BAB 1
PENDAHULUAN
BAB I
PNDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
1. Kelomang Darat
Kelomang dalam
taksonomi termasuk anak bangsa Anomura, bangsa
Decapoda, induk kelas Krustasea, filum Arthropoda. Kelomang dikenal
dengan istilah hermit crab. Latar belakang julukan ini adalah keberadaan kelomang dalam
cangkangnya yang mirip seorang pertapa yang sedang menyendiri
dalam sebuah gua.
2. Jenis kelomang yang ada di Indonsia .
Ada 13 spesies kelomang darat yang
bisa dipelihara dengan membuat habitat buatan. Dari jumlah itu, enam di
antaranya dapat ditemukan di Indonesia. Kelomang ungu bersapit gemuk (Coenobita
brevimanus). Di kalangan penggemar kelomang sering dijuluki Indos atau
Indonesian. Jenis kelomang ini bukan hanya ditemukan di Indonesia, tetapi juga
di sepanjang pantai tenggara Afrika hingga Kepulauan Pasifik Barat Daya,
Kepulauan Micronesia, Filipina, Semenanjung Malaysia, Teluk Siam, Taiwan, dan
Kepulauan Ryukyu di Jepang.
Warna tubuhnya bervariasi, coklat
kehijauan, merah jambu, nila, atau ungu kemerahan hingga biru tua. Kelomang
coklat (Coenobita cavipes). Kelomang ini banyak ditemukan di daerah berhutan
bakau. Warnanya bervariasi dari hitam, belang coklat kekuningan dan hitam,
jingga, hingga merah bata. Kelomang stroberi (Coenobita perlatus) adalah salah
satu jenis kelomang darat yang paling eksotis. Kelomang dewasa dapat berukuran
sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Warna kelomang ini merah menyala,
jingga, atau belang merah putih. Jenis stroberi sangat jarang ditemukan di
Indonesia karena kelomang ini rentan terhadap pencemaran. Kelomang stroberi
sebaiknya tidak dicampur dengan kelomang lain yang berukuran lebih besar karena
mudah mati jika diserang. Tingkat kematian karena molting pada jenis stroberi
lebih tinggi dibandingkan kelomang lain. Kawasan Great Barrier Reef di
Australia menjadi habitat kelomang stroberi. Satwa yang cenderung bergerak
lamban ini juga dilindungi oleh Pemerintah Australia. Kelomang keriput
(Coenobita rugosus). Kelomang ini paling banyak ditemukan di pesisir pantai
Indonesia dan merupakan salah satu jenis kelomang yang paling aktif. Ukurannya
tidak terlalu besar dan rata-rata berwarna abu-abu, hitam, atau putih. Namun,
kadang-kadang ditemukan juga kelomang jenis ini yang berwarna merah tua, merah
jambu, biru, atau ungu muda. Kelomang ungu-jingga (Coenobita violascens).
Sepintas bentuknya mirip kelomang ungu bersapit gemuk. Namun, matanya pipih dan
besar serta sepit kirinya tidak terlalu cembung. Warna satwa ini bervariasi
dari ungu muda, ungu kecoklatan, ungu kebiruan, dan bercak jingga pada sepit
dan kakinya. Kelomang ini habitatnya di pantai barat Sumatera dan sebagian
pantai selatan Jawa. Kelomang duri (Coenobita spinosus). Kelomang ini banyak
ditemukan di Papua dan Kepulauan Maluku. Warna kulitnya bervariasi dari ungu
hingga hitam. (sumber: Happy Crabbie)
Anatomi: Kelomang adalah invertebrata yaitu satwa tanpa
tulang belakang. Mereka memiliki exoskeleton, kulit terluar yang memberikan
dukungan untuk tubuh mereka, tetapi tidak banyak memberikan perlindungan dari
predator. Mereka sangat bervariasi dalam warna, dari merah menjadi coklat ke
ungu, dengan garis-garis, titik, dan pola lainnya. Mereka memiliki sepuluh kaki
bersendi, dua kaki depan yang besar, cakar menggenggam (disebut penjepit atau
helipeds) dan sepasangan kaki belakang yang sangat kecil. Mereka memiliki tubuh
pipih, antenna sensorik, dua mata yang terletak di ujung batang, dan perut yang
lembut memutar dimana kepiting hermit terus menyembunyikannya di dalam
cangkangnya.
BAB II
TINJAWAN
PUSTAKA
A. Kelomang
Darat
Kelomang dalam
taksonomi termasuk anak bangsa Anomura, bangsa
Decapoda, induk kelas Krustasea, filum Arthropoda. Kelomang dikenal
dengan istilah hermit crab. Latar belakang julukan ini adalah keberadaan kelomang dalam
cangkangnya yang mirip seorang pertapa yang sedang menyendiri
dalam sebuah gua
B. KALASIFIKASI
Kingdom
: Animalia
Phylum
:Arthropoda
Class
: Crustacea
Sub-class : Malacostraca
Order : Decapoda
Infraorder : Anomura
Family : Coenobitidae
Genus : Birgus ; Coenobita
Species
: Birgus latro ; Coenobita brevimanus ; C.clypeatus ;
C.cavipes ; C.compressus ; C.perlatus ;
C.purpureus ; C.rubescens ; C.rugosus ;
C.scaevola ; C.spinosus ;C. purpureus ; C. variabilis;
C.violascens
C.
Jenis Kelomang Darat
Beberapa
kelomang darat
yang
dapat
ditemukan di pantai Indonesia antara lain
1.
Kelomang ungu bersepit gemuk (Coenobita brevimanus),
adalah
jenis kelomang darat yang panjang karapasnya dapat mencapai
ukuran sekitar 10 cm Kelomang jenis ini mudah dikenali
dari bentuk sepit kirinya yang gemuk/cembung
dan bulat dibandingkan sepit kanannya. Warna
tubuhnya bervariasi dari coklat
kehijauan, merah jambu,
nila, ungu kemerahan, hingga biru tua. Kadangkala ditemukan specimen yang memiliki sungut luar sangat panjang.
Mata jenis kelomang ini berukuran
kecil dan berbentuk silinder
(gilig). Jenis kelomang ini kebanyakan menghuni daerah pantai
yang kering, berhutan, atau berbatu karang.
Gbr
1. Kelomang Ungu
2.
Kelomang coklat (Coenobita cavipes).
Warna
jenis kelomang yang biasa ditemukan di daerah hutan di dekat pantai ini bervariasi dari hitam, belang coklat kekuningan, atau hitam. Anggota tubuhnya
( termasuk sepit kirinya cenderung
ramping dan panjang ) dan tidak terlalu banyak memiliki setæ. Pangkal mata(eyestalk)-nya
pipih, tetapi ujung matanya cenderung kecil dan bulat. Jenis C.cavipes
lebih menyukai cangkang siput
yang mempunyai spire memanjang, seperti bekicot, siput-siput hutan bakau.
Gbr
2. Kelomang Coklat
3.
Kelomang Strawberry (Coenobita
perlatus),
satu
jenis kelomang darat yang paling
eksotis. Memiliki warna kulit
merah menyala, jingga,
atau belang merah dan putih. Warna mata
umumnya coklat bening, namun
kadangkala ditemukan yang bermata hitam, hijau lumut, atau abu-abu. Selain itu, seluruh
tubuh kelomang jenis ini juga dipenuhi
setæ atau granule (pori-pori) yang berwarna putih ( inilah yang menjadi
alasan mengapa ia disebut “strawberry”).
Gbr 3. Kelomang Strawberry
4.
Kelomang keriput
(Coenobita rugosus),
merupakan jenis kelomang
yang paling mudah ditemui di pesisir pantai Indonesia dan merupakan salah satu jenis kelomang
darat yang paling aktif. Jenis kelomang
ini tidak terlalu besar ukurannya
dan umumnya mempunyai warna kulit abu-abu, hitam, atau putih. Namun
kadangkala
ditemukan juga yang berwarna merah tua, merah jambu, biru, atau
ungu muda. Ciri utama jenis
kelomang ini adalah terdapatnya setæ (pori) yang merata pada hampir seluruh permukaan tubuhnya, serta sebuah parut
atau pola mirip bekas jahitan pada
sisi luar sepit kirinya yang disebut stridulatory
ridge.
Gbr
4. Kelomang Keriput
5.
Kelomang ungu-jingga (Coenobita violascens),
secara
sepintas
mirip
jenis
kelomang
C.brevimanus
(Indos),
tetapi memiliki bentuk mata yang pipih dan besar, serta sepit kiri
yang tidak terlalu cembung. Warnanya bervariasi mulai dari ungu muda, ungu kecoklatan, ungu kebiruan, dan terkadang
memiliki bercak warna jingga/oranye di sepit
dan kakinya. Ada juga yang menjulukinya "Komurasaki" ("Ko"=merah; "murasaki"=ungu),
sebab ketika masih muda
( berumur antara 1-5
tahun, warna tubuhnya merah menyala atau oranye, namun seiring dengan bertambahnya usia, warna tubuh berubah menjadi ungu kecoklatan atau ungu kebiruan
Gbr
5. Kelomang Ungu-Jingga
6.
Kelomang biru / Ryukyuan Blueberry (Coenobita purpureus),
Warna
sisi luar keempat
kaki dan kedua sepitnya bervariasi mulai dari abu-abu kebiruan,
biru muda, biru tua, hingga merah anggur (burgundy), dengan sedikit bercak coklat, kuning, atau jingga.
Sisi dalam kaki dan sepitnya, serta bagian abdomen kelomang ini
mumnya
berwarna putih bersih. Struktur tubuh
jenis kelomang ini sangat mirip
dengan C.compressus atau C.rugosus, dengan mata yang pipih dan besar, serta warna
jingga/kuning pada pangkal
kedua matanya.
Gbr
6. Kelomang biru
7.
Kelomang duri (Coenobita spinosus),
merupakan salah satu jenis kelomang darat yang dapat ditemui
di sebagian wilayah ceania
( termasuk Papua dan Kepulauan Maluku).
Karakteristik
tubuh
jenis
kelomang ini merupakan perpaduan antara C.brevimanus (Indos) dan C.perlatus (Strawberry): anggota
badannya besar dan kekar, bentuk mata pipih, serta memiliki karapas
yang melebar. Kelomang ini mudah
dikenali karena memiliki bulu- bulu kasar di seluruh kakinya ( sehingga
terlihat mirip duri dan
penampilannya menyerupai laba-laba (tarantula), sementara warna kulitnya bervariasi dari hitam
hingga
ungu
tua.
Julukan bagi kelomang ini di kalangan penggemarnya adalah spinnerD atau
spiny forest land hermit crab
Gbr
7. Kelomang Duri
8.
Ketam kenari / coconut crab (Birgus latro),
merupakan hewan arthropoda terbesar di
dunia. Mulai terancam kepunahan di
berbagai tempat dan seharusnya tidak
boleh disantap - walaupun dagingnya sangat lezat.
Gbr
8. Ketam Kenari
D. Anatomi Kelomang
Kelomang terdiri
dari 16 famili dengan
jumlah
genus dan species yang
bervariasi. Mempunyai struktur tubuh yang memanjang,
asimetris, silindris
dan pipih. Ciri lain dari tubuh yang asimetris ini adalah pleopod
hanya terletak di sebelah kiri
abdomen. Meskipun kelomang dari beberapa
genus Coenobita primitif mempunyai sepasang pleopod. Kriteria inilah yang dipakai
untuk memisahkan kelomang dari kepiting-kepiting lain secara taksonomi.
Struktur
tubuh kelomang sudah mengalami
modifikasi.
Hal ini dicirikan oleh karapas yang menyempit dan tidak
mengeras sebagai pelindung tubuhnya
yang lunak, disamping bentuk abdomen
yang memanjang
E.
Tingkah
Laku Berburu Cangkang
Tingkah laku Kelomang antara lain makan, istirahat, kopulasi dan berkembang biak, aktivitas utama
yang menentukan hidupnya ialah berburu cangkang.
1.
Berburu Cangkang
Salah
satu perilaku yang khas dari kelomang
adalah berburu cangkang yang akan digunakannya sebagai tempat tinggal dan sekaligus sebagai tempat
berlindung.
Hal
ini tampaknya memberikan perlindungan yang aman terhadap pemangsa, baik di darat maupun
di air. Selain itu juga untuk melindungi
kelomang dari kerusakan-kerusakan yang disebabkan hempasan ombak, gesekan pasir dan batu
karang.
2.
Mengganti Cangkang
Perpindahan
dari cangkang yang lama ke cangkang yang baru dilakukan dengan cepat dan hati-hati,
karena keadaan ini merupakan masa kritis bagi kelomang. Hal ini disebabkan karena tubuhnya yang
lunak merupakan sasaran yang baik bagi predator.
Untuk
berpindah ke cangkang yang baru kelomang
seolah-olah sudah mengatur posisi
cangkang sedemikian rupa sehingga cangkang yang baru tersebut bagian ven-tralnya berada dalam posisi terbuka. Posisi yang demikian ini akan memudahkan
ke-lomang memasukkan tubuhnya. Kuku-kuku-nya yang kuat dan tajam
akan memegangi pinggiran cangkang dan dengan cepat kelomang tersebut menarik tubuhnya dari cangkang lama masuk
ke cangkang baru. Hal ini dilakukan berulang kali dengan maksud menyesuaikan
ukuran tubuhnya, se-hingga seluruh
tubuh kelomang tersebut
dapat masuk dan tidak tampak dari luar (HAZLETT, 1966).
3.
Mengikis Cangkang Sementara
Ada kalanya kelomang salah dalam
memilih ukuran cangkang, mungkin terlalu kecil atau terlalu
besar. Dalam keadaan demikian
cangkang tersebut hanya ditinggali
sementara saja hingga kelomang
tersebut menemukan cangkang baru
yang lebih cocok,Apabila cangkang yang baru dirasakan terlalu sempit
dan kecil ukurannya, sehingga tidak dapat keluar masuk dengan leluasa, maka
untuk mengatasi keadaan tersebut kelomang akan mengikis bagian dalam cangkang dengan kuku-kukunya. Dengan derrrikian cangkang baru itu dapat dihuni sementara waktu
hingga ditemukan cangkang dengan
ukuran yang lebih sesuai (MONKMAN 1977).Sebelum
mendapatkan cangkang siput yang
cocok, kelomang akan terlebih dahulu memeriksa bagian dalam
cangkang dengan menggunakan daktilus. Bila lapisan bawah
cangkang ternyata berkerut sehingga
tidak sesuai dengan keperluannya, maka
kelomang akan berenang di dasar. Hal
ini biasanya tidak berlangsung lama karena mereka akan
berusaha mencari cangkang siput
lain yang sesuai dengan ukuran badannya (REESE, 1968).
4.
Berkelahi memperebutkan
Cangkang
Cangkang yang
dipilih sebagai tempat
tinggal biasanya yang telah
kosong. Tidak jarang
kelomang menyerang siput
atau gastropoda yang terluka oleh hewan lain. Disamping itu juga dari gastropoda yang tidak dapat melarikan
diri karena kondisi
tertentu. Siput atau gastropoda yang sehat-pun kadangkala menjadi sasaran untuk mendapatkan cangkang.Kelomang akan berlaku kasar
terhadap siput (si pemilik cangkang) apabila menginginkan cangkang siput sebagai rumali-nya.
Siput akan diserang secara tiba-tiba, dirampas dan diusir dari
cangkangnya. Seringkali perkelahian
ini mengakibatkan kematian dari siput.
Biasanya
kelomang akan mengintai siput yang menjadi sasarannya kemana saja berjalan. Kaki-kaki pejalan (ambulatory
legs) akan mencengkeram dan menahan cangkang
siput, sehingga tidak dapat berjalan serta menariknya keluar dari cangkang.
Perkelahian dalam perebutan rumah atau cangkang baru menurut HAZLETT (1966) dan MONKMAN (1977) tidak
hanya terjadi antar kelomang dengan
siput saja, tetapi juga antar jenis kelomang
itu sendiri. Kompetisi sesama jenis
kelomang biasanya
dimenangkan oleh kelomang yang
berke-kuatan besar, baik
dalam mempertahankan cangkang yang sudah ditinggalinya atau dalam mencari
cangkang baru. Sedangkan kelomang
yang kalah dalam kompetisi biasa-nya akan membenamkan diri ke dalam pasir atau bersembunyi
dibalik batu-batu karang untuk sementara waktu hingga ke-lomang tersebut siap untuk berburu kembali.
5.
Menggunakan benda lain sebagai cangkang
Seringkali kelomang
tidak mendapatkan cangkang kosong.
Bila hal ini terjadi, maka kelomang tersebut akan menggunakan benda atau bahan apa saja yang didapat
untuk melindungi abdomennya. Sehubungan dengan itu pernah terlihat kelomang
meng-gunakan kulit kelapa untuk
perlindungannya (ANDREWS, 1909).
6.
Simbiose pada cangkang
Seringkali
cangkang kelomang ditempeli oleh hewan atau tumbuhan, sehingga tidak terlihat
oleh predator. Hal ini sangat menguntungkan, karena
penghunian bersama dengan simbiose
lainnya dalam satu
cangkang dapat menghalangi pemangsa atau dapat memberikan penyamaran bagi kelomang.
F. Tingkah
laku seksual
Pada
umumnya kelomang mempunyai tingkah
laku seksual yang polanya berbeda diantara jenis, tetapi pada dasarnya mempunyai
cara yang sama dalam satu marga.
selama prekopulasi (masa sebelum melakukan perkawinan) kelomang jantan akan memegang dan mengitari cangkang kelomang betina dengan kaki-kaki pejalan. Sedangkan
marga Pagurus mempunyai cara yang berbeda dimana ke-lomang
jantan akan memegangi cangkang kelomang betina dengan sapit yang kecil (minor cheliped).
Semua
jenis Pagurus bahwa kelomang
jantan akan menarik kelomang betina dan memegang cangkang serta
kaki-kaki pejalannya dengan kuat. Kemudian
kelomang jantan menarik kelomang
betina kearah depan tubuhnya dengan gerakkan cepat yang dilakukan oleh sapit
kecil.
Kelomang jantan akan
selalu menarik perhatian
kelomang betina dengan membuat gerakkan-gerakkan isyarat.
Biasanya kelomang jantan akan menggaruk-garukkan sapit
kecilnya ke pinggiran
cang-kang kelomang betina
untuk
memberikan rangsangan kelomang
betina.
Beberapa menit kemudian
kelomang jantan akan melakukan gerakkan- gerakkan getaran
dengan sapit besar (major cheliped) sebagai tanda
sudah berlangsung komunikasi. Sebagai interaksi, kelomang betina akan mengelus-elus sapit besar kelomang
jantan dengan antenanya. Sedangkan
sapit kecil kelomang jantan
memegang erat-erat
kaki-kaki pejalan kelomang betina. Setelah itu barulah kedua
jenis kelomang tersebut keluar dari
cangkang masing-masing dan siap melakukan perkawinan.
Posisi tubuh kelomang dalam
melaku-kan perkawinan diatur sedemikian rupa se-hingga berada dalam
keadaan yang tepat. Kelomang betina berada dalam keadaan terlentang, kemudian kelomang jantan meng-
ambil posisi di samping kelomang
betina, dan memasukkan pleopod-1 ke dalam alat genital betina. Kejadian ini umumnya diikuti oleh
getaran yang menghentak
agar spermanya dapat disalur-kan ke dalam kantung sperma sebelum ter-jadi pembuahan
Pembuahan (fertilisasi) dari kelomang terjadi di dalam
tubuh (internal). Kelomang betina akan bertelur sepanjang tahun.
Telur-telur melekat pada rambut-rambut pleopod dari
abdomen
kiri,
berkelompok menyerupai
untaian buah anggur dengan jumlah yang bervariasi tergantung dari besar
kecilnya kelomang.
Telur-telur akan berkembang
terus
sampai
siap
menetas dan warnanyapun akan mengalami perubahan
yaitu dari orange, merah dan terakhir
kuning keabu-abuan
Telur-telur akan dimasukkan ke dalam cangkang agar terlindung dari kekeringan dan gangguan dari luar. Awal perkembangan embrio ditandai oleh adanya mata dan titik- titik pigmen. menerangkan lebih lanjut bahwa telur yang ditetaskan berkembang menjadi
larva dan dilepaskan dari bagian
abdomen sebelah kiri. Kelomang
yang akan menetaskan telur biasanya
berjalan menuju batu-batu karang di daerah pasang surut. Penetasan dipercepat oleh ombak yang da- tang dan memecah
membasahi
tubuh kelo mang dalam jangka waktu tertentu
secara terus menerus. Proses penetasan dibarengi oleh
aktivitas kelomang tersebut dengan menggoyang-goyangkan abdo mennya.
Dengan demikian
di saat telur-telur kontak dengan air laut telur segera menetas menjadi larva.
Larva
hidup bebas sebagai plankton, mengalami pertambahan
segmen (anamery) dan berkembang melalui
tingkatan-tingkatan yaitu zoea (5
stadium), tingkatkan glauco-thoe,
kelomang muda dan dewasa
G. Habitat
Kelomang Darat
Kumang mudah ditemukan, terutama di ekosistem
pesisir. Ciri yang paling mudah dikenali dari kumang adalah sifat hidupnya yang hampir selalu
berada di dalam cangkang gastropoda (moluska). Namun tidak menutup kemungkinan hewan tersebut hidup di dalam patahan
kayu, bambu atau spons.
BAB III
A.
waktu dan tanggal praktek
Hari
/ tanggal : jumad, 7 juni 2013
Waktu
/ jam : pukul 14 : 00 – 16 : 30 wit
Tempat :Laboratirium Program studi Manajemen Sumberdaya
Perairan,Universitas pattimura
B.
metode praktekum
1.
alat dan bahan
no
|
alat
|
bahan
|
1
|
boskon/wadah
|
kelomang 16 ekor
|
2
|
tempat pelastik
|
pasir
|
3
|
alat tulis
|
air asing
|
4
|
|
bongkahan
|
2.
cara kerja
v siapkan 2
buah wadah
v wadah di
isi dengan pasir dan karang selanjutnya di ratakan
v masukan
kelomang di dalam wadah yang telah di beri pasir dan di amati tingla lakunya
selama kurang lebig 5 menit
v salah satu
wada di peri air asing dan di amati pergerakannya semala beberapa menit
v wada yang
telah di beri air asing di tamba dengan di masukan bongkahan es dan di amati
pergerakannya selama beberapa mnit.
BAB IV
A.
hasil dan pembahasan
1. Percobaan di lakukan sebanyak 3 kali
a) Menjiakan
2 buah wada yang telah di beri pasir dan karang selanjutnya di letakan kelomang
di dalamnya,,pada wada pertama ada 7 kelomang,kelomang lebih banyak diam dan
ada beberapa klomang yang bergerak dan dapa wada 2 kelomang lebih banyak
bergerak kearah karang,setelah di amati semala 5 menit .pada wada 1 dan 2 ada
kelomang yang terus berjalan dan ada pula yang tidak bergrak sama sekali.
b) Setelah di
tambahkan air asing pada wada 2,dan dilakukan pengamatan selama 5 menit,pada
menit pertama kelomang sudah mulai bergerak hingga menit ke5 semua kelomang
mulai berjalan dan lebih banyak bergerak menuju karang.
c) Pemanbahan
bongkahan es pada wada 2 yang telah di brikan air asing,dan di amati selama 5
menit,pada menit pertama kelomang terlihat jergerak dengan stabil,namun setelah
pada menit ke2 suhu air yang mulai dingin,bebepara kelomang mulai bergerak
mnjau dari bongkahan es,hingga pada menit ke5 semua kelomang sudah bergerak
menjau dari bongkahan es karena suhu air semakin dingin dan beberapa kelomang
bersembunyi di dalam karang dan ada juga berusaha untuk masuk kedalam
suptrat/pasir.
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
DAN SARAN
1.
KESIMPULAN
Ø Dari
percobaan di atas dapat saya simpulkan bahwa,pada percobaan 1,2 dan
3,terdapat perbedaan dalam bergerak
Ø Pada
percobaan 1 kelomang sebih banyak tidak bergerak atau pasif dan pada percobaan
2,setelah wada di perikan air asing kelomang sudah mulai bergerak mengelilingi
wada dan belibanyak mendekati karang dan
pada percobaan 3,seletah di bambahkan bongkawan es pada wada,maka terjadilah
perbedaan suhu secara tibah-tibah,maka kelomang bergerak semakin aktif,mencoba
menhindari bongkahan es dengan cara bersembunyi
di balik barang dan ada juga yang mencoba masuk di dalam subtarat.
2.
SARAN.
Ø Dalam
setiap kali melakukan praktem apapun itu,mohon dari pada dosen untuk di
sediakan buku panduan praktek.agak kami mahasiswa lebih mudah mengerti prosedur
kenja begitupun dalam penyusunan laporan.
DAFTAR
PUSTAKA
v
LAMPIRAN GAMBAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar