Alfred Wallace. Beliau melihat adanya keterkaitan antara tipe-tipe hewan dengan suatu wilayah. Pendekatan yang dilakukan Alfred Wallace ini dikenal dengan pendekatan biogeografi. Berdasarkan pendekatan biogeografi, kekayaan flora di Indonesia dibagi menjadi 2 kelompok. Yaitu kelompok Indo Malayan dan kelompok Indo Australian. Kedua kelompok flora tersebut dibatasi oleh garis Wallace dan garis Lydekker. Daerah ini merupakan wilayah bioma hutan hujan tropis dan memiliki beberapa jenis tumbuhan yang khas , seperti: jati,rotan, cendana,  dan kayu hitam.
Flora Indo Malayan meliputi tanaman yang berada di wilayah Indonesia Barat dimana wilayah ini meliputi Jawa, kalimantan, Sumatera, dan Bali. Flora Indo Malayan didominasi oleh jenis meranti-merantian, terdapat ebebrapa jenis rotan, serta memiliki berbagai jenis pohon nangka. Penyebaran flora di Indonesia sangat dipengaruhi oleh keaneragaman hayati dan posisi geografis Indonesia yang menguntungkan.

  
PEMBAHASAN

A.           Definisi biogeorafi

          Biogeorafi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi organisme dari masa lalu hingga sekarang. Biogeorafi mencoba mendekripsikan dan memberikan pemahaman tentang pola-pola distribusi yang tidak terhitung jumlah dari suatu spesies
          Biogeografi yaitu ilmu yang mempelajari tentang persebaran organisme baik flora dan fauna  yang ada di permukaan bumi.  Atau  Biogeografi juga  merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan geografi,  dalam penyebaran atau distribusi makhluk hidup di bagian bumi termasuk asal dan cara penyebarannya. Penyebaran makhluk hidup dibedakan atas penyebaran hewan dan tumbuhan.  Pengetahuan biogeografi erat kaitannya dengan klimatologi dan paleontologi. Dalam pengertiannya biogeografi diartikan suatu study yang mempelajari distribusi atau sebaran geografi hewan dan tumbuhan di permukaan bumi.  Faktor-faktor lingkungan seperti suhu, curah hujan, jenis tanah dan topografi sangat mempengaruhi pola distribusi dari suatu makhluk hidup.

B.            Macam-macam Biogeografi
vSecara Umum, meliputi  :
             1.                   Geografi tumbuhan (fitogeografi)
             2.                   Geografi hewan (zoogeografi)
         Keduanya merupakan bagian dari ilmu pengetahuan biogeografi yang mempelajari studi dan deskripsi perbedaan fenomena distribusi vegetasi di bumi termasuk semua faktor yang mengubah permukaan bumi oleh faktor fisik, iklim, atau oleh interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.

1.             Geografi tumbuhan (fitogeografi)
Secara luas. yang dimaksud fitogeografi adalah suatu kajian tentang sebaran makhluk hidup di bumi pada saat yang lalu dan pada saat ini. Shukla dan Chandel (1996) mendefinisikan "fitogeografi sebagai suatu kajian tentang migrasi dan penyebaran tumbuh- tumbuhan di daratan atau perairan. Penelaahan tentang penyebaran tumbuhan di bumi pertama kali dikemukakan oleh Alexannder von Humboldt pada tahun 1808 (Misra, 1980).
Secara deskriptif, fitogeografi adalah “studi dan deskripsi tentang perbedaan fenomena distribusi tumbuhan di bumi, mencakup semua hal yang mengubah atau mempengaruhi permukaan bumi, baik oleh pengaruh fisik, iklim atau interaksi dari makhluk hidup ke lingkungannya" (Potunin, 1994).
Secara umum pembahasan fitogeografi adalah tumbuhan di seluruh permukaan bumi yang mencakup komposisi, produktivitas setempat dan terutama distribusinya, Distribusi vegetasi dapat ditelaah secara terpisah-pisah berdasarkan jenis-jenisnya atau secara bersama sebagai suatu kesatuan masyarakat tumbuhan, dengan maksud memperoleh pemahaman tentang perbedaan vegetasi di berbagai wilayah di bumi.

a)             dasar-dasar fitogeografi
Fitogeografi sebagai bagian dari Geografi selain Zoogeografi, Biogeografi Sejarah atau Biogeografi Ekologi berusaha menjelaskan dan memahami berbagai pola distribusi suatu jenis organisme atau kelompok taksa organisme yang lebih luas. Fitogeografi merupakan pengetahuan sintesis yang sebagian besar ditunjang oleh ilmu pengetahuan lain, seperti ekologi, biologi populasi, sistematik, evolusi, geologi dan sejarah alam.
Pada umumnya penelaahan tentang fitogeografi mempunyai hubungan yang erat dengan analisis dan penjelasan tentang pola distribusi tumbuhan dan makhluk hidup lainnya di bumi, yang variasi jenis-jenisnya sebagian besar dipengaruhi lingkunpan fisik tempat tumbuhnya yang berlangsung pada saat ini dan masa yang lalu. Faktor fisik, antara lain adalah iklim dan tipe tanah di suatu habitat terestris, dan variasi suhu, salinitas, cahaya dan tekanan air di suatu habitat perairan.
Pola distribusi tumbuhan dapat mempunyai sebaran yang luas atau hanya pada tertentu. Sifat distribusinya dapat berhubungan atau sarnbung-menyamhung dengan wilayah lainnya ("continue"), atau dapat pula terpisah dengan wilayah lain yang berjauhan ("discontinue atau  disjunct"). Berdasarkan pada ada tidaknya tumbuh-tumbuhan di berbagai wilayah bumi maka terdapat distribusi 3 kelompok taksa tumbuhan, yaitu:
 i.               tumbuhan tersebar luas
ii.               tumbuhan endemik
iii.               tumbuhan discontinue


i.               Tumbuhan yang Tersebar Luas
Tumbuhan yang tersebar luas ("wides") adalah kelompok taksa tumbuhan yang penyebarannya hampir terdapat di seluruh dunia di wilayah yang memiliki bermacam-macam zona iklim. Tumbuhan demikian yang sebarannya luas dinamakan "tumbuhan kosmopolit". Conloh adalah Taraxacum officinale, Chenopodium album atau Plantago mayor dan jenis tumbuhan dari suku Gramineae (Cox dan Moore, 1993; Shukla dan Chandel, 1996).
Tumbuhan kosmopolit yang tersebar luas di daerah tropis dinamakan tumbuhan "pantropis" contohnya adalah kelompok tumbuhan yang termasuk suku Zingiberaceae yang terdapat di beberapa kepulauan dan daratan Asia.
Sedangkan tumbuhan yang tersebar secara luas di daerah beriklim dingin di wilayah zona artik dan zona alpin, dikenal sebagai tumbuhan "artik-alpin", contohnya adalah tumbuhan lumut atau rerumputan seperti Carex sp, dan Eriophomm spp atau pepohonan berlumut yang dinamakan "elfin wood" dan "krummholz" (Polunin, 1994).

ii.             Tumbuhan Endemik
Tumbuhan endemik adalah tumbuhan yang jenis-jenisnya tumbuh di wilayah terbatas dan terdapat pada daerah yang tidak terlalu luas. Daerah sebarannya pada umumnya dibatasi oleh adanya penghalang ("barrier"), seperti lembah, bukit atau pulau. Dikenal beberapa tipe tumbuhan endemik yaitu tumbuhan "endemik benua", "endemik regional" atau "endemik setempat/ lokal".
Tumbuhan endemik dapat berasal dari jenis tumbuhan purba yang tersebar luas yang sampai saat ini mampu bertahan dan beradaptasi pada wilayah yang terbatas. Tumbuhan jenis ini kemudian menjadi tumbuhan endemik karena sebarannya yang sempit. Contohnya adalah Ginko biloba (di Jepang dan China), Sequioa sempervirens (di suatu lembah di pantai Califonia) atau Agathis australis dan Metasequioa sp, yang diperkirakan merupakan spesies tunggal yang tumbuh di suatu lembah di China. Tumbuhan endemik purba tersebut dinamakan tumbuhan "paleoendemik" atau "epibion".
          Jenis tumbuhan endemik lainnya adalah tumbuhan masa kini (modern) yang dalam proses evolusinya tidak mempunyai kesempatan dan waktu yang cukup untuk tersebar secara luas melalui migrasi (Shukla dan Chandel, 1996). Contohnya antara lain atau Eleusine coracana (Gramineae), Mecanopsis sp. (Papaveraceae), Piper longum (Piperaceae) atau Rafflesia arnoldii, Tumbuhan demikian dinamakan tumbuhan "neoendemik"

iii.                Tumbuhan Discontinue
Tumbuhan discontinue adalah tumbuhan yang terpisah pada dua atau lebih wilayah yang berjarak puluhan, ratusan atau ribuan kilometer oleh adanya penghalang yang terdiri dari pegunungan atau gunung yang tinggi di daratan atau pulau-pulau di laut. Contoh tumbuhan discontinue, antara lain Empetrum nigrum, Larrea tridentata, Phacelia magellanica atau Sanigula cranicaulis
Ø   Tumbuhan discontinue terdapat, antara lain karena:
·         tumbuhannya berevolusi di beberapa wilayah yang sesuai dengan amplitude ekologinya, tetapi gagal bermigrasi dari habitat aslinya oleh adanya penghalang tertentu
·         tumbuhan yang jenis-jenisnya pada suatu saat pada masa lalu yang tersebar luas, kemudian oleh karena kondisi lingkungannya berubah akan lenyap atau rnusnah. Tetapi di antara jenis tumbuhan tersebut terdaptl jenis yang dapat beradaptasi dan mampu bertahan; sehingga akhirnya pada wilayah atau habitat tertentu akan terbentuk kantung-kantung discontinue
·         iklim yang berubah dalam skala evolusi juga dapat menyebabkan adanya discontinue karena pada umumnya tumbuhan mempunyai kebutuhan iklim tertentu akan menemukan kehidupannya. Misalnya walaupun secara terpisah, tumbuhan yang terdapat di wilayah artik mempunyai kesamaan jenis dan bentuk hidup dengan tumbuhan wilayah alpin dengan kondisi iklim yang serupa. Contohnya, Salix spp. dan Silen spp. adalah tumbuhan discontinue yang tumbuh di wilayah artik, wilayah alpin atau wilayah artik alpin
·         secara geologis daratan di masa lampau sekarang sangat berbeda dengan daratan masa kini. Menurut teori "paparan benua" ("continental drifts") wilayah yang terdapat sekarang seperti di Amerika Selatan, Afrika, India, Polinesia, Australia dan Antartika, pada "era meozoicum” menjadi satu benua yang luas yang dinamakan Gondwana dan memiliki karakteristik flora dan fauna yang spesifik dengan flora dan faunanya yang discontinue. Oleh adanya gerakan lempengan bumi maka daratan Gondwana kemudian pecah dan terpisah menjadi wilayah tersebut (Brown dan Gibson, 1983).

b.      Sebaran Vegatasi
1. Pola Sebaran Vegetasi
Dalam konsep dinamika fitogeografi, terdapat pola dasar distribusi vegetasi diwilayah. Menurut Weis, (1963) dan Misra, (1980) pola dasar distribusi vegetasi dipengaruhi oleh:
a.               "habitat", sebagai tempat tumbuh tumbuhan yang mempunyai hubungan sangat erat dengan iklim. Dalam proses evolusi perubahan iklim dapat menyebabkan wilayah yang menjadi habitat dan lingkungannya yang tempat tumbuh berbagai jenis tumbuhan akan dapat berubah dan dapat mempengaruhi distribusi vegetasinya.
b.              "respon" vegetasi dan sifat adaptasi tumbuhan terhadap lingkungannya bersifat khas dan sering menjadi karakteristik suatu jenis tumbuhan. Penyebaran tumbuhan pada umumnya dibatasi oleh sifat toleransi dan adaptasi terhadap kondisi lingkungannya.
c.              "migrasi" berbagai flora setempat telah berlangsung sepanjang sejarah geologi, selama itu persebaran, pengangkutan dan penguasaan wilayah akan turut menentukan pola distribusi vegetasi.
d.             "kelanjutan hidup" jenis vegetasi tertentu tergantung oleh proses migrasi dan evolusi. Dalam proses evolusi dan proses suksesi, berbagai perubahan kondisi lingkungan turut dalam perubahan komunitas vegetasi. Di mana dalam proses evolusi struktur komunitas distribusi vegetasi sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, proses mutasi dan seleksi alam.

II.                   Geografi hewan (zoogeografi)
a.             Kawasan Zoogeografi (Wallace, 1876)
Zoogeografi adalah ilmu tentang penyebaran hewan hidup di Bumi (di darat maupun di laut), dan pendahulunya (dalam ruang dan waktu). Ilmu ini adalah cabang dari ilmu zoologi, dan berkaitan dengan geografi dan geologi.
Fakta sekarang adalah bahwa tempat yang berbeda di permukaan bumi (di daratan) dihuni oleh hewan yang berbeda atau oleh fauna yang berbeda. Perbedaan itu bukan karena perbedaan temperatur atau iklim, dan bukan karena jarak antara satu tempat dengan tempat lain. Sebagai contoh antara Pulau Bali dan Pulau Lombok yang berjarak 20 mil. Di antara kedua pulau itu diletakkan garis batas karena dihuni oleh falimi mammalia dan burung yang berbeda.  Untuk memahami dan menjelaskan penyebaran hewan darat hidup sekarang perlu memperhitungkan pendapat ilmu geologi yang mengajarkan bahwa telah terjadi perubahan konfigurasi massa daratan di Bumi yang ditunjukkan oleh sisa-sisa fosil hewan.
Untuk memahami fakta tentang distribusi fauna sekarang penting dilakukan studi tentang fosil. Meskipun demikian, dengan mempelajari fauna-fauna yang ada juga dapat dipetakan kawasan zoogeografi.
Pioner penelitian zoogeografi adalah Dr. P.L. Sclater. Ia menulis tentang distribusi geografi burung yang dipublikasikan di dalam Journal of Linnean Society of London tahun 1858. Ia memetakan dan memberi nama enam kawasan zoologi. Dua tahun kemudian Dr. A. Russel Wallace di dalam jurnal yang sama mendiskusikan denga lebih mendetil tentang penyebaran hewan di Malay Archipelago dan Australasia. Kemudian tahun 1876 muncul makalahnya “Geographical Distribution of Animals”, yang pertama kali meletakkan studi distribusi geografi hewan secara umum dan menyeluruh dan atas dasar ilmiah. Dengan sedikit melakukan modifikasi, nama-nama enam kawasan zoologi dari Dr. Sclater diadopsi oler Dr. Wallace yang mempergunakan mammalia sebagai dasar.

b.                           Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Zoogeografi

Ø  Faktor Tekanan. Tekanan dapat disebabkan oleh padatnya populasi. Tersedianya makanan yang melimpah ruah dan ruang (teritorial) yang luas menyebabkan sebagian organisme melakukan migrasi (pindah) untuk menghindari kompetisi, terutama kompetisi intraspesies.
Ø  Faktor Transportasi baik berupa transportasi darat, laut dan udara dapat menjadi sarana suatu kelompok hewan untuk menempati suatu wilayah baru. Misalnya melalui kapal laut, kelompok tikus dapat berpindah dari satu pulau ke pulau lain.
Ø   Faktor Perdagangan Satwa Jual beli satwa antar pulau atau antar benua merupakan salah satu penyebab terjadinya persebaran hewan di dunia.
Ø  Faktor Rusaknya Habitat/ Ekosistem Asal Rusaknya habitat/ekosistem asal dapat disebabkan oleh bencana alam (gunung meletus, banjir badang, angina putting beliung, dll). Dengan rusaknya habitat/ekosistem asal maka memaksa hewan yang selamat untuk mencari habitat baru.
Ø  Faktor Tersedianya Makanan Makanan yang semakin berkurang karena berbagai sebab dapat mendorong sebagian  besar populasi bermigrasi untuk menghindari bencana kelaparan.
Ø  Faktor Predator Serangan dari populasi predator ganas dapat mendorong populasi mangsa untuk  bermigrasi menjauh (menyelamatkan diri).
Ø   Faktor Parasit Parasit dapat menyebabkan sebagian populasi yang masih sehat bermigrasi menjauh.
Ø  Faktor Penyakit Penyakit ganas dapat menyebabkan wabah sehingga menyebabkan sebagian  populasi yang sehat bermigrasi untuk menyelamatkan diri.
Ø  Faktor Kompetitor

c.              Enam kawasan zoogeografi menurut Dr. A.R. Wallace tahun 1876
1.      Palaearctic: meliputi kawasan Eropa sampai Eslandia, Afrika bagian utara tropik Cancer, kawasan utara Jazirah Arabia, Persia, Indus, China bagian utara sampai Jepang.
  1. Ethiopian: meliputi kawasan Afrika sebelah selatan tropik Cancer, Jazirah Arab bagian selatan, Madagaskar dan pulau-pulau disekitarnya.
  2. Oriental atau Indo-Malay: meliputi kawasan India, Sri Lanka, Indo-China, China bagian selatan, Malay-Archipelago yang mencakup Filipina, Kalimantan dan Jawa. Kawasan ini dibedakan lagi menjadi empat kawasan yang lebih kecil, yaitu: Indo-Malay, Indo-China, India, dan Sri Lanka
  3. Australasia: meliputi kawasan Malay-Archipelago bagian timur, Australia, Selandia Baru, dan pulau-pulau tropis di Pasifik.
  4. Neotropical: meliputi kawasan Amerika Selatan dan pulau-pulau disekitarnya, Hindia Barat atau Antiles, Amerika tengah, dan Meksiko.
  5. Neartic: meliputi kawasan Amerika Utara dan Greenland.
Batas-batas kawasan zoogeografi tidak dapat ditentukan secara tepat, karena distribusi geografi suatu kelompok hewan tidak sama dengan distribusi kelompok hewan yang lainnya. Salah satu contohnya adalah Garis Wallace yang telah digeser beberapa kali posisinya, dan juga beberapa peneliti meletakkan batas antara kawasan Oriental dan Australasia di tempat yang berbeda.

d.             Distribusi Ikan
Distribusi adalah suatu peristiwa penyebaran organisme pada suatu tempat dan pada suatu waktu tertentu. Berdasarkan unsur tempat dan waktu, Storer dan Usinger (1957) membedakan distribusi binatang sebagai berikut: distribusi geografis, distribusi ekologis, dan distribusi geologis.
1.             Distribusi geografis:
adalah distribusi spesies hewan berdasarkan daerah di mana hewan tersebut diketemukan. Berdasarkan distribusi geografis, Bond (1979) menyatakan ada enam daerah distribusi hewan atau zoogeographic realms, yaitu:
a.       Australian: meliputi Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan beberapa pulau di Samudera Atlantik.
b.      Oriental: meliputi Asia Selatan dari Himalaya, antara lain India, Srilanka, Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Filipina.
c.       Neotropical: meliputi daerah Amerika Selatan dan Amerika Tengah, Dataran Mexico, dan Hindia Barat.
d.      Ethiopian: meliputi Afrika, termasuk Gurun Pasir Sahara, Madagaskar, dan pulau-pulau di sekitarnya.
e.       Nearctic: meliputi daerah Amerika Utara, Dataran Tinggi Mexico sampai ke Greenland.
f.       Palearctic: meliputi daerah Eurasia menuju ke Selatan sampai ke Himalaya, Afghanistan, Persia, dan Afrika bagian Utara Gurun Sahara.

2.             Distribusi ekologis:
adalah persebaran spesies hewan yang berhubungan dengan keadan lingkungan (habitat) di mana mereka berada. Secara ekologis, distribusi hewan tersebut dapat digolongkan antara lain: habitat air laut, air tawar, hutan, padang rumput, dan padang pasir. Berkaitan dengan hal ini, ikan termasuk hewan air, sehingga distribusi ekologisnya terbatas pada air, baik air tawar maupun air laut.

3.             Distribusi geologis:
merupakan distribusi suatu spesies organisme yang berhubungan dengan waktu atau zaman dan periode umur bumi di mana spesies hewan itu diketemukan. Pembagian zaman dan periode umur bumi secara geologis dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambar 2. Daerah distribusi ikan secara geografis (Bond, 1979)
Tabel 1 Periode zaman dan umur bumi (Storer dan Usinger, 1957)
No
Zaman
Periode
Waktu
(Jutaan Tahun)
1
Archeozoic
-
1500 – 500
2
Protezoic
-
3
Paleozoic
Cambrian
Ordovician
Silurian
Devonian
Carboniferous
Permian
500 – 450
450 – 360
360 – 330
330 – 290
290 – 230
230 – 200
4
Mesozoic
Triassic
Jurassic
Cretaceous
200 – 170
170 – 130
130 – 70
5
Cenozoic
Palaeocene
Eocene
Oligocene
Miocene
Pliocene
Pleistocene
70 – 55
55 – 40
40 – 25
25 – 10
10 – 1
1 –

Ikan yang pertama kali hadir di atas permukaan bumi dan diperkirakan hidup pada zaman Paleozoic periode Ordovician (kira-kira 400 juta tahun yang lalu) adalah ikan Ostracodermis. Spesies ikan yang ada sekarang ini terdapat sekitar 50 juta tahun yang lalu sampai sekarang (Lagler et al. 1977).
e.               Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia
Jumlah spesies ikan yang mendiami perairan di Indonesia diperkirakan kurang lebih 6000 spesies. Menurut Alamsjah (1974), berdasarkan hasil penelitian Wallace (dalam karya taksonomi Pieter Bleeker) yang dibukukan oleh Weber dan de Beaufort, serta hasil penelitian zoogeografi Molengraff dan Weber (1919), daerah distribusi ikan-ikan di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Ikan-ikan daerah Paparan Sunda (Sundaplat)
Paparan Sunda merupakan bagian dari benua Asia pada zaman dahulu (Gambar 3). Hal ini menyebabkan ikan-ikan yang terdapat di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, sangat mirip dengan ikan yang berasal dari daerah-daerah di daratan Asia bagian tenggara.

Gambar 3. Wilayah distribusi ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah paparan Sunda (di sebelah barat garis Wallace), daerah Wallace (di antara garis wallace dan garis Weber), dan daerah paparan Sahul (di sebelah timur garis Weber)
Ikan air tawar yang terdapat di rawa-rawa, sungai-sungai, dan danau-danau, di ketiga pulau tersebut, kira-kira sebanyak 500 spesies. Pada umumnya perairan di ketiga pulau tersebut dihuni oleh jenis-jenis ikan karnivor dan omnivor, serta hanya sedikit sekali ikan herbivor.
Contoh ikan-ikan yang menghuni daerah perairan dataran rendah adalah: lais (Kryptopterus spp.), gabus (Channa spp.), jambal (Wallago spp.), patin (Pangasius spp.), dan belida (Notopterus spp.). Perairan sungai dataran rendah antara lain dihuni oleh: nilem (Osteochillus spp.), jelawat (Leptobarbus spp.), dan hampal (Hampala spp.). Sebaliknya, ikan-ikan penghuni daerah rawa-rawa antara lain: sepat (Trichogaster spp.), tambakan (Helostoma spp.), dan betok (Anabas spp.). Ikan-ikan yang mendiami sungaisungai dan danau-danau di daerah dataran tinggi (ketinggian di atas 500 m) antara lain adalah ikan arengan (Labeo spp.) dan ikan sengkaring (Labeobarbus spp.), namun ikan-ikan ini tidak suka hidup bersama dengan jenis-jenis ikan lainnya.
2. Ikan-ikan daerah Wallacea
Daerah Wallacea meliputi daerah Nusa Tenggara dan Sulawesi. Spesies ikan air tawar tidak terlalu banyak dan juga tidak terdapat ikan-ikan herbivor dan ikan-ikan pemakan epifit (famili Cyprinidae), demikian juga ikan-ikan karnivor dari famili Siluridae. Daerah ini didominasi oleh jenis sidat (Anguilla spp.), jenis betok (Anabas spp.), dan dua jenis beloso (famili Eleotridae).
3. Ikan-ikan daerah Paparan Sahul (Sahulplat)
Spesies ikan belum banyak diketahui karena belum begitu banyak penelitian yang dilakukan di daerah ini. Spesies ikan yang diketahui di daerah ini berdasarkan hasil penelitian Hardenberg pada tahun 1950, dan hanya terbatas pada daerah pesisir Irian Jaya, sebagian besar termasuk dalam famili Gobiidae dan Siluridae
Walaupun berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut di atas diketahui bahwa ketiga daerah tersebut masing-masing mempunyai penghuni yang khas, akan tetapi pemasukan ikan dari satu daerah ke daerah yang lain dapat saja terjadi. Hal ini terjadi karena adanya campur tangan manusia atau oleh faktor distribusi lainnya.





DAFTAR PUSTAKA

v  Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Storer, T.J. and R.L. Usinger. 1957. General Zoology. McGraw Hill Book Company, Inc., New York.
v  Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
v  Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar