BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ekotoksikologi
adalah ilmu yang mengkaji perubahan-perubahan ekosistem yang mengalami gangguan
jangka panjang atau pendek (Boudou and Ribeyre 1989). Menurut Rand and
Petrocelli (1985) toksikologi perairan adalah ilmu yang mengkaji kualitatif dan
kuantitatif bahan-bahan kimia dan antropogenik lain atau xenobiotik yang
merugikan organisme perairan. Xenobiotik adalah zat-zat kimia yang asing bagi
tubuh organisme.
Berbagai senyawa kimia organik,
anorganik atau mineral yang dibuang ke dalam air dapat mengotori dan bersifat
toksik sehingga dapat mematikan ikan dan organisme air lainnya. Bahan toksik di
perairan yang berupa zat-zat kimia beracun dapat berasal dari kegiatan
industri, air limbah tambang, erosi permukaan pada tambang terbuka, pencucian
herbisida dan insektisida serta akibat kecelakaan seperti tumpahnya minyak atau
pecahnya tanker kimia di laut (Southwick 1976). Khusus tentang limbah yang
berasal dari kegiatan industri, Dix (1981) menyatakan bahwa pencemar yang
dihasilkan sangat dipengaruhi oleh jenis industri.
Kehidupan
mahluk hidup tergantung dari apa yang terjadi dilingkunganya. Lingkungan yang
bebas mudah dimasuki bahan-bahan yang tidak diketahui misalnya Limbah.
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari prosesperacunan atau sifat-sifat bahan
racun dan pengaruhnya terhadap mahluk hidup.Ilmu yang mempelajari mengenai
proses peracunan yang terjadi di lingkungandisebut ekotoksikologi.
Ekotoksigologi merupakan cabang ilmu dari Toksikologi.Wilayah perairan adalah zona bebas dimana banyak effluent yang
masuk baik secara langsung melalui pipa-pipa pembuangan atau run
off dari aliran bawahtanah.
Banyak
zat-zat kimia yang di buang ke laut diantaranya adalah dari limbah-limbah
industri yang banyak memakai bahan kimia, atau limbah dari kegiatan akuakultur
yang biasanya menghasilkan limbah bahan-bahan organik.Zat-zat tersebut diatas
dapat menimbulkan efek terhadap perairan tempatpembuangan limbah tersebut. Efek
yang ada dapat mengakibatkan kualitas suatuperairan menurun atau efek terhadap
organisme air yang terpapar langsungdengan zat racun yang terlarut di perairan.
Efek keracunan yang terjadi dapatbersifat akut, sub-akut, khronis, delayed. Hal
ini ditentukan oleh waktu, lokasiorgan (lokal/sistemik). Kemampuan racun untuk
menimbulkan kerusakan apa bilamasuk kedalam tubuh dan lokasi organ yang rentan
disebut toksisitas.Toksisitas dapat ditentukan dari beberapa faktor
yaitu:1.
ü Spesies (jenis makhluk hidup: hewan, manusia dan tumbuhan)2.
ü Portal of entry, cara masuknya zat racun tersebut : kulit,
pernafasandan mulut3.
ü Bentuk/ sifat kimia - fisik dll.
Ada
beberapa macam uji toksisitas, diantaranya uji toksisitas akut, ujitoksisitas
lethal dan uji toksisitas sublethal. Pada praktikum kali ini yangdilakukan
adalah uji toksisitas akut dengan bahan uji
detergen dan kertas Koran berdasarkan ukuranya masing – masing .
1.2
Tujuan praktikum
Tujuan dari melaksanakannya
praktikum ini adalah :
a.
Pemberian kosentrasi polutan pada
wadah akuarium
b.
Menganalisis perubahan tingkah laku
ikan pada yang tercemar
1.3
Manfaat praktikum
a.
Manfaat dari diadakannya
praktikum uji toksisitas akut yang ialah untuk mengetahui respon kematian
hewan uji yaitu ikan Kwee
(Caranx sexfaciatus ) selama waktu yang telah di tentukan
dan berdasarkan konsentrasi yang di berikan oleh masing - masing kelompok.
b.
Meberikan pengetahuan baru bahwa
kosentrasi bahan kimia yang terdapat di perairan akan mempengaruhi organism
perairan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan
Umum biota uji
Ikan
Kwee
Klasifikasi
Klasifikasi
Ordo
Percomorphi (Sub ordo Percoidea )
Famili
Carangidae
Genus
Caranx
Nama
Indonesia Kwee
Nama Internasional Bigeye trevally
Nama Latin Caranx sexfaciatus (Quoy & Gaimard,1825)
Nama Internasional Bigeye trevally
Nama Latin Caranx sexfaciatus (Quoy & Gaimard,1825)
DeskripsiBadan
memanjang, gepeng, sedikit lonjong. Tapisan insang 16-18 pada busur insang
pertama bagian bawah. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 9 (1 yang
terdepan kecil mengarah kedepan); sirip punggung kedua berjari-jari keras 1 dan
18-21 lemah. Sirip dubur terdiri 2 jari-jari keras (lepas), diikuti 1 1
jari-jari keras dan 14-16 lemah. Bagian depan garis rusuk melengkung, lurus
bagian belakangnya. Terdapat 24-34 sisik duri pada bagian yang lurus garis
rusuk. Termasuk ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil, crustacea.
Nama Lokal Bubara (PPN Ambon), Kuwe (PPN Pekalongan), Gatep (PPP Tegalsari), Sopa (PPI Paotere), Kuwe (PPS Cilacap), Gronggong (PPP Labuhan Lombok), Bobara (PPS Bitung), Kwee (PPN Sibolga), Gabua (PPS Bungus), KUWE (PPN Prigi), Putihan (PPN Brondong), KUWE (PPS Belawan), Bulat (PPN Tanjung Pandan), Ikan putih (PPS Kendari), Kwee (Pelabuhan Perikanan Banjarmasin), Kwee (PPP Karangantu), Kwe (PPN Kejawanan), kwee (PPN Tual), Trakulu (PPN Pelabuhanratu), Trakulu (PPI Muara Kintap), KWEE/MANYUK (PPN Pemangkat), Kwee (PPN Ternate), KUWE (UPPPP Mayangan), Kuwe (PPP Bajomulyo), Tarakulu (PPI Batulicin), moto bongkot (UPPPP Pondokdadap), Kwee (PPS Nizam Zachman), Kwee (PPP Kupang), RAMBEUE (PPP Lampulo) Daerah Sebar Terdapat di kawasan perairan yang memiliki subtrat pasir halus dan karang
Hidup di perairan dangkal, karang-karang, membentuk gerombolan kecil. Dapat mencapai panjang 75 cm, umumnya 50 cm. Warna : bagian atas kehijauan atau biru keabuan, putih perak bagian bawah. Pada jenis muda terdapat 4-7 ban lebar melintang. Kedua sirip punggungnya putih kotor dengan pinggir keputihan. Sirip ekor gelap atau sedikit kuning dengan ujung gelap. Lain-lain sirip pucat.
2.2 Tinjauan
Umum Bahan Pencemar
a. Detergen
Sifat fisis dan kimia detergen
1.
Fisis
- Ujung non polar : R – O (hidrofob)
- Ujung polar : SO3Na (hidrofil)
2.
Kimia
- Dapat melarutkan lemak
- Tak dipengaruhi kesadahan air
Pembuatan
ROH + H2SO4 →
ROSO3H + H2O
ROSO3H + NaOH → ROSO3Na
+ H2O
Komposisi detergen
Pada umumnya, getergen mengandung
bahan-bahan berikut ini :
- Surfaktan
Surfaktan
(surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif
ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan
kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
Secara garis besar, terdapat empat
kategori surfaktan yaitu:
Anionik :
- Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
- Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
- Alpha Olein Sulfonate (AOS)
Kationik : Garam Ammonium
Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
Builder
Builder
(pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
- Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
- Asetat :
- Nitril Tri Acetate (NTA)
- Ethylene Diamine Tetra Acetate
(EDTA)
- Silikat : Zeolit
- Sitrat : Asam Sitrat
Filler
Filler
(pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
Aditif
Aditif
adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya
cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.
Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
b.
Kertas Koran
Kertas
adalah polimer dari glukosa (C6H12O6) yang terikat dengan ikatan
beta-glukosida. Sebagai tambahan ilmu ikatan ini berbeda dengan ikatan pada
pati / tepung yang antar glukosanya terikat lewat ikatan alpha-glukosida.
Sehingga kita ga bisa mencerna kertas, tapi bisa mencerna nasi.
Supaya
membentuk polimer, glukosa melepas 1 molekul air sehingga menjadi C6H10O5.
Sebagai polimer, kertas ga punya rumus molekul tertentu, tetapi ditulis sebagai
rumus umum polimer:(monomer)n , dimana n adalah jumlah monomer yang ada dalam
kertas sehingga -->
(C6H10O5)n
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Praktikum uji polutan ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 30 mei
2013 pada pukul 10.00-13 WIT yang bertempat di Laboratorium Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universtias pattimura .
3.2 Alat dan
Bahan
3.1.1
Alat
No
|
Alat
|
Kegunaan
|
1
|
Akuarium
|
Sebagai wadah untuk tempat
melakukanya uji polutan
|
2
|
Ember
|
Untuk penampungan air asin
|
3
|
Gen 5 liter
|
Untuk mengambil air asin dari
laut.
|
4
|
Gelas ukur
|
Untuk menentukan kosentrasi bahan
polutan
|
5
|
Thermometer
|
Alat untuk mengukur suhu air
akuarium sebelum dan sesudah uji coba
|
6
|
Refraktometer
|
Untuk mengukur salinitas air laut
|
7
|
Timbangan
|
Untuk menimbang berta ikan yang di
jadikan sample
|
8
|
Kapiler
|
|
9
|
Airrator
|
Untuk memberikan bantuan oksigen
kepada ikan
|
3.1.2 Bahan
No
|
Bahan
|
kegunaan
|
1
|
ikan
|
Hewan
uji
|
2
|
Air
asin
|
Untuk bahan uji
|
3
|
Detergen
cair
|
Bahan
uji
|
4
|
Ketras
koran
|
Bahan
uji
|
3.3
Langkah kerja
1.
Mahasiswa mengambil jenis ikan yang akan
diuji, ukur panjang ikan dengan menggunakan kapiler, catat panjang ikan
2.
Letakan timbangan yang sudah di lapisi
plastic, perhatikan hingga angka pada display tidak berubah, catat berat ikan
3.
Mahasiswa mempersiapkan akuarium,
masing- masing kelompok dengan akuariumnya yang telah di bersihkan sebelum
kegiatan praktek di mulai
4.
Masing-masing akuarium di isi dengan
air,laut dan ikan sebanyak 2 ekor
5.
Di lakukan pengukuran terhadap kkondisi
warna, bau, kecarahan, suhu, dan salinitas
6.
Deskripsikan tingkah laku dari kesua
ikan pada akuarium sebelum di masukan polutan
7.
Pada akuarium 1,3,5, dan 7 masukan bahan
kimia yaitu diterjen cair sebanyak 5 mL dan seterusnya (kelipatannya pada
kelompok berikutnya)
8.
Sedangkan pada akuarium ke dua yang
terdiri darikelompok 2, 4, dan 6 masukan kertas Koran yang telah mengalami
proses perendaman selama satu hari sebelumnya. Timbang kertas Koran terlebih
dahulu untuk mengetahui berat Koran basah
9.
Amati tingkah laku ikan dan ukur
parameter (suhu dan salinitas) pada kedua akuarium dengan durasi waktu setiap 5
menit.
10.
Tiap kelompok wajib mengambil data dari
kelompok lain untuk melengkapi laporan praktikum
11.
Dokumentasi setiap langkah yang anda
lakukan
Kelompok 1
|
Diterjen cair 5mL
|
Kelompok 2
|
Kertas Koran 50 gr
|
Kelompok 3
|
Diterjen cair 10 mL
|
Kelompok 4
|
Kertas Koran 100 gr
|
Kelompok 5
|
Diterjen cair 15 mL
|
Kelompok 6
|
Kertas Koran 150 gr
|
Kelompok 7
|
Diterjen cair 20 mL
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBASAN
IV.1 Hasil
4.1.
Hasil
Pengamatan
1.
Hasil Pengamatan
Kelompok I
Perlakuan : Detergen cair 5 ml dalam volume air di
aquarium 15 liter
o
Sebelum
dimasukan polutan
Warna
|
Bau
|
Suhu
|
Salinitas
|
Tingkah laku
|
Jernih
/ Tidak ada
|
Tidak
menyengat
|
27°
|
34
ppm
|
Sirip
Terbuka, Ikan berenang lurus, berada di dasar aquarium, gerakan sedang,
mengelompok, mata terbuka. Bukaan operculum : (1. 170 bukaan / menit ; 2. 167 bukaan / menit
; 3. 173 bukaan / menit )
|
o Sesudah dimasukan polutan
Waktu
(menit)
|
Warna
|
Bau
|
Suhu
|
Sainitas
|
Tingkah
laku
|
5
|
berubah
menjadi kebiruan dan berbusa
|
harum
detergen
|
27°
|
34 ‰
|
reaksi pada saat perlakuan : gerakan cepat, menghindar dari
polutan, menyebar, berenang miring, berada di permukaan dan pinggiran
aquarium, gerakan kejang-kejang,
Saat mati : menit ke 5, tubuh
berlendir, mulut terbuka kecil, operculum tertutup.
Ikan 1 >> Ikan 3 >> Ikan 2
|
10
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
o
Bukaan Operculum
Ikan
|
Waktu
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
1
|
125
|
84
|
57
|
26
|
15
|
2
|
133
|
90
|
59
|
33
|
20
|
3
|
129
|
83
|
52
|
30
|
17
|
o
Pengukuran
Morfometrik
Ikan
|
Berat
|
Panjang
Standar
|
Panjang Total
|
1
2
3
|
20,9 gr
21,3 gr
25,3 gr
|
8,5 cm
9 cm
9,7 cm
|
11,7 cm
12,1 cm
12,6 cm
|
2.
Hasil Pengamatan
Kelompok II
Perlakuan
: Kertas Koran 50 g dalam volume air di aquarium 15 liter
o
Sebelum dimasukan polutan
Warna
|
Bau
|
Suhu
|
Salinitas
|
Volume
Air
|
Tingkah
Laku
|
Jernih atau
cerah, tidak keruh
|
Tidak berbau
|
28oC
|
32 ppm
|
15 L
|
Ikan bergerak aktif, hidup dan
berenang mengelompok, ikan berada di tengah air dan memiliki mata normal atau
jernih. Sirip-siripnya bergerak aktif, ikan berenang lurus, gerakannya pun
normal tidak terlalu cepat. Bukaan operculum normal.
|
o
Sesudah dimasukan polutan
Waktu
(menit)
|
Warna
|
Bau
|
Suhu
|
Salinitas
|
Tingkah
Laku
|
5
|
Warna air keruh, dan menjadi
sedikit hitam
|
Tidak berbau
|
28oC
|
32 ppm
|
Ikan yang tadinya mengelompok
mulai menjauh atau menyebar, sirip-siripnya tetap aktif, ikan-ikan berada di
atas permukaan air, bukaan operculum mulai lebih cepat, ikan bergerak cepat,
dan menghindar dari hancuran Koran yang ada didalam akuarium.
|
10
|
Warna air keruh, dan menjadi sedikit hitam
|
Tidak berbau
|
28oC
|
32 ppm
|
Ikan 1 mulai melemas, sehingga
perlahan ikan ini mulai turun dan berada didasar akuarium, tubuhnya berada
didasar namun kepalanya masih sedikit terangkat ke atas. Bukaan
operculumnyapun masih cepat. Sirip aktif namun lambat.
Iakn 2 dan 3 masih bergerak
aktif, sirip-siripnya pun masih aktif, dan berada di permukaan air di
sudut-sudut akuarium. Bukaan operculumnya masih cepat.
Ikan-ikan ini tetap menyebar.
|
15
|
Warna air keruh, dan menjadi sedikit hitam
|
Tidak berbau
|
28oC
|
32 ppm
|
Ikan 1 keadaannya masih tetap
lemas, dan berada didasar akuarium tapi beberapa kali bergerak keatas dan
berpindah tempat kesisi akuarium yang lainnya, tapi setelah itu kembali lagi
ke dasar akuarium. Bukaan operculum sedikit melambat dan sirip-siripnya
melambat.
Ikan 2 dan 3 masih berada
dipermukaan air disudut akuarium untuk mencari oksigen. Tapi perlahan
ikan-ikan ini berada ditengah air namun tak lama ikan-ikan ini naik lagi ke
permukaan. Sirip-siripnya masih aktif namun agak sedikit melambat. Sementara
bukaan operculumnya cepat tapi gerakannya mulai melambat.
|
20
|
Warna air keruh, dan menjadi sedikit hitam
|
Tidak berbau
|
28oC
|
32 ppm
|
Ikan 1 keadaannya masih tetap
lemas, dan berada didasar akuarium. Bukaan operculum sedikit melambat dan
sirip-siripnya melambat.
Ikan 2 dan 3 masih berada
dipermukaan air disudut akuarium untuk mencari oksigen. Sirip-siripnya masih
aktif namun agak sedikit melambat. Sementara bukaan operculumnya cepat tapi
gerakannya mulai melambat.
|
25
|
Warna air keruh, dan menjadi sedikit hitam
|
Tidak berbau
|
28oC
|
32 ppm
|
Ikan 1 keadaannya masih tetap
lemas, dan berada didasar akuarium. Bukaan operculum sedikit melambat dan
sirip-siripnya melambat.
Ikan 2 dan 3 masih berada
dipermukaan air disudut akuarium untuk mencari oksigen. Sirip-siripnya masih
aktif namun agak sedikit melambat. Sementara bukaan operculumnya cepat tapi
gerakannya mulai melambat.
|
o
Bukaan Operculum
Ikan
|
Waktu
|
||||
5
|
10
|
15
|
20
|
25
|
|
1
|
515
|
523
|
504
|
495
|
496
|
2
|
531
|
559
|
571
|
585
|
593
|
3
|
540
|
577
|
589
|
592
|
597
|
o
Pengukuran Morfometrik
Ikan
|
Berat
|
Panjang
Standar
|
Panjang Total
|
1
|
24,2
|
9,3
|
11,4
|
2
|
17,3
|
8,1
|
11
|
3
|
27,16
|
9,5
|
13,3
|
3.
Hasil Pengamatan
Kelompok III
Perlakuan :
Detergen cair 10 ml
o
Sebelum dimasukan polutan
Warna
|
Bau
|
Suhu
|
Salinitas
|
Tingkah
Laku
|
Jernih
|
Tidak
|
30º
|
30‰
|
Sebelum
dimasukan polutan yang berupa diterjen, ikan bergerak aktif di dasar
akuarium, dan mengelompok, hal ini disebabkan karena kondisi ikan masih
normal
|
o Sesudah dimasukan polutan
Waktu
|
Warna
|
Bau
|
Suhu
|
Salinitas
|
Tingkah laku
|
5 menit
|
Keruh,
dan air menjadi warna biru muda
|
Amis,
dan diterjen
|
310C
|
25‰
|
Setelah di masukan diterjen, ikan
bergerak lebih aktif, dan mulai menjauh dari titik- titik polutan, akan
tetapi setelah menit pertama bukaan operculum mulai melemah, dan
pergerakannya pun mulai lambat dan pada menit ke empat ikan telah mati.
|
o
Pengukuran Morfometrik
Ikan
|
Berat
|
Panjang
Standar
|
Panjang Total
|
1
|
47,7 gr
|
13,4 cm
|
15,3 cm
|
2
|
21,5 gr
|
10,11 cm
|
13,1 cm
|
4.
Hasil Pengamatan
Kelompok IV
Perlakuan
: Kertas Koran 100 gr
o
Sebelum dimasukan polutan
Warna
|
Bau
|
Suhu
|
Salinitas
|
Tingkah laku ikan
|
Cerah /
Jernih
|
Tidak berbau
|
290C
|
30‰
|
-
Pergerakan ikan aktif
-
Ikan berada tidak tetap, kadang
di diatas permukaan air, di tengah dan di dasar air.
|
o Sesudah dimasukan polutan
Waktu (Menit)
|
Warna
|
Bau
|
Suhu
|
Salinitas
|
Tingkah laku ikan
|
||
No. Ikan
|
Pembukaan operkulum
|
Gerakan
|
|||||
5
|
Jernih
|
Tidak berbau
|
300C
|
29‰
|
1
|
344
|
Ikan 1, pergerakannya di atas
permukaan air. Ikan ke 2, pergerakannya di bawah/ dasar akuarium. Pergerakan
ikan mulai melambat.
|
2
|
320
|
||||||
10
|
|
|
|
|
1
|
472
|
Ikan ke 1, pergerakannya di atas
permukaan air dan pergerakannya aktiv. Ikan ke 2, pergerakannya di dasar
akuarium dan pergerakannya lambat.
|
2
|
355
|
||||||
15
|
|
|
|
|
1
|
325
|
Ikan ke 1, pergerakannya mulai menurun
ke badan akuarium, dan ikan ke 2 naik ke badan air.
|
2
|
310
|
||||||
20
|
|
|
|
|
1
|
210
|
Ikan ke 1 pergerakannya tetap pada badan air,
sedangkan ikan ke 2 pergerakannya sudah mulai aktiv.
|
2
|
180
|
||||||
25
|
|
|
|
|
1
|
206
|
Ikan sudah tidak mulai tetap tempat,
kadang berada di atas permukaan air , kadang juga berada di dasar akuarium.
|
2
|
183
|
o
Pengukuran Morfometrik
Ikan
|
Berat
|
Panjang
Standar
|
Panjang Total
|
1
2
|
24,5gr
17,8gr
|
10,5mm
9,3 mm
|
13,4mm
11,2mm
|
5.
Hasil Pengamatan
Kelompok V
Perlakuan : Detergen cair 15 ml dalam volume air di
aquarium 15 liter
o
Sebelum dimasukan polutan
WARNA
|
BAU
|
SUHU
|
SALINITAS
|
TINGKAH
LAKU IKAN
|
|
Air : Normal
Ikan : normal
|
Air dan ikan : seperti biasa
|
29OC
|
36‰
|
Ikan 1 bergerak aktif, berenang
mengelompok di dasar akuarium dengan bukaan operculum 145/menit.
Ikan
2 bergerak aktif, berenang mengelompok di dasar akuarium dengan bukaan
operculum 141/menit.
|
Sesudah dimasukan
polutan
Waktu
(Menit)
|
Warna
|
Bau
|
Suhu
|
Salinitas
|
Tingkah
Laku Ikan
|
|
No
ikan
|
Gerak
|
|||||
1
|
normal
|
Amis dan deterjen
|
28OC
|
27‰
|
1
|
·
Memutar – mutar di dalam akuarium
·
Bukaan operculum cepat
|
2
|
·
Kejang,terkadang loncat keluar
|
|||||
2
|
Kuning agak memucat
|
Amis dan deterjen
|
28OC
|
27‰
|
1
|
·
Pergerakannya mulai melemah dan kadang – kadang
bersandar pada dinding kaca akuarium
|
2
|
·
Ikam mulai tak bias bergerak aktif dan terbaring
di dasar akuarium
|
|||||
3
|
Kuning agak memucat
|
Amis dan deterjen
|
28OC
|
27‰
|
1
|
·
Tergeletak di dasar dan bukaan operculum tiap 6
detik
|
2
|
·
Tubuh ikan gemetar dan mulut sesekali membuka
mulut dan hamper tak bias lagi bergerak
|
|||||
4
|
Kuning agak memucat
|
Amis dan deterjen
|
28OC
|
27‰
|
1
|
·
Ikan mati
|
2
|
·
Ikan mati
|
o
Pengukuran Morfometrik
UKURAN IKAN
|
|||
NO
IKAN
|
PANJANG STANDAR
|
PANJANG TOTAL
|
BERAT
|
1
|
11 cm
|
12 cm
|
28,6 gr
|
2
|
10,2 cm
|
11,8 cm
|
21,4 gr
|
6.
Hasil Pengamatan
Kelompok VI
Perlakuan :
Detergen cair 200 gr koran dalam volume air di aquarium 30 liter
o
Sebelum dimasukan polutan
Warna
|
Bau
|
Suhu
|
Salinitas
|
Tingkah
laku ikan
|
|
Gerak
|
Bukaan
Operculum
|
||||
Air laut
pada akuarium : cerah bening
|
Tidak bau
|
28OC
|
32‰
|
-
|
|
Pada ikan 1
:
abu
keperakan
|
|
|
|
148
|
|
Pada ikan 2
: kuning keabuan
|
|
|
|
150
|
o Sesudah dimasukan polutan
Waktu
|
warna
|
Bau
|
suhu
|
Salinitas
|
Tingkah
laku ikan
|
5 menit
|
Air laut pada
akuarium warna keruh
|
Tidak bau
|
29
OC
|
30‰
|
-
Ikan 1 dan ikan 2 berada didasar
akuarium
-
Pergerakan ikan mulai lambat
-
O2 berkurang
-
Pengamatan operculum :
a. Ikan
1 : 403
b.
Ikan 2 : 325
|
10 menit
|
Air laut pada
akuarium warna keruh
|
Tidak bau
|
29
OC
|
30‰
|
-
Kedua ikan cenderung berada
didasar tapi setelah itu naik ke atas perairan
-
Pengamatan operculum :
a. Ikan
1 : 505
b.
Ikan 2 : 330
-
Ikan ke-2 mendekati aerator, karena kondisi o2
dalam kolom air yang mulai berkurang
|
15 menit
|
Air laut pada
akuarium warna keruh
|
Tidak bau
|
29
OC
|
30‰
|
-
Pengamatan operculum :
a.
Ikan 1 : 450
b.
Ikan 2 : 439
-
Ikan cenderung diam ditempat yang sama
|
20 menit
|
Air laut pada
akuarium warna keruh
|
Tidak bau
|
29
OC
|
30‰
|
-
Pengamatan operculum :
a.
Ikan 1 : 530
b.
Ikan 2 : 470
|
25 menit
|
Air laut pada
akuarium warna keruh
|
Tidak bau
|
29
OC
|
30‰
|
-
Bukaan overculum dari kedua ikan
semakin cepat. Karena, kosentrasi o2 yang berkurang. Sementara
kebutuhan o2 pada ikan harus terpenuhi
-
Kedua ikan cenderung berada
didasar perairan dangan pergerakan yang lambat namun sesekali naik ke
permukaan
|
o
Pengukuran Morfometrik
No
Ikan
|
Panjang
standar
|
Panjang
total
|
Berat
|
|
1
|
8.9
|
12.3
|
23.6
|
|
2
|
8.3
|
12.2
|
21.4
|
7.
Hasil Pengamatan
Kelompok VII
Perlakuan :
Detergen cair 15 ml dalam volume air di aquarium 30 liter
o
Sebelum dimasukan polutan
WARNA
|
BAU
|
SUHU
|
SALINITAS
|
TINGKAH LAKU IKAN
|
|
Air : Normal
Ikan : normal
|
Air dan ikan :
seperti biasa
|
29OC
|
30‰
|
Ikan 1 bergerak
aktif, berenang mengelompok, berenang di permukaan, bukaaan operculum, sirip
bergeraj stabil dan aktif.
Ikan 2 bergerak aktif, berenang
mengelompok, berenang di permukaan, bukaaan operculum, sirip bergeraj stabil
dan aktif.
Ikan 3 bergerak aktif,berenang
mengelompok, berenang di permukaan, bukaaan operculum, sirip bergeraj stabil
dan aktif.
|
o Sesudah dimasukan polutan
Waktu
|
Warna
|
Bau
|
Suhu
|
Salinitas
|
Tingkah
Laku Ikan
|
||
No
ikan
|
Bukaan
operculum
|
Gerak
|
|||||
1 menit
|
Air : keruh
Ikan : masih normal
|
Air : deterjen
Ikan : amis
|
30OC
|
30‰
|
1
|
41
|
Ikan bergerak semakin aktif,
bergerak sangat cepat, bukaan operculum dan sirip bergerak sangat cepat, gaya
renang normal.
|
2
|
35
|
Ikan bergerak semakin aktif,
bergerak sangat cepat, bukaan operculum dan sirip bergerak sangat cepat, gaya
renang normal.
|
|||||
3
|
32
|
Ikan bergerak semakin aktif,
bergerak sangat cepat, bukaan operculum dan sirip bergerak sangat cepat, gaya
renang normal.
|
|||||
2 menit
|
Air : keruh,
Ikan : masih normal
|
Air : deterjen
Ikan : amis
|
30OC
|
30‰
|
1
|
38
|
Pergerakan renang melambat, namun
bukaan oerculum dan sirip masih bergerak normal, gaya renang tegak ke atas
permukaan.
|
2
|
30
|
Pergerakan renang melambat, namun
bukaan oerculum dan sirip masih bergerak normal, gaya renang tegak ke atas
permukaan.
|
|||||
3
|
35
|
Pergerakan renang melambat, namun
bukaan oerculum dan sirip masih bergerak normal, gaya renang tegak ke atas
permukaan.
|
|||||
3 menit
|
Air : keruh,
Ikan : masih normal
|
Air : deterjen
Ikan : amis
|
30OC
|
30‰
|
1
|
25
|
Pergerakan ikan semakin melambat,
ikan tetap bergerak, tetapi tidak berenang. Ikan tergeletak di dasar.
|
2
|
19
|
Pergerakan ikan semakin melambat,
ikan tetap bergerak, tetapi tidak berenang. Ikan tergeletak di dasar.
|
|||||
3
|
20
|
Pergerakan ikan semakin melambat,
ikan tetap bergerak, tetapi tidak berenang. Ikan tergeletak di dasar,
bergerak ke arah sudut akuarium.
|
|||||
4 menit
|
Air : keruh,
Ikan : memucat
|
Air : deterjen
Ikan : amis
|
30OC
|
30
|
1
|
7
|
Pergerakan ikan semakin melambat,
tergeletk di dasar, bukaan operculum terlihat 8 detik sekali bukaan.
|
2
|
7
|
Pergerakan ikan semakin melambat,
tergeletk di dasar, bukaan operculum terlihat 8 detik sekali bukaan.
|
|||||
3
|
7
|
Pergerakan ikan semakin melambat,
tergeletk di dasar, bukaan operculum terlihat 8 detik sekali bukaan.
|
|||||
5 menit
|
Air : keruh,
Ikan : memucat
|
Air : deterjen
Ikan : amis
|
30OC
|
30‰
|
1
|
0
|
Ikan tidak dapat berenang aktif
dan melakukan tidak pergerakan,
tergeletak didasar tanpa pergerakan operculum dan sisik. ikan mati.
|
2
|
0
|
Ikan tidak dapat berenang aktif
dan melakukan tidak pergerakan,
tergeletak didasar tanpa pergerakan operculum dan sisik. ikan mati.
|
|||||
3
|
0
|
Ikan tidak dapat berenang aktif
dan melakukan tidak pergerakan,
tergeletak didasar tanpa pergerakan operculum dan sisik. ikan mati.
|
o
Pengukuran Morfometrik
UKURAN
IKAN
|
|||
NO
IKAN
|
PANJANG
STANDAR
|
PANJANG
TOTAL
|
BERAT
|
1
|
9,5 cm
|
12 cm
|
21,5 gr
|
2
|
9,7 cm
|
12,1 cm
|
25,6 gr
|
3
|
8,5 cm
|
11 cm
|
17,59 gr
|
4.2.
Pembahasan
Dari praktikum yang dilakukan ada dua
perlakuan yang dilakukan terhadap ikan yaitu dengan memasukan deterjen cair dan
juga kertas Koran dengan konsentrasi yang telah ditentukan sebagi polutan.
Sebelum memasukan polutan kedalam air kita terlebih dahulu mencatat warna, bau,
suhu, salinitas air laut yang digunakan dan kemudian melihat tingkah laku ikan
sebulem dimasukkan polutan baik deterjen maupun kertas Koran.
Berdasarkan hasil dari praktikum diatas,
dapat kita lihat bahwa tingkah laku sebelum dimasukkan polutan masih dalam
keadaan normal. Setelah dilakukan perlakuan dengan mamasukkan deterjen cair
sebanyak 15 ml dapat dilihat bahwa tingkah laku ikan mulai berubah atau mulai
bergerak aktif dengan bukaan operculum yang cepat karena jumlah oksigen yang
semakin sedikit yang ditandai dengan warna air yang berubah dan juga berbau
dengan suhu air yang mulai meningkat, kemudian pada menit kedua ikan mulai
kejang-kejang diikuti dengan gerkan yang semakin melambat dan juga bukaan
operculum juga semakin melambat. Pada menit ketiga dan keempat ikan akan diam
di dasar aquarium dengan bukaan operculum yang semakin melambat, dan pada menit
kelima ikan telah mati karena pengaruh dari polutan deterjen cair yang
diberikan.
Sama halnya dengan perlakuan yang
dilakukan pada kelompok 5, pada kelompok 1,3, dan 7 yang berturut-turut
meemberikan polutan sebanyak 5 ml, 10 ml, dan 20 ml, juga dapat terlihat hal
sama pada tingkah laku ikan dimana gerakan ikan akan melambat dan kemudian
mati pada menit kelima.
Jumlah polutan deterjen cair yang
diberikan akan sangat mempengaruhi tingkah laku ikan atau dengan kata lain
semakin besar jumlah polutan deterjen yang diberikan maka akan mempercepat
kematian pada ikan yang ada pada air yang tercemar.
Selain dengan menggunakan deterjen cair,
kita juga menggunakan kertas koran sebgai bahan polutan. Diman jumlah polutran
kertas Koran yang diberikan sebanyak 50 gr, 100 gr, dan 200 gr. Seperti yang
dilakukan pada perlakuan dengan deterjen cair, kita juga mencatat tingkah laku
ikan (gerak dan bukaan operculum), warna, bau, suhu, salinitas air sebelum
dimasukkan polutan.
Pada saat dimasukkan polutan tingkah
laku ikan mulai berubah yang pada awalnya masih bergerak aktif dan berada dalam
keadaan normal (berkelompok) dengan bukaan operculum yang relative stabil,
namun pada saat polutan dimasukkan kedalam air yang ditandai dengan warna air
mulai keruh dengan suhu yang mulai meningkat atau dengan kata lain jumlah
oksigen terlarut semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat pada tingkah laku
ikan yang pada awalnya berkelompok kemudian menyeabar untuk mencari oksogen
dengan bukaan operculum yang semakin cepat.
Setiap 5 mrnit berselang dilakukan
pancatatan tinmgkah laku ikan den dapat dilhat bahwa tingkah laku ikan atau
gerkan ikan mulai melambat dengan bukaan opereculum yang semakin cepat atau
cendrung melambat dan ikan terlihat diam pada dasar aquarium.
Dari hasil praktikum yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa polutan berupa deterjen cair akan
memberikan dampak yang cepat berupa kematian pada ikan, tetapi dengan polutan
berupa kertas koran akan menyebabkan kematian pada ikan dalam jangka waktu yang
relative lama yang pada awalnya hanya akan membuat ikan stress dengan jumlah
oksigen terlarut yang semakin menurun.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
v Pada
praktikum ini dilakukan 2 perlakuan untuk melihat melihat tingkah laku ikan
terhadap polutan berupa deterjen cair dan juga kertas koran.
v Detergen
membunuh organism secara jangka pendek sedangkan Koran membunuh organisem dalam
jangka waktu yang cukup lama
v Kosentrasi
jenis polutan juga mengakibatkan organisme merubah tingkahlakunya
5.2
saran
Laporan praktikum ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran sngatlah di
harapkan untuk kesempurnaan laporan ini, dan semoga laporan praktikum ini
memberikan informasi dan pengetahuan bagi saudara – saudara yang membutuhkan
refrensi dalam melengkapi kebutuhan bahan ajar.
Daftar pustaka
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110122212101AA9MmT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar