Kamis, 30 Oktober 2014

IDENTIFIKASI TINGKA LAKU KELOMANG

BAB 1
PENDAHULUAN

BAB I
PNDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
1.      Kelomang Darat
Kelomang dalam taksonomi termasuk anak bangsa Anomura, bangsa Decapoda,  induk  kelas  Krustasea,  filum  Arthropoda.  Kelomang  dikenal dengan istilah hermit crab. Latar belakang julukan ini adalah keberadaan kelomang dalam cangkangnya yang mirip seorang pertapa yang sedang menyendiri dalam sebuah gua.

2.      Jenis kelomang yang ada di Indonsia .
Ada 13 spesies kelomang darat yang bisa dipelihara dengan membuat habitat buatan. Dari jumlah itu, enam di antaranya dapat ditemukan di Indonesia. Kelomang ungu bersapit gemuk (Coenobita brevimanus). Di kalangan penggemar kelomang sering dijuluki Indos atau Indonesian. Jenis kelomang ini bukan hanya ditemukan di Indonesia, tetapi juga di sepanjang pantai tenggara Afrika hingga Kepulauan Pasifik Barat Daya, Kepulauan Micronesia, Filipina, Semenanjung Malaysia, Teluk Siam, Taiwan, dan Kepulauan Ryukyu di Jepang.
Warna tubuhnya bervariasi, coklat kehijauan, merah jambu, nila, atau ungu kemerahan hingga biru tua. Kelomang coklat (Coenobita cavipes). Kelomang ini banyak ditemukan di daerah berhutan bakau. Warnanya bervariasi dari hitam, belang coklat kekuningan dan hitam, jingga, hingga merah bata. Kelomang stroberi (Coenobita perlatus) adalah salah satu jenis kelomang darat yang paling eksotis. Kelomang dewasa dapat berukuran sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Warna kelomang ini merah menyala, jingga, atau belang merah putih. Jenis stroberi sangat jarang ditemukan di Indonesia karena kelomang ini rentan terhadap pencemaran. Kelomang stroberi sebaiknya tidak dicampur dengan kelomang lain yang berukuran lebih besar karena mudah mati jika diserang. Tingkat kematian karena molting pada jenis stroberi lebih tinggi dibandingkan kelomang lain. Kawasan Great Barrier Reef di Australia menjadi habitat kelomang stroberi. Satwa yang cenderung bergerak lamban ini juga dilindungi oleh Pemerintah Australia. Kelomang keriput (Coenobita rugosus). Kelomang ini paling banyak ditemukan di pesisir pantai Indonesia dan merupakan salah satu jenis kelomang yang paling aktif. Ukurannya tidak terlalu besar dan rata-rata berwarna abu-abu, hitam, atau putih. Namun, kadang-kadang ditemukan juga kelomang jenis ini yang berwarna merah tua, merah jambu, biru, atau ungu muda. Kelomang ungu-jingga (Coenobita violascens). Sepintas bentuknya mirip kelomang ungu bersapit gemuk. Namun, matanya pipih dan besar serta sepit kirinya tidak terlalu cembung. Warna satwa ini bervariasi dari ungu muda, ungu kecoklatan, ungu kebiruan, dan bercak jingga pada sepit dan kakinya. Kelomang ini habitatnya di pantai barat Sumatera dan sebagian pantai selatan Jawa. Kelomang duri (Coenobita spinosus). Kelomang ini banyak ditemukan di Papua dan Kepulauan Maluku. Warna kulitnya bervariasi dari ungu hingga hitam. (sumber: Happy Crabbie)
Anatomi: Kelomang adalah invertebrata yaitu satwa tanpa tulang belakang. Mereka memiliki exoskeleton, kulit terluar yang memberikan dukungan untuk tubuh mereka, tetapi tidak banyak memberikan perlindungan dari predator. Mereka sangat bervariasi dalam warna, dari merah menjadi coklat ke ungu, dengan garis-garis, titik, dan pola lainnya. Mereka memiliki sepuluh kaki bersendi, dua kaki depan yang besar, cakar menggenggam (disebut penjepit atau helipeds) dan sepasangan kaki belakang yang sangat kecil. Mereka memiliki tubuh pipih, antenna sensorik, dua mata yang terletak di ujung batang, dan perut yang lembut memutar dimana kepiting hermit terus menyembunyikannya di dalam cangkangnya.
   
BAB II
TINJAWAN PUSTAKA
A.       Kelomang Darat
Kelomang dalam taksonomi termasuk anak bangsa Anomura, bangsa Decapoda,  induk  kelas  Krustasea,  filum  Arthropoda.  Kelomang  dikenal dengan istilah hermit crab. Latar belakang julukan ini adalah keberadaan kelomang dalam cangkangnya yang mirip seorang pertapa yang sedang menyendiri dalam sebuah gua
B.     KALASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum :Arthropoda
Class : Crustacea
Sub-class : Malacostraca
Order : Decapoda
Infraorder : Anomura
Family : Coenobitidae
Genus : Birgus ; Coenobita
Species    : Birgus latro    ; Coenobita brevimanus  ; C.clypeatus      ; C.cavipes ; C.compressus  ; C.perlatus    ; C.purpureus ; C.rubescens ; C.rugosus  ; C.scaevola ; C.spinosus    ;C. purpureus ; C. variabilis; C.violascens

C.    Jenis Kelomang Darat

Beberapa  kelomang  darat  yang  dapat  ditemukan  di  pantai  Indonesia antara lain

  1.        Kelomang ungu bersepit gemuk (Coenobita brevimanus),
adalah jenis kelomang darat yang panjang karapasnya dapat mencapai ukuran sekitar 10 cm Kelomang jenis ini mudah dikenali dari bentuk sepit kirinya yang gemuk/cembung dan bulat dibandingkan sepit kanannya. Warna tubuhnya bervariasi dari coklat kehijauan, merah jambu, nila, ungu kemerahan, hingga biru tua. Kadangkala ditemukan specimen yang memiliki sungut luar sangat panjang. Mata jenis kelomang ini berukuran kecil dan berbentuk silinder (gilig). Jenis kelomang ini kebanyakan menghuni daerah pantai yang kering, berhutan, atau berbatu karang.
Gbr 1. Kelomang Ungu

2.       Kelomang coklat (Coenobita cavipes).
Warna jenis kelomang yang biasa ditemukan di daerah hutan di dekat pantai ini bervariasi dari hitam, belang coklat kekuningan, atau hitam. Anggota tubuhnya ( termasuk sepit kirinya cenderung ramping dan panjang ) dan tidak terlalu banyak memiliki setæ. Pangkal mata(eyestalk)-nya pipih, tetapi ujung matanya cenderung kecil dan bulat. Jenis  C.cavipes  lebih  menyukai  cangkang  siput  yang  mempunyai spire memanjang, seperti bekicot, siput-siput hutan bakau.

Gbr 2. Kelomang Coklat
 
3.      Kelomang Strawberry (Coenobita perlatus),
satu jenis kelomang darat yang paling eksotis. Memiliki warna kulit merah menyala, jingga, atau belang merah dan putih. Warna mata umumnya coklat bening, namun kadangkala ditemukan yang bermata hitam, hijau lumut, atau abu-abu. Selain itu, seluruh tubuh kelomang jenis ini juga dipenuhi se¦ atau granule (pori-pori) yang berwarna putih ( inilah yang menjadi alasan mengapa ia disebut “strawberry”).
Gbr 3. Kelomang Strawberry

4.       Kelomang keriput (Coenobita rugosus),
merupakan jenis kelomang yang paling mudah ditemui di pesisir pantai Indonesia dan merupakan salah satu jenis kelomang darat yang paling aktif. Jenis kelomang ini tidak terlalu besar ukurannya dan umumnya mempunyai warna kulit abu-abu, hitam, atau putih. Namun
kadangkala ditemukan juga yang berwarna merah tua, merah jambu, biru, atau ungu muda. Ciri utama jenis kelomang ini adalah terdapatnya setæ (pori) yang merata pada hampir seluruh permukaan tubuhnya, serta sebuah parut atau pola mirip bekas jahitan pada sisi luar sepit kirinya yang disebut stridulatory ridge.

Gbr 4. Kelomang Keriput

  5.      Kelomang ungu-jingga (Coenobita violascens),
secara  sepintas  mirip  jenis  kelomang  C.brevimanus  (Indos), tetapi memiliki bentuk mata yang pipih dan besar, serta sepit kiri yang tidak terlalu cembung. Warnanya bervariasi mulai dari ungu muda, ungu kecoklatan, ungu kebiruan, dan terkadang memiliki bercak warna jingga/oranye di sepit dan kakinya. Ada juga yang menjulukinya "Komurasaki" ("Ko"=merah; "murasaki"=ungu), sebab ketika  masih  muda  (  berumur  antara  1-5  tahun,  warna  tubuhnya merah menyala atau oranye, namun seiring dengan bertambahnya usia, warna tubuh berubah menjadi ungu kecoklatan atau ungu kebiruan


 


Gbr 5. Kelomang Ungu-Jingga

6.      Kelomang biru / Ryukyuan Blueberry (Coenobita purpureus),
Warna  sisi  luar  keempat  kaki  dan  kedua  sepitnya  bervariasi mulai dari abu-abu kebiruan, biru muda, biru tua, hingga merah anggur (burgundy), dengan sedikit bercak coklat, kuning, atau jingga. Sisi dalam kaki dan sepitnya, serta bagian abdomen kelomang ini mumnya berwarna putih bersih. Struktur tubuh jenis kelomang ini sangat  mirip  dengan  C.compressus  atau  C.rugosus,  dengan  mata yang pipih dan besar, serta warna jingga/kuning pada pangkal kedua matanya.
Gbr 6. Kelomang biru

7.      Kelomang duri (Coenobita spinosus),
merupakan salah satu jenis kelomang darat yang dapat ditemui di sebagian wilayah ceania ( termasuk Papua dan Kepulauan Maluku).  Karakteristik  tubuh  jenis  kelomang  ini merupakan  perpaduan antara C.brevimanus (Indos) dan C.perlatus (Strawberry): anggota badannya besar dan kekar, bentuk mata pipih, serta memiliki karapas yang melebar. Kelomang ini mudah dikenali karena memiliki bulu- bulu kasar di seluruh kakinya ( sehingga terlihat mirip duri dan penampilannya menyerupai laba-laba (tarantula), sementara warna kulitnya  bervariasi  dari  hitam  hingga  ungu  tua.  Julukan  bagi kelomang ini di kalangan penggemarnya adalah  spinnerD atau spiny forest land hermit crab
Gbr 7. Kelomang Duri

8.      Ketam kenari / coconut crab (Birgus latro),
merupakan hewan arthropoda terbesar di dunia. Mulai terancam kepunahan di berbagai tempat dan seharusnya tidak boleh disantap - walaupun dagingnya sangat lezat.
Gbr 8. Ketam Kenari
D.    Anatomi Kelomang
Kelomang terdiri dari 16 famili dengan jumlah genus dan species yang bervariasi. Mempunyai struktur tubuh yang memanjang, asimetris, silindris dan pipih. Ciri lain dari tubuh yang asimetris ini adalah pleopod hanya terletak di sebelah kiri abdomen. Meskipun kelomang dari beberapa genus Coenobita primitif mempunyai sepasang pleopod. Kriteria inilah yang dipakai untuk memisahkan kelomang dari kepiting-kepiting lain secara taksonomi.
Struktur tubuh kelomang sudah mengalami modifikasi. Hal ini dicirikan oleh karapas yang menyempit dan tidak mengeras sebagai pelindung tubuhnya yang lunak, disamping bentuk abdomen yang memanjang

E.     Tingkah Laku Berburu Cangkang
Tingkah laku Kelomang antara lain makan, istirahat, kopulasi dan berkembang biak, aktivitas utama yang menentukan hidupnya ialah berburu cangkang.
1.       Berburu Cangkang
Salah satu perilaku yang khas dari kelomang adalah berburu cangkang yang akan digunakannya sebagai tempat tinggal dan sekaligus sebagai tempat berlindung.
Hal ini tampaknya memberikan perlindungan yang aman terhadap pemangsa, baik di darat maupun di air. Selain itu juga untuk melindungi kelomang dari kerusakan-kerusakan yang disebabkan hempasan ombak, gesekan pasir dan batu karang.

2.       Mengganti Cangkang
Perpindahan dari cangkang yang lama ke cangkang yang baru dilakukan dengan cepat dan hati-hati, karena keadaan ini merupakan masa kritis bagi kelomang. Hal ini disebabkan karena tubuhnya yang lunak merupakan sasaran yang baik bagi predator.
Untuk berpindah ke cangkang yang baru kelomang seolah-olah sudah mengatur posisi cangkang sedemikian rupa sehingga cangkang yang baru tersebut bagian ven-tralnya berada dalam posisi terbuka. Posisi yang demikian ini akan memudahkan ke-lomang memasukkan tubuhnya. Kuku-kuku-nya yang kuat dan tajam akan memegangi pinggiran cangkang dan dengan cepat kelomang tersebut menarik tubuhnya dari cangkang lama masuk ke cangkang baru. Hal ini dilakukan berulang kali dengan maksud menyesuaikan ukuran tubuhnya, se-hingga seluruh tubuh kelomang tersebut dapat masuk dan tidak tampak dari luar (HAZLETT, 1966).


3.       Mengikis Cangkang Sementara
Ada kalanya kelomang salah dalam memilih ukuran cangkang, mungkin terlalu kecil atau terlalu besar. Dalam keadaan demikian cangkang tersebut hanya ditinggali sementara saja hingga kelomang tersebut menemukan cangkang baru yang lebih cocok,Apabila cangkang yang baru dirasakan terlalu sempit dan kecil ukurannya, sehingga tidak dapat keluar masuk dengan leluasa, maka untuk mengatasi keadaan tersebut kelomang akan mengikis bagian dalam cangkang dengan kuku-kukunya. Dengan derrrikian cangkang baru itu dapat dihuni sementara waktu hingga ditemukan cangkang dengan ukuran yang lebih sesuai (MONKMAN 1977).Sebelum mendapatkan cangkang siput yang cocok, kelomang akan terlebih dahulu memeriksa bagian dalam cangkang dengan menggunakan daktilus. Bila lapisan bawah cangkang ternyata berkerut sehingga tidak sesuai dengan keperluannya, maka kelomang akan berenang di dasar. Hal ini biasanya tidak berlangsung lama karena mereka akan berusaha mencari cangkang siput lain yang sesuai dengan ukuran badannya (REESE, 1968).

4.       Berkelahi memperebutkan Cangkang
Cangkang  yang  dipilih  sebagai  tempat  tinggal  biasanya  yang telah   kosong.   Tidak   jarang   kelomang   menyerang   siput   atau gastropoda yang terluka oleh hewan lain. Disamping itu juga dari gastropoda yang tidak dapat melarikan diri karena kondisi tertentu. Siput atau gastropoda yang sehat-pun kadangkala menjadi sasaran untuk mendapatkan cangkang.Kelomang akan berlaku kasar terhadap siput (si pemilik cangkang) apabila menginginkan cangkang siput sebagai rumali-nya. Siput akan diserang secara tiba-tiba, dirampas dan diusir dari cangkangnya.  Seringkali  perkelahian  ini  mengakibatkan  kematian dari siput.
Biasanya kelomang akan         mengintai        siput    yang    menjadi sasarannya kemana saja berjalan. Kaki-kaki pejalan (ambulatory legs) akan mencengkeram dan menahan cangkang siput, sehingga tidak dapat berjalan serta menariknya keluar dari cangkang.
Perkelahian dalam perebutan rumah atau cangkang baru menurut HAZLETT (1966) dan MONKMAN (1977) tidak hanya terjadi antar kelomang dengan siput saja, tetapi juga antar jenis kelomang itu sendiri.  Kompetisi  sesama  jenis  kelomang  biasanya  dimenangkan oleh  kelomang  yang  berke-kuatan  besar,  baik  dalam mempertahankan cangkang yang sudah ditinggalinya atau dalam mencari cangkang baru. Sedangkan kelomang yang kalah dalam kompetisi biasa-nya akan membenamkan diri ke dalam pasir atau bersembunyi dibalik batu-batu karang untuk sementara waktu hingga ke-lomang tersebut siap untuk berburu kembali.

5.       Menggunakan benda lain sebagai cangkang
Seringkali kelomang tidak mendapatkan cangkang kosong. Bila hal ini terjadi, maka kelomang tersebut akan menggunakan benda atau bahan apa saja yang didapat untuk melindungi abdomennya. Sehubungan dengan itu pernah terlihat kelomang meng-gunakan kulit kelapa untuk perlindungannya (ANDREWS, 1909).

6.       Simbiose pada cangkang
Seringkali cangkang kelomang ditempeli oleh hewan atau tumbuhan, sehingga tidak terlihat oleh predator. Hal ini sangat menguntungkan,   karena   penghunian   bersama   dengan   simbiose lainnya  dalam  satu  cangkang  dapat  menghalangi  pemangsa  atau dapat memberikan penyamaran bagi kelomang.

F.       Tingkah laku seksual
Pada umumnya kelomang mempunyai tingkah laku seksual yang polanya berbeda diantara jenis, tetapi pada dasarnya mempunyai cara yang sama dalam satu marga. selama prekopulasi (masa sebelum melakukan perkawinan) kelomang jantan akan memegang dan mengitari cangkang kelomang betina dengan kaki-kaki pejalan. Sedangkan marga Pagurus mempunyai cara yang berbeda dimana ke-lomang jantan akan memegangi cangkang kelomang betina dengan sapit yang kecil (minor cheliped).
Semua jenis Pagurus bahwa kelomang jantan akan menarik kelomang betina dan memegang cangkang serta kaki-kaki pejalannya dengan kuat. Kemudian kelomang jantan menarik kelomang betina kearah depan tubuhnya dengan gerakkan cepat yang dilakukan oleh sapit kecil.
Kelomang jantan akan selalu menarik perhatian kelomang betina dengan membuat gerakkan-gerakkan isyarat. Biasanya kelomang jantan akan  menggaruk-garukkan  sapit  kecilnya  ke  pinggiran  cang-kang kelomang  betina  untuk  memberikan  rangsangan  kelomang  betina. Beberapa menit kemudian kelomang jantan akan melakukan gerakkan- gerakkan getaran dengan sapit besar (major cheliped) sebagai tanda sudah berlangsung komunikasi. Sebagai interaksi, kelomang betina akan mengelus-elus sapit besar kelomang jantan dengan antenanya. Sedangkan sapit   kecil   kelomang   jantan   memegang   erat-erat   kaki-kaki   pejalan kelomang betina. Setelah itu barulah kedua jenis kelomang tersebut keluar dari cangkang masing-masing dan siap melakukan perkawinan.
Posisi tubuh kelomang dalam melaku-kan perkawinan diatur sedemikian rupa se-hingga berada dalam keadaan yang tepat. Kelomang betina berada dalam keadaan terlentang, kemudian kelomang jantan meng- ambil posisi di samping kelomang betina, dan memasukkan pleopod-1 ke dalam alat genital betina. Kejadian ini umumnya diikuti oleh getaran yang menghentak agar spermanya dapat disalur-kan ke dalam kantung sperma sebelum ter-jadi pembuahan
Pembuahan (fertilisasi) dari kelomang terjadi di dalam tubuh (internal). Kelomang betina akan bertelur sepanjang tahun. Telur-telur melekat pada rambut-rambut  pleopod  dari  abdomen  kiri,  berkelompok  menyerupai untaian buah anggur dengan jumlah yang bervariasi tergantung dari besar kecilnya  kelomang.  Telur-telur  akan  berkembang  terus  sampai  siap menetas dan warnanyapun akan mengalami perubahan yaitu dari orange, merah dan terakhir kuning keabu-abuan
Telur-telur akan dimasukkan ke dalam cangkang agar terlindung dari kekeringan dan gangguan dari luar. Awal perkembangan embrio ditandai oleh adanya mata dan titik- titik pigmen. menerangkan lebih lanjut bahwa telur yang ditetaskan berkembang menjadi larva dan dilepaskan dari bagian abdomen sebelah kiri. Kelomang yang akan menetaskan telur biasanya berjalan menuju batu-batu karang di daerah pasang surut. Penetasan dipercepat oleh ombak yang da- tang dan memecah membasahi tubuh kelo mang dalam jangka waktu tertentu secara terus menerus. Proses penetasan dibarengi oleh aktivitas kelomang tersebut dengan menggoyang-goyangkan abdo mennya.
Dengan demikian di saat telur-telur kontak dengan air laut telur segera menetas menjadi larva.
Larva hidup bebas sebagai plankton, mengalami pertambahan segmen (anamery) dan berkembang melalui tingkatan-tingkatan yaitu zoea (5 stadium), tingkatkan glauco-thoe, kelomang muda dan dewasa



G.     Habitat Kelomang Darat
Kumang mudah ditemukan, terutama di ekosistem pesisir. Ciri yang paling mudah dikenali dari kumang adalah sifat hidupnya yang hampir selalu berada di dalam cangkang gastropoda (moluska). Namun tidak menutup kemungkinan hewan tersebut hidup di dalam patahan kayu, bambu atau spons.


























BAB III
A.    waktu dan tanggal praktek
Hari / tanggal                : jumad, 7 juni 2013
Waktu / jam                    : pukul 14 : 00 – 16 : 30 wit
Tempat                           :Laboratirium  Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan,Universitas pattimura


B.     metode praktekum
1.      alat dan bahan
no
alat
bahan
1
boskon/wadah
kelomang 16 ekor
2
tempat pelastik
pasir
3
alat tulis
air asing
4

bongkahan

2.      cara kerja

v  siapkan 2 buah wadah
v  wadah di isi dengan pasir dan karang selanjutnya di ratakan
v  masukan kelomang di dalam wadah yang telah di beri pasir dan di amati tingla lakunya selama kurang lebig 5 menit
v  salah satu wada di peri air asing dan di amati pergerakannya semala beberapa menit
v  wada yang telah di beri air asing di tamba dengan di masukan bongkahan es dan di amati pergerakannya selama beberapa mnit.



BAB IV
A.    hasil dan pembahasan
1.      Percobaan  di lakukan sebanyak 3 kali
a)      Menjiakan 2 buah wada yang telah di beri pasir dan karang selanjutnya di letakan kelomang di dalamnya,,pada wada pertama ada 7 kelomang,kelomang lebih banyak diam dan ada beberapa klomang yang bergerak dan dapa wada 2 kelomang lebih banyak bergerak kearah karang,setelah di amati semala 5 menit .pada wada 1 dan 2 ada kelomang yang terus berjalan dan ada pula yang tidak bergrak sama sekali.
b)     Setelah di tambahkan air asing pada wada 2,dan dilakukan pengamatan selama 5 menit,pada menit pertama kelomang sudah mulai bergerak hingga menit ke5 semua kelomang mulai berjalan dan lebih banyak bergerak menuju karang.
c)      Pemanbahan bongkahan es pada wada 2 yang telah di brikan air asing,dan di amati selama 5 menit,pada menit pertama kelomang terlihat jergerak dengan stabil,namun setelah pada menit ke2 suhu air yang mulai dingin,bebepara kelomang mulai bergerak mnjau dari bongkahan es,hingga pada menit ke5 semua kelomang sudah bergerak menjau dari bongkahan es karena suhu air semakin dingin dan beberapa kelomang bersembunyi di dalam karang dan ada juga berusaha untuk masuk kedalam suptrat/pasir.









BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN DAN SARAN
1.      KESIMPULAN
Ø  Dari percobaan di atas dapat saya simpulkan bahwa,pada percobaan 1,2 dan 3,terdapat  perbedaan dalam  bergerak
Ø  Pada percobaan 1 kelomang sebih banyak tidak bergerak atau pasif dan pada percobaan 2,setelah wada di perikan air asing kelomang sudah mulai bergerak mengelilingi wada  dan belibanyak mendekati karang dan pada percobaan 3,seletah di bambahkan bongkawan es pada wada,maka terjadilah perbedaan suhu secara tibah-tibah,maka kelomang bergerak semakin aktif,mencoba menhindari bongkahan es dengan cara  bersembunyi di balik barang dan ada juga yang mencoba masuk di dalam subtarat.
2.      SARAN.
Ø  Dalam setiap kali melakukan praktem apapun itu,mohon dari pada dosen untuk di sediakan buku panduan praktek.agak kami mahasiswa lebih mudah mengerti prosedur kenja begitupun dalam penyusunan laporan.









DAFTAR PUSTAKA
v   

















LAMPIRAN GAMBAR



Tidak ada komentar:

Posting Komentar