ZONA INTERTIDAL
A.
Tipologi Intertidal (Pasang Surut)
Daerah intertidal merupakan
daerah pantai yang terletak antara pasang tertinggi dan surut terendah. Dengan
ini merupakan perluasan dari lingkungan bahari. Berdarkan kondisi lingkungan,
daerah intertidal merupakan zona intertidal berbatu dan zona intertidal
berpasir (Nybaken, 1992 ). Lebih lanjut di katakan bahwa bermacam-macam
inveterbrata yang hidup secara benthos daerah intertidal mempunyai kisaran
ukuran yang sangat luas yaitu berukuran mikro seperti protozoa sampai pada
ukuran makro seperti crusiaecia an mollusca.
Secara umum daerah intertidal sangat dipengaruhi oleh pola pasang dan surutnya air laut, sehingga dapat dibagi menjadi tiga zona. Zona pertama merupakan daerah diatas pasang tertinggi dari garis laut yang hanya mendapatkan siraman air laut dari hempasan riak gelombang dan ombak yang menerpa daerah tersebut backshore (supratidal), zona kedua merupakan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi dari garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah garis permukaan laut (subtidal).
Secara umum kita dapat membagi tipe-tipe Daerah Intertidal berdasarkan material/substrat penyusun dasar perairan, antara lain :
1. Tipe pantai berbatu
Pantai ini terbentuk dari batu
granit dari berbagai ukuran tempat ombak pecah. Umumnya pantai berbatu terdapat
bersama-sama atau berseling dengan pantai berdinding batu. Kawasan ini paling
padat makroorganismenya, dan mempunyai keragaman fauna meupun flora yang paling
besar. Tipe pantai ini banyak ditemui di selatan jawa, Nusa tenggara dan
Maluku.
2. Tipe pantai berpasir
Pantai ini dapat ditemui di daerah
yang jauh dari pengaruh sungai besar, atau dipulau kecil yang terpencil.
Makroorganisme yang hidup disini tidak sepadat dikawasan pantai berbatu, dan
karena kondisi lingkungannya organisme yang ada cenderung menguburkan dirinya
ke dalam substrat. Kawasan ini lebih banyak dimanfaatkan manusia untuk berbagai
aktivitas rekreasi.
3. Tipe pantai berlumpur
Perbedaan
antara tipe pantai ini dengan tipe pantai sebelumnya teretak pada ukuran
butiran sedimen (substrat). Tipe pantai berlumpur mempunyai ukuran butiran yang
paling halus. Pantai berlumpur terbentuk disekitar muara-muara sungai, dan
umumnya berasosiasi dengan estuaria. Tebal endapan lumpurnya dapat mencapai 1
meter atau lebih. Pada pantai berlumpur yang amat lembek sedikit fauna maupun
flora yang hidup disana. Perbedaan yang lain adalah gelombang yang tiba di
pantai, dimana aktivitas gelombangnya sangat kecil, sedangkan untuk pantai yang
lainkebalikannya.
Menurut Nybakken (1988) menyatakan bahwa zona intertidal (pasang-surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia. Merupakan pinggiran yang sempit sekali hanya beberapa meter luasnya. Terletak di antara air tinggi dan air rendah. Zona ini merupakan bagian laut yang mungkin paling banyak dikenal dan dipelajari karena sangat mudah dicapai manusia. Hanya di daerah inilah penelitian terhadap organisme perairan dapat dilaksanakan secara langsung selama periode air surut, tanpa memerlukan peralatan khusus. Zona intertidal telah diamati dan dimanfaatkan oleh manusia sejak prasejarah.
Menurut Nybakken (1988) menyatakan bahwa zona intertidal (pasang-surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia. Merupakan pinggiran yang sempit sekali hanya beberapa meter luasnya. Terletak di antara air tinggi dan air rendah. Zona ini merupakan bagian laut yang mungkin paling banyak dikenal dan dipelajari karena sangat mudah dicapai manusia. Hanya di daerah inilah penelitian terhadap organisme perairan dapat dilaksanakan secara langsung selama periode air surut, tanpa memerlukan peralatan khusus. Zona intertidal telah diamati dan dimanfaatkan oleh manusia sejak prasejarah.
Menurut Prajitno (2007), zona
intertidal adalah area sempit dalam sistem bahari antara pasang tertinggi dan
surut terendah. Garis pantai yang memanjang dengan batas laut yang apik
memberikan gambaran tersendiri. Genangan air laut terhadap daratan pesisir yang
terus berubah dengan dinamika yang cukup tinggi, memungkinkan pemilihan zona
bagi kawasan ini yang banyak dipengaruhi oleh pola pergerakan pasang surut.
B. Faktor-Faktor Lingkungan di
Daerah Intertidal
Zona intertidal merupakan zona yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut dengan luas area yang sempit antara
daerah pasang tertinggi dan surut terendah. Pada zona ini terdapat variasi
faktor lingkungan yang cukup besar, seperti fluktuasi suhu, salinitas,
kecerahan dan lain – lain. Variasi ini dapat terjadi pada daerah yang hanya
berjarak sangat dekat saja misalnya beberapa cm. Zona ini dihuni oleh organisme
yamh keseluruhannya merupakan organisme bahari.
Keragaman faktor lingkungannya dapat dilihat dari perbedaan
(gradient) dari faktor lingkungan secara fisik mempengaruhi terbentuknya tipe
atau karakteristik komunitas biota serta habitatnya. Sejumlah besar gradien
ekologi dapat terlihat pada wilayah intertidal yang dapat berupa daerah pantai
berpasir, berbatu maupun estuari dengan substrat berlumpur. Perbedaan pada
seluruh tipe pantai ini dapat dipahami melalui parameter fisika dan biologi
lingkungan yang dipusatkan pada perubahan utamanya serta hubungan antara
komponen biotik (parameter fisika-kimia lingkungan) dan komponen abiotik
(seluruh komponen makhluk atau organisme) yang berasosiasi di dalamnya.
Susunan faktor-faktor lingkungan dan
kisaran yang dijumpai di zona intertidal disebabkan zona ini berada di udara
terbuka selama waktu tertentu dalam waktu setahun, dan kebanyakan faktor
fisiknya menunjukkan kisaran yang lebih besar di udara daripada di air.
Adapun faktor-faktor pembatas yang
menjadi indikator di wilayah pesisir dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Pasang Surut (Tide)
Naik turunnya permukaan laut secara
periodik selama satu interval waktu disebut pasang-surut. Pasang surut
merupakan faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi kehidupan di
zona intertidal. Tanpa adanya pasang-surut atau hal-hal lain yang menyebabkan
naik turunnya permukaan air secara periodik, zona ini tidak akan seperti itu,
dan faktor-faktor lain akan kehilangan pengaruhnya. Ini diakibatkan kisaran
yang luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantian
antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan yang terendam air. Jika tidak
ada pasang surut, fluktuasi yang besar ini tidak akan terjadi.
Dengan pengecualian, kebanyakan
daerah pantai di dunia mengalami pasang surut. Laut-laut besar yang sangat
kurang mengalami pasang surut adalah laut tengah dan laut baltik. Di daerah
ini, fluktuasi permukaan air di garis pantai terutama yang disebabkan oleh
pengaruh angin (gerakan air) yang mendorong air laut ini. Tetapi, hal ini tidak
berarti bahwa semua pantai mengalami kisaran atau tipe pasang surut yang sama.
Penyebab terjadinya pasang surut dan kisaran yang berbeda, sangat kompleks dan
berhubungan dengan interaksi tenaga penggerak pasang surut, matahari dan bulan,
rotasi bumi, geomorfologi pasu samudra, dan osilasi alamiah berbagai pasu
samudera.
Naik turunnya muka laut dapat
terjadi sekali sehari atau sering juga disebut pasang surut diurnal, atau dua
kali sehari atau disebut juga pasang surut semi diurnal. Dan ada juga yang
berperilaku diantara keduanya disebut dengan pasang surut campuran. Pada suatu
perairan pasang surut ini dapat diprediksi dengan analisa numerik sehingga
pengetahuan kita tentang ramalan pasang surut akan memudahkan pada saat kita
melaksanakan penelitian di daerah pesisir. Untuk keperluan itu diperlukan data
pengukuran paling sedikit selama 15 hari, atau selama 18.6 tahun jika ingin
mendapatkan hasil prediksi dengan akurasi yang tinggi. Data-data yang didapat
tersebut dapat kita uraikan menjadi komponen pasang surut, yang kita kenal
dengan komponen harmonik. Hal ini dimungkinkan karena pasang surut bersifat
sebagai gelombang, sehingga dengan mengetahui amplitudo dan perioda dari
masing-masing komponen pasut tersebut, kita dapat mensitesanya melalui
penjumlahan komponen pasut yang ada.
2. Gelombang
Di zona intertidal, gerakan ombak
mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap organisme dan komunitas dibandingkan
dengan daerah-daerah laut lainnya. Pengaruh in terlihat nyata baik secara
langsung maupun tidak langsung. Aktivitas gelombang mempengaruhi kehidupan
pantai secara langsung dengan dua cara utama.
1. Pengaruh mekaniknya menghancurkan
dan menghanyutkan benda yang terkena. Sering terjadi penghancuran
bangunan-bangunan buatan manusia yang disebabkan oleh berbagai jenis gelombang
badai dan hal ini terjadi juga di zona intertidal. Jadi mahluk apapun
yang mendiami zona ini harus beradaptasi dengan mekanisme penghancuran
gelombang ini. Pada pantai-pantai yang memilki pasir atau kerikil,
kegiatan ombak yang besar dapat membongkar substrat yang ada disekitarnya,
sehingga mempengaruhi bentuk zona. Terpaan ombak dapat menjadi pembatas
bagi organisme yang tidak dapat menahan terpaan tersebut, tetapi diperlukan
bagi organisme lain yang tidak dapat hidup selain di daerah dengan ombak yang
kuat.
2. Kegiatan ombak dapat memperluas batas zona intertidal. Ini terjadi karena penghempasan air yang lebih tinggi di pantai dibandingkan yang terjadi pada saat pasang surut yang normal. Deburan ombak yang terus-menerus ini membuat organime laut dapat hidup di daerah yang lebih tinggi di daerah yang terkena terpaan ombak daripada di daerah tenang pada kisaran pasang surut yang sama.
2. Kegiatan ombak dapat memperluas batas zona intertidal. Ini terjadi karena penghempasan air yang lebih tinggi di pantai dibandingkan yang terjadi pada saat pasang surut yang normal. Deburan ombak yang terus-menerus ini membuat organime laut dapat hidup di daerah yang lebih tinggi di daerah yang terkena terpaan ombak daripada di daerah tenang pada kisaran pasang surut yang sama.
Kegiatan ombak juga mempunyai
pengaruh kecil lainnya Yakni mencampur atau mengaduk gas-gas atmosfir ke dalam
air, jadi meningkatkan kandungan oksigen sehingga daerah yang diterpa ombak
tidak pernah kekurangan oksigen. Karena interaksi dengan atmosfer terjadi
secara teratur dan terjadi pembentukan gelembung serta pengadukan substrat,
penetrasi cahaya di daerah yang diterpa ombak dapat berkurang. Akan tetapi
secara ekologi hal ini tidak begitu jelas.
3. Suhu dan Salinitas
Merupakan parameter yang sangat
penting apabila kita menyelidiki tentang asal-usul dari air tersebut. Kedua
parameter ini menentukan densitas air laut. Perbedaan densitas antara dua
tempat akan menhasilkan perbedaan tekanan yang kemudian memicu aliran massa air
dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Disamping
itu, dengan menggambungkan suhu dan salinitas dalam suatu diagram (dikenal
sebagai T-S diagram) kita dapat melacak asal-usul dari massa air tesebut.
Suhu suatu perairan dipengaruhi
oleh:
Ø Radiasi surya
Ø Posisi surya
Ø Letak geografis
Ø Musim
Ø Kondisi awan
Ø Serta proses antara air tawar
dan air laut (seperti alih bahang, penguapan , hembusan angin.
2.
JENIS-JENIS MANGROVE YANG ADA DI DAERAH TANJUNG TIRAM/POKA
Mangrove
merupakansekumpulantumbuhanberkayumaupunberupasemakbelukar yang
mamputumbuhdanberkembangdenganbaik di daerahperalihanantaradaratdanlaut yang
secara periodic masihterkenabahkantergenangi air pasang.Tumbuhan-tumbuhan
mangrove seringdikenaldenganistilah ‘vegetasi mangrove’, sedangkan habitat
mangrove lebihdikenaldenganistilah‘mangal’.Vegatasi mangrove
tidakakankitajumpai di habitat lain, merekahanyadapatditemukan di habitatnya,
yaitudaerah intertidal ataudaerahantaradaratdanlaut.
Jenis
mangrove yang di temukan dilokasi tanjung
tiram/poka.(kec,baguala),di antaranya
1.
Sonneratia
2.
Rhizophora
(1)
Sonneratiaalbaadalahsalahsatujenispohon yang hidup di hutan
mangrove. JenisinimerupakanfamilidariSonneratiaceae.
Spesiesiniseringdisebutolehmasyarakatsekitarsebagai mange-mange.
PohonSonneratiaalba
Pohoniniselaluhijaumempunyaitinggisampai 16 meter,
pohoninimempunyaiakarnafas, kulitkayunyaberwarnaputihtuahinggacoklat,
akarnyaberbentukkabel di bawahtanahdanmuncul di
ataspermukaantanahsebagaiakarnafas yang berbentukkerucuttumpul.
Daunnyaberkulit,
bentuknya bulat telur terbalik ujungnya membundar dengan ukuran panjang 5-10 cm.
Permukaan atas dan bawah daun hampir sama.
. DaunSonneratiaalba
Tangkaibungapohoninitumpuldenganpanjang
1 cm, letaknya di ujungpadacabangkecil, mahkotaberwarnaputih,
denganjumlahkelopak 6-8 helai, berwarnamerahdanhijau. Ukuran diameter 5- 8 cm,
mengandung banyak madu pada pembuluh kelopaksertamudahrontok.
Buahnyaberdiameter 3,5
– 4,5 cm. Warnanyahijau, sertapermukaannyahalus. kelopak
berbentuk cawan, menutupi dasar buah, helai kelopak menyebar atau melengkung,
berisi 150 - 200 biji dalam buah
. buahSonneratia
alba
akarnyaberbentukkabel
di bawahtanahdanmuncul di ataspermukaantanahsebagaiakarnafas yang
berbentukkerucuttumpul.
. Sonneratiaalba
(2)
Rhizophoraadalahadalahsalahsatutumbuhan
yang hibup di daerahintertidal,biasajuga di panggildengannamaSoko-soko.
Pohanrhizophora
Daun
|
:
|
Warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah
dan kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya
kemerahan. Letak daun berlawanan. Bentuk elips menyempit dan ujung meruncing
dengan ukuran panjang 7-19 cm dan lebar 3,5-8 cm.
|
Bunga
|
:
|
Kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang
berukuran < 4 mm. Letak di ketiak daun. Formasi kelompok 2 bunga per
kelompok. Daun mahkota 4 kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm.
Kelopak bunga 4 kuning kecoklatan, melengkeng. Benang sari 11-12 tak
bertangkai.
|
Buah
|
:
|
Buah kasar berbentuk bulat memanjang seperti buah pir,
warna colat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris,
berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotiledon berwarna merah jika sudah
matang. Ukuran hipokotil panjang 18-38 cm dan diamater 1-2 cm.
Buah,bunga dan
daun dari rhizophora
|
Akar
batang, Kulit
|
:
|
Memiliki akar tongkat dan dapat mecapai 5 m. Terdapat
akar udara/pernasapan
(lentisel).
Kulit kayu berwarna abu-abu tua.
|
Habitat
|
:
|
pasir berlumpur dan lumpur berpasir
|
OLEH:
DARWIS RUMBARU
2010 – 63 – 046
M S P
FAKULTAS PERIKANANAN DAN
ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
A M
B O N
2 0
1 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar