Kamis, 30 Oktober 2014

LAPORAN EKOKSIKOLOGI PERAIRAN, MENGAMATI TINGKA LAKU IKAN DALAM AQUARIUM YANG TELAH DIBERI POLOTAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


            Ekotoksikologi adalah ilmu yang mengkaji perubahan-perubahan ekosistem yang mengalami gangguan jangka panjang atau pendek (Boudou and Ribeyre 1989). Menurut Rand and Petrocelli (1985) toksikologi perairan adalah ilmu yang mengkaji kualitatif dan kuantitatif bahan-bahan kimia dan antropogenik lain atau xenobiotik yang merugikan organisme perairan. Xenobiotik adalah zat-zat kimia yang asing bagi tubuh organisme.

Berbagai senyawa kimia organik, anorganik atau mineral yang dibuang ke dalam air dapat mengotori dan bersifat toksik sehingga dapat mematikan ikan dan organisme air lainnya. Bahan toksik di perairan yang berupa zat-zat kimia beracun dapat berasal dari kegiatan industri, air limbah tambang, erosi permukaan pada tambang terbuka, pencucian herbisida dan insektisida serta akibat kecelakaan seperti tumpahnya minyak atau pecahnya tanker kimia di laut (Southwick 1976). Khusus tentang limbah yang berasal dari kegiatan industri, Dix (1981) menyatakan bahwa pencemar yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh jenis industri.

Kehidupan mahluk hidup tergantung dari apa yang terjadi dilingkunganya. Lingkungan yang bebas mudah dimasuki bahan-bahan yang tidak diketahui misalnya Limbah. Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari prosesperacunan atau sifat-sifat bahan racun dan pengaruhnya terhadap mahluk hidup.Ilmu yang mempelajari mengenai proses peracunan yang terjadi di lingkungandisebut ekotoksikologi. Ekotoksigologi merupakan cabang ilmu dari Toksikologi.Wilayah perairan adalah zona bebas dimana banyak effluent yang masuk baik secara langsung melalui pipa-pipa pembuangan atau run off dari aliran bawahtanah.

Banyak zat-zat kimia yang di buang ke laut diantaranya adalah dari limbah-limbah industri yang banyak memakai bahan kimia, atau limbah dari kegiatan akuakultur yang biasanya menghasilkan limbah bahan-bahan organik.Zat-zat tersebut diatas dapat menimbulkan efek terhadap perairan tempatpembuangan limbah tersebut. Efek yang ada dapat mengakibatkan kualitas suatuperairan menurun atau efek terhadap organisme air yang terpapar langsungdengan zat racun yang terlarut di perairan. Efek keracunan yang terjadi dapatbersifat akut, sub-akut, khronis, delayed. Hal ini ditentukan oleh waktu, lokasiorgan (lokal/sistemik). Kemampuan racun untuk menimbulkan kerusakan apa bilamasuk kedalam tubuh dan lokasi organ yang rentan disebut toksisitas.Toksisitas dapat ditentukan dari beberapa faktor
yaitu:1.

ü  Spesies (jenis makhluk hidup: hewan, manusia dan tumbuhan)2.

ü  Portal of entry, cara masuknya zat racun tersebut : kulit, pernafasandan mulut3.

ü  Bentuk/ sifat kimia - fisik dll.

Ada beberapa macam uji toksisitas, diantaranya uji toksisitas akut, ujitoksisitas lethal dan uji toksisitas sublethal. Pada praktikum kali ini yangdilakukan adalah uji toksisitas akut dengan bahan uji detergen dan kertas Koran berdasarkan ukuranya masing – masing .

  1.2 Tujuan praktikum

Tujuan dari melaksanakannya praktikum ini adalah :

a.       Pemberian kosentrasi polutan pada wadah akuarium
b.      Menganalisis perubahan tingkah laku ikan pada yang tercemar
 
 1.3 Manfaat praktikum

a.       Manfaat dari diadakannya praktikum uji toksisitas akut yang ialah untuk mengetahui respon kematian hewan uji yaitu ikan Kwee (Caranx sexfaciatus ) selama waktu yang telah di tentukan dan berdasarkan  konsentrasi  yang di berikan oleh masing  - masing kelompok.
b.      Meberikan pengetahuan baru bahwa kosentrasi bahan kimia yang terdapat di perairan akan mempengaruhi organism perairan.

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Tinjauan Umum biota uji

Ikan Kwee
Klasifikasi
Ordo Percomorphi (Sub ordo Percoidea )
Famili Carangidae
Genus Caranx
Nama Indonesia Kwee
Nama Internasional Bigeye trevally
Nama Latin Caranx sexfaciatus (Quoy & Gaimard,1825) 
        DeskripsiBadan memanjang, gepeng, sedikit lonjong. Tapisan insang 16-18 pada busur insang pertama bagian bawah. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 9 (1 yang terdepan kecil mengarah kedepan); sirip punggung kedua berjari-jari keras 1 dan 18-21 lemah. Sirip dubur terdiri 2 jari-jari keras (lepas), diikuti 1 1 jari-jari keras dan 14-16 lemah. Bagian depan garis rusuk melengkung, lurus bagian belakangnya. Terdapat 24-34 sisik duri pada bagian yang lurus garis rusuk. Termasuk ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil, crustacea.

             Nama Lokal Bubara (PPN Ambon), Kuwe (PPN Pekalongan), Gatep (PPP Tegalsari), Sopa (PPI Paotere), Kuwe (PPS Cilacap), Gronggong (PPP Labuhan Lombok), Bobara (PPS Bitung), Kwee (PPN Sibolga), Gabua (PPS Bungus), KUWE (PPN Prigi), Putihan (PPN Brondong), KUWE (PPS Belawan), Bulat (PPN Tanjung Pandan), Ikan putih (PPS Kendari), Kwee (Pelabuhan Perikanan Banjarmasin), Kwee (PPP Karangantu), Kwe (PPN Kejawanan), kwee (PPN Tual), Trakulu (PPN Pelabuhanratu), Trakulu (PPI Muara Kintap), KWEE/MANYUK (PPN Pemangkat), Kwee (PPN Ternate), KUWE (UPPPP Mayangan), Kuwe (PPP Bajomulyo), Tarakulu (PPI Batulicin), moto bongkot (UPPPP Pondokdadap), Kwee (PPS Nizam Zachman), Kwee (PPP Kupang), RAMBEUE (PPP Lampulo) Daerah Sebar Terdapat di kawasan perairan yang memiliki subtrat pasir halus dan karang

          Hidup di perairan dangkal, karang-karang, membentuk gerombolan kecil. Dapat mencapai panjang 75 cm, umumnya 50 cm. Warna : bagian atas kehijauan atau biru keabuan, putih perak bagian bawah. Pada jenis muda terdapat 4-7 ban lebar melintang. Kedua sirip punggungnya putih kotor dengan pinggir keputihan. Sirip ekor gelap atau sedikit kuning dengan ujung gelap. Lain-lain sirip pucat.

2.2  Tinjauan Umum Bahan Pencemar

a.       Detergen
Sifat fisis dan kimia detergen
1.      Fisis
  • Ujung non polar : R – O (hidrofob)
  • Ujung polar : SO3Na (hidrofil)
2.      Kimia
  • Dapat melarutkan lemak
  • Tak dipengaruhi kesadahan air
Pembuatan
ROH + H2SO4 → ROSO3H + H2O
ROSO3H + NaOH → ROSO3Na + H2O
Komposisi detergen
Pada umumnya, getergen mengandung bahan-bahan berikut ini :
  1. Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
Anionik :
  • Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
  • Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
  • Alpha Olein Sulfonate (AOS)
Kationik : Garam Ammonium
Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
  1. Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
  2. Asetat :
- Nitril Tri Acetate (NTA)
- Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
  1. Silikat : Zeolit
  2. Sitrat : Asam Sitrat
Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
b.      Kertas Koran

Kertas adalah polimer dari glukosa (C6H12O6) yang terikat dengan ikatan beta-glukosida. Sebagai tambahan ilmu ikatan ini berbeda dengan ikatan pada pati / tepung yang antar glukosanya terikat lewat ikatan alpha-glukosida. Sehingga kita ga bisa mencerna kertas, tapi bisa mencerna nasi.

Supaya membentuk polimer, glukosa melepas 1 molekul air sehingga menjadi C6H10O5. Sebagai polimer, kertas ga punya rumus molekul tertentu, tetapi ditulis sebagai rumus umum polimer:(monomer)n , dimana n adalah jumlah monomer yang ada dalam kertas sehingga -->
(C6H10O5)n

 
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Praktikum uji polutan  ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 30 mei 2013 pada pukul 10.00-13 WIT yang bertempat di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universtias pattimura .

3.2  Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

No
Alat
Kegunaan
1
Akuarium

Sebagai wadah untuk tempat melakukanya  uji polutan
2
Ember
Untuk penampungan air asin
3
Gen 5 liter

Untuk mengambil air asin dari laut.
4
Gelas ukur

Untuk menentukan kosentrasi bahan polutan
5
Thermometer

Alat untuk mengukur suhu air akuarium sebelum dan sesudah uji coba
6
Refraktometer

Untuk mengukur salinitas air laut
7
Timbangan

Untuk menimbang berta ikan yang di jadikan sample
8
Kapiler

9
Airrator
Untuk memberikan bantuan oksigen kepada ikan


 3.1.2  Bahan

No
Bahan
kegunaan
1
ikan
Hewan uji
2
Air asin
Untuk  bahan uji
3
Detergen cair
Bahan uji
4
Ketras koran
Bahan uji

3.3 Langkah kerja
1.      Mahasiswa mengambil jenis ikan yang akan diuji, ukur panjang ikan dengan menggunakan kapiler, catat panjang ikan
2.      Letakan timbangan yang sudah di lapisi plastic, perhatikan hingga angka pada display tidak berubah, catat berat ikan
3.      Mahasiswa mempersiapkan akuarium, masing- masing kelompok dengan akuariumnya yang telah di bersihkan sebelum kegiatan praktek di mulai
4.      Masing-masing akuarium di isi dengan air,laut dan ikan sebanyak 2 ekor
5.      Di lakukan pengukuran terhadap kkondisi warna, bau, kecarahan, suhu, dan salinitas
6.      Deskripsikan tingkah laku dari kesua ikan pada akuarium sebelum di masukan polutan
7.      Pada akuarium 1,3,5, dan 7 masukan bahan kimia yaitu diterjen cair sebanyak 5 mL dan seterusnya (kelipatannya pada kelompok berikutnya)
8.      Sedangkan pada akuarium ke dua yang terdiri darikelompok 2, 4, dan 6 masukan kertas Koran yang telah mengalami proses perendaman selama satu hari sebelumnya. Timbang kertas Koran terlebih dahulu untuk mengetahui berat Koran basah
9.      Amati tingkah laku ikan dan ukur parameter (suhu dan salinitas) pada kedua akuarium dengan durasi waktu setiap 5 menit.
    10.  Tiap kelompok wajib mengambil data dari kelompok lain untuk melengkapi laporan praktikum
11.  Dokumentasi setiap langkah yang anda lakukan

Kelompok 1
Diterjen cair 5mL
Kelompok 2
Kertas Koran 50 gr
Kelompok 3
Diterjen cair 10 mL
Kelompok 4
Kertas Koran 100 gr
Kelompok 5
Diterjen cair 15 mL
Kelompok 6
Kertas Koran 150 gr
Kelompok 7
Diterjen cair 20 mL



   BAB IV
HASIL DAN PEMBASAN

IV.1 Hasil
4.1.            Hasil Pengamatan

1.     Hasil Pengamatan  Kelompok I
Perlakuan : Detergen cair 5 ml dalam volume air di aquarium 15 liter
o   Sebelum dimasukan polutan
Warna
Bau
Suhu
Salinitas
Tingkah laku
Jernih / Tidak ada
Tidak menyengat
27°
34 ppm
Sirip Terbuka, Ikan berenang lurus, berada di dasar aquarium, gerakan sedang, mengelompok, mata terbuka. Bukaan operculum : (1.  170 bukaan / menit ; 2. 167 bukaan / menit ; 3. 173 bukaan / menit )

o   Sesudah dimasukan polutan
Waktu
(menit)
Warna
Bau
Suhu
Sainitas
Tingkah laku
5
berubah menjadi kebiruan dan berbusa
harum detergen
27°
34
reaksi pada saat  perlakuan : gerakan cepat, menghindar dari polutan, menyebar, berenang miring, berada di permukaan dan pinggiran aquarium, gerakan kejang-kejang,
Saat mati : menit ke 5, tubuh berlendir, mulut terbuka kecil, operculum tertutup.
Ikan 1 >> Ikan 3 >> Ikan 2
10
-
-
-
-
-

o   Bukaan Operculum
Ikan
Waktu 
1
2
3
4
5
1
125
84
57
26
15
2
133
90
59
33
20
3
129
83
52
30
17

 o   Pengukuran Morfometrik
Ikan
Berat
Panjang Standar
Panjang Total
1
2
3
20,9 gr
21,3 gr
25,3 gr
8,5 cm
9 cm
9,7 cm
11,7 cm
12,1 cm
12,6 cm


2.     Hasil Pengamatan  Kelompok II
Perlakuan : Kertas Koran 50 g dalam volume air di aquarium 15 liter
o   Sebelum dimasukan polutan
Warna
Bau
Suhu
Salinitas
Volume Air
Tingkah Laku
Jernih atau cerah, tidak keruh
Tidak berbau
28oC
32 ppm
15 L
Ikan bergerak aktif, hidup dan berenang mengelompok, ikan berada di tengah air dan memiliki mata normal atau jernih. Sirip-siripnya bergerak aktif, ikan berenang lurus, gerakannya pun normal tidak terlalu cepat. Bukaan operculum normal.
 o   Sesudah dimasukan polutan
Waktu
(menit)
Warna
Bau
Suhu
Salinitas
Tingkah
Laku
5
Warna air keruh, dan menjadi sedikit hitam
Tidak berbau
28oC
32 ppm
Ikan yang tadinya mengelompok mulai menjauh atau menyebar, sirip-siripnya tetap aktif, ikan-ikan berada di atas permukaan air, bukaan operculum mulai lebih cepat, ikan bergerak cepat, dan menghindar dari hancuran Koran yang ada didalam akuarium.
10
Warna air keruh, dan menjadi sedikit hitam
Tidak berbau
28oC
32 ppm
Ikan 1 mulai melemas, sehingga perlahan ikan ini mulai turun dan berada didasar akuarium, tubuhnya berada didasar namun kepalanya masih sedikit terangkat ke atas. Bukaan operculumnyapun masih cepat. Sirip aktif namun lambat.
Iakn 2 dan 3 masih bergerak aktif, sirip-siripnya pun masih aktif, dan berada di permukaan air di sudut-sudut akuarium. Bukaan operculumnya masih cepat.
Ikan-ikan ini tetap menyebar.
15
Warna air keruh, dan menjadi sedikit hitam
Tidak berbau
28oC
32 ppm
Ikan 1 keadaannya masih tetap lemas, dan berada didasar akuarium tapi beberapa kali bergerak keatas dan berpindah tempat kesisi akuarium yang lainnya, tapi setelah itu kembali lagi ke dasar akuarium. Bukaan operculum sedikit melambat dan sirip-siripnya melambat.
Ikan 2 dan 3 masih berada dipermukaan air disudut akuarium untuk mencari oksigen. Tapi perlahan ikan-ikan ini berada ditengah air namun tak lama ikan-ikan ini naik lagi ke permukaan. Sirip-siripnya masih aktif namun agak sedikit melambat. Sementara bukaan operculumnya cepat tapi gerakannya mulai melambat.
20
Warna air keruh, dan menjadi sedikit hitam
Tidak berbau
28oC
32 ppm
Ikan 1 keadaannya masih tetap lemas, dan berada didasar akuarium. Bukaan operculum sedikit melambat dan sirip-siripnya melambat.
Ikan 2 dan 3 masih berada dipermukaan air disudut akuarium untuk mencari oksigen. Sirip-siripnya masih aktif namun agak sedikit melambat. Sementara bukaan operculumnya cepat tapi gerakannya mulai melambat.
25
Warna air keruh, dan menjadi sedikit hitam
Tidak berbau
28oC
32 ppm
Ikan 1 keadaannya masih tetap lemas, dan berada didasar akuarium. Bukaan operculum sedikit melambat dan sirip-siripnya melambat.
Ikan 2 dan 3 masih berada dipermukaan air disudut akuarium untuk mencari oksigen. Sirip-siripnya masih aktif namun agak sedikit melambat. Sementara bukaan operculumnya cepat tapi gerakannya mulai melambat.

o   Bukaan Operculum
Ikan
Waktu 
5
10
15
20
25
1
515
523
504
495
496
2
531
559
571
585
593
3
540
577
589
592
597

o   Pengukuran Morfometrik
Ikan
Berat
Panjang Standar
Panjang Total
1
24,2
9,3
11,4
2
17,3
8,1
11
3
27,16
9,5
13,3


3.     Hasil Pengamatan  Kelompok III
Perlakuan : Detergen cair 10 ml
o   Sebelum dimasukan polutan
Warna
Bau
Suhu
Salinitas
Tingkah Laku
Jernih
Tidak
30º
30‰
Sebelum dimasukan polutan yang berupa diterjen, ikan bergerak aktif di dasar akuarium, dan mengelompok, hal ini disebabkan karena kondisi ikan masih normal

o   Sesudah dimasukan polutan
Waktu
Warna
Bau
Suhu
Salinitas
                Tingkah laku
5 menit
Keruh, dan air menjadi warna biru muda
Amis, dan diterjen
310C
25‰
Setelah di masukan diterjen, ikan bergerak lebih aktif, dan mulai menjauh dari titik- titik polutan, akan tetapi setelah menit pertama bukaan operculum mulai melemah, dan pergerakannya pun mulai lambat dan pada menit ke empat ikan telah mati.

o   Pengukuran Morfometrik
Ikan
Berat
Panjang Standar
Panjang Total
1
47,7 gr
13,4 cm
15,3 cm
2
21,5 gr
10,11 cm
13,1 cm


4.     Hasil Pengamatan  Kelompok IV
Perlakuan : Kertas Koran 100 gr
o   Sebelum dimasukan polutan
Warna
Bau
Suhu
Salinitas
Tingkah laku ikan
Cerah / Jernih
Tidak berbau
290C
30
-          Pergerakan ikan aktif
-          Ikan berada tidak tetap, kadang di diatas permukaan air, di tengah dan di dasar air.

o   Sesudah dimasukan polutan
Waktu (Menit)
Warna
Bau
Suhu
Salinitas
Tingkah laku ikan
No. Ikan
Pembukaan operkulum
Gerakan
5
Jernih
Tidak berbau
300C
29‰
1
344
Ikan 1, pergerakannya di atas permukaan air. Ikan ke 2, pergerakannya di bawah/ dasar akuarium. Pergerakan ikan mulai melambat.
2
320
10




1
472
Ikan ke 1, pergerakannya di atas permukaan air dan pergerakannya aktiv. Ikan ke 2, pergerakannya di dasar akuarium dan pergerakannya lambat.
2
355
15




1
325
Ikan ke 1, pergerakannya mulai menurun ke badan akuarium, dan ikan ke 2 naik ke badan air.
2
310
20




1
210
Ikan ke  1 pergerakannya tetap pada badan air, sedangkan ikan ke 2 pergerakannya sudah mulai aktiv.
2
180
25




1
206
Ikan sudah tidak mulai tetap tempat, kadang berada di atas permukaan air , kadang juga berada di dasar akuarium.
2
183

o   Pengukuran Morfometrik
Ikan
Berat
Panjang Standar
Panjang Total
1
2
24,5gr
17,8gr
10,5mm
9,3 mm
13,4mm
11,2mm


5.     Hasil Pengamatan  Kelompok V
Perlakuan : Detergen cair 15 ml dalam volume air di aquarium 15 liter
o   Sebelum dimasukan polutan
WARNA
BAU
SUHU
SALINITAS
TINGKAH LAKU IKAN


Air : Normal
Ikan : normal
Air dan ikan : seperti biasa
29OC
36‰
Ikan 1 bergerak aktif, berenang mengelompok di dasar akuarium dengan bukaan operculum 145/menit.
Ikan 2 bergerak aktif, berenang mengelompok di dasar akuarium dengan bukaan operculum 141/menit.


Sesudah dimasukan polutan
Waktu (Menit)
Warna
Bau
Suhu
Salinitas
Tingkah Laku Ikan
No ikan
Gerak
1
normal
Amis dan deterjen
28OC
27‰
1
·         Memutar – mutar di dalam akuarium
·         Bukaan operculum cepat

2
·         Kejang,terkadang loncat keluar
2
Kuning agak memucat
Amis dan deterjen
28OC
27‰
1
·         Pergerakannya mulai melemah dan kadang – kadang bersandar pada dinding kaca akuarium
2
·         Ikam mulai tak bias bergerak aktif dan terbaring di dasar akuarium
3
Kuning agak memucat
Amis dan deterjen
28OC
27‰
1
·         Tergeletak di dasar dan bukaan operculum tiap 6 detik
2
·         Tubuh ikan gemetar dan mulut sesekali membuka mulut dan hamper tak bias lagi bergerak
4
Kuning agak memucat
Amis dan deterjen
28OC
27‰
1
·         Ikan mati
2
·         Ikan mati

 o   Pengukuran Morfometrik
UKURAN IKAN
NO
IKAN
PANJANG STANDAR
PANJANG TOTAL
BERAT
1
11 cm
12 cm
28,6 gr
2
10,2 cm
11,8 cm
21,4 gr


6.      Hasil Pengamatan  Kelompok VI
Perlakuan : Detergen cair 200 gr koran dalam volume air di aquarium 30 liter
o   Sebelum dimasukan polutan
Warna
Bau
Suhu
Salinitas
Tingkah laku ikan
Gerak
Bukaan Operculum
Air laut pada akuarium : cerah bening
Tidak bau
28OC
32
Ikan mengelompok, Bukaan mulut, Operculum normal, Jerahan sirip normal, Warna mata, Ikan masih aktif, Ikan masih berada pada dasar akuarium
-
Pada ikan 1 :
abu keperakan



148
Pada ikan 2 : kuning keabuan



150

o   Sesudah dimasukan polutan
Waktu
warna
Bau
suhu
Salinitas
Tingkah laku ikan
5 menit
Air laut pada akuarium warna keruh
Tidak bau
29 OC
30‰
-    Ikan 1 dan ikan 2 berada didasar akuarium
-    Pergerakan ikan mulai lambat
-    O2 berkurang
-    Pengamatan operculum :
a.       Ikan 1 : 403
b.      Ikan 2 : 325
10 menit
Air laut pada akuarium warna keruh
Tidak bau
29 OC
30‰
-    Kedua ikan cenderung berada didasar tapi setelah itu naik ke atas perairan
-    Pengamatan operculum :
a.       Ikan 1 : 505
b.      Ikan 2 : 330
-   Ikan ke-2 mendekati aerator, karena kondisi o2 dalam kolom air yang mulai berkurang
15 menit
Air laut pada akuarium warna keruh
Tidak bau
29 OC
30‰
-    Pengamatan operculum :
a.       Ikan 1 : 450
b.      Ikan 2 : 439
-    Ikan cenderung diam ditempat yang sama
20 menit
Air laut pada akuarium warna keruh
Tidak bau
29 OC
30‰
-    Pengamatan operculum :
a.       Ikan 1 : 530
b.      Ikan 2 : 470
25 menit
Air laut pada akuarium warna keruh
Tidak bau
29 OC
30‰
-   Bukaan overculum dari kedua ikan semakin cepat. Karena, kosentrasi o2 yang berkurang. Sementara kebutuhan o2 pada ikan harus terpenuhi
-   Kedua ikan cenderung berada didasar perairan dangan pergerakan yang lambat namun sesekali naik ke permukaan

o   Pengukuran Morfometrik
No Ikan
Panjang standar
Panjang total
Berat


1
8.9
12.3
23.6

2
8.3
12.2
21.4


 
7.     Hasil Pengamatan  Kelompok VII
Perlakuan : Detergen cair 15 ml dalam volume air di aquarium 30 liter
o   Sebelum dimasukan polutan
WARNA
BAU
SUHU
SALINITAS
TINGKAH LAKU IKAN


Air : Normal
Ikan : normal
Air dan ikan : seperti biasa
29OC
30
Ikan 1 bergerak aktif, berenang mengelompok, berenang di permukaan, bukaaan operculum, sirip bergeraj stabil dan aktif.
Ikan 2 bergerak aktif, berenang mengelompok, berenang di permukaan, bukaaan operculum, sirip bergeraj stabil dan aktif.
Ikan 3 bergerak aktif,berenang mengelompok, berenang di permukaan, bukaaan operculum, sirip bergeraj stabil dan aktif.


 o   Sesudah dimasukan polutan
Waktu
Warna
Bau
Suhu
Salinitas
Tingkah Laku Ikan
No ikan
Bukaan operculum
Gerak

1 menit
Air : keruh
Ikan : masih normal
Air : deterjen
Ikan : amis
30OC
30‰
1
41
Ikan bergerak semakin aktif, bergerak sangat cepat, bukaan operculum dan sirip bergerak sangat cepat, gaya renang normal.
2
35
Ikan bergerak semakin aktif, bergerak sangat cepat, bukaan operculum dan sirip bergerak sangat cepat, gaya renang normal.
3
32
Ikan bergerak semakin aktif, bergerak sangat cepat, bukaan operculum dan sirip bergerak sangat cepat, gaya renang normal.
2 menit
Air : keruh,
Ikan : masih normal
Air : deterjen
Ikan : amis
30OC
30‰
1
38
Pergerakan renang melambat, namun bukaan oerculum dan sirip masih bergerak normal, gaya renang tegak ke atas permukaan.
2
30
Pergerakan renang melambat, namun bukaan oerculum dan sirip masih bergerak normal, gaya renang tegak ke atas permukaan.
3
35
Pergerakan renang melambat, namun bukaan oerculum dan sirip masih bergerak normal, gaya renang tegak ke atas permukaan.
3 menit
Air : keruh,
Ikan : masih normal
Air : deterjen
Ikan : amis
30OC
30‰


1
25
Pergerakan ikan semakin melambat, ikan tetap bergerak, tetapi tidak berenang. Ikan tergeletak di dasar.
2
19
Pergerakan ikan semakin melambat, ikan tetap bergerak, tetapi tidak berenang. Ikan tergeletak di dasar.
3
20
Pergerakan ikan semakin melambat, ikan tetap bergerak, tetapi tidak berenang. Ikan tergeletak di dasar, bergerak ke arah sudut akuarium.
4 menit
Air : keruh,
Ikan : memucat
Air : deterjen
Ikan : amis
30OC
30
1
7
Pergerakan ikan semakin melambat, tergeletk di dasar, bukaan operculum terlihat 8 detik sekali bukaan.
2
7
Pergerakan ikan semakin melambat, tergeletk di dasar, bukaan operculum terlihat 8 detik sekali bukaan.
3
7
Pergerakan ikan semakin melambat, tergeletk di dasar, bukaan operculum terlihat 8 detik sekali bukaan.
5 menit
Air : keruh,
Ikan : memucat
Air : deterjen
Ikan : amis
30OC
30‰
1
0
Ikan tidak dapat berenang aktif dan melakukan tidak pergerakan,  tergeletak didasar tanpa pergerakan operculum dan sisik.  ikan mati.
2
0
Ikan tidak dapat berenang aktif dan melakukan tidak pergerakan,  tergeletak didasar tanpa pergerakan operculum dan sisik.  ikan mati.
3
0
Ikan tidak dapat berenang aktif dan melakukan tidak pergerakan,  tergeletak didasar tanpa pergerakan operculum dan sisik.  ikan mati.

 o   Pengukuran Morfometrik
UKURAN IKAN
NO
IKAN
PANJANG STANDAR
PANJANG TOTAL
BERAT
1
9,5 cm
12 cm
21,5 gr
2
9,7 cm
12,1 cm
25,6 gr
3
8,5 cm
11 cm
17,59 gr


4.2.            Pembahasan
Dari praktikum yang dilakukan ada dua perlakuan yang dilakukan terhadap ikan yaitu dengan memasukan deterjen cair dan juga kertas Koran dengan konsentrasi yang telah ditentukan sebagi polutan. Sebelum memasukan polutan kedalam air kita terlebih dahulu mencatat warna, bau, suhu, salinitas air laut yang digunakan dan kemudian melihat tingkah laku ikan sebulem dimasukkan polutan baik deterjen maupun kertas Koran.
Berdasarkan hasil dari praktikum diatas, dapat kita lihat bahwa tingkah laku sebelum dimasukkan polutan masih dalam keadaan normal. Setelah dilakukan perlakuan dengan mamasukkan deterjen cair sebanyak 15 ml dapat dilihat bahwa tingkah laku ikan mulai berubah atau mulai bergerak aktif dengan bukaan operculum yang cepat karena jumlah oksigen yang semakin sedikit yang ditandai dengan warna air yang berubah dan juga berbau dengan suhu air yang mulai meningkat, kemudian pada menit kedua ikan mulai kejang-kejang diikuti dengan gerkan yang semakin melambat dan juga bukaan operculum juga semakin melambat. Pada menit ketiga dan keempat ikan akan diam di dasar aquarium dengan bukaan operculum yang semakin melambat, dan pada menit kelima ikan telah mati karena pengaruh dari polutan deterjen cair yang diberikan.
Sama halnya dengan perlakuan yang dilakukan pada kelompok 5, pada kelompok 1,3, dan 7 yang berturut-turut meemberikan polutan sebanyak 5 ml, 10 ml, dan 20 ml, juga dapat terlihat hal sama pada tingkah laku ikan dimana gerakan ikan akan melambat dan kemudian mati  pada menit kelima.
Jumlah polutan deterjen cair yang diberikan akan sangat mempengaruhi tingkah laku ikan atau dengan kata lain semakin besar jumlah polutan deterjen yang diberikan maka akan mempercepat kematian pada ikan yang ada pada air yang tercemar.
Selain dengan menggunakan deterjen cair, kita juga menggunakan kertas koran sebgai bahan polutan. Diman jumlah polutran kertas Koran yang diberikan sebanyak 50 gr, 100 gr, dan 200 gr. Seperti yang dilakukan pada perlakuan dengan deterjen cair, kita juga mencatat tingkah laku ikan (gerak dan bukaan operculum), warna, bau, suhu, salinitas air sebelum dimasukkan polutan.
Pada saat dimasukkan polutan tingkah laku ikan mulai berubah yang pada awalnya masih bergerak aktif dan berada dalam keadaan normal (berkelompok) dengan bukaan operculum yang relative stabil, namun pada saat polutan dimasukkan kedalam air yang ditandai dengan warna air mulai keruh dengan suhu yang mulai meningkat atau dengan kata lain jumlah oksigen terlarut semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat pada tingkah laku ikan yang pada awalnya berkelompok kemudian menyeabar untuk mencari oksogen dengan bukaan operculum yang semakin cepat.
Setiap 5 mrnit berselang dilakukan pancatatan tinmgkah laku ikan den dapat dilhat bahwa tingkah laku ikan atau gerkan ikan mulai melambat dengan bukaan opereculum yang semakin cepat atau cendrung melambat dan ikan terlihat diam pada dasar aquarium.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa polutan berupa deterjen cair akan memberikan dampak yang cepat berupa kematian pada ikan, tetapi dengan polutan berupa kertas koran akan menyebabkan kematian pada ikan dalam jangka waktu yang relative lama yang pada awalnya hanya akan membuat ikan stress dengan jumlah oksigen terlarut yang semakin menurun.


BAB V
PENUTUP

5.1.            Kesimpulan
v  Pada praktikum ini dilakukan 2 perlakuan untuk melihat melihat tingkah laku ikan terhadap polutan berupa deterjen cair dan juga kertas koran.
v  Detergen membunuh organism secara jangka pendek sedangkan Koran membunuh organisem dalam jangka waktu yang cukup lama
v  Kosentrasi jenis polutan juga mengakibatkan organisme merubah tingkahlakunya 

 5.2 saran
Laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran sngatlah di harapkan untuk kesempurnaan laporan ini, dan semoga laporan praktikum ini memberikan informasi dan pengetahuan bagi saudara – saudara yang membutuhkan refrensi dalam melengkapi kebutuhan bahan ajar.
 
Daftar pustaka
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110122212101AA9MmT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar