Senin, 20 Oktober 2014

ZONA INTERTIDAL ( Jenis mangrove yang di temukan dilokasi tanjung tiram/poka.(kec,baguala). )



ZONA INTERTIDAL


      A. Tipologi Intertidal (Pasang Surut)

               Daerah intertidal merupakan daerah pantai yang terletak antara pasang tertinggi dan surut terendah. Dengan ini merupakan perluasan dari lingkungan bahari. Berdarkan kondisi lingkungan, daerah intertidal merupakan zona intertidal berbatu dan zona intertidal berpasir (Nybaken, 1992 ). Lebih lanjut di katakan bahwa bermacam-macam inveterbrata yang hidup secara benthos daerah intertidal mempunyai kisaran ukuran yang sangat luas yaitu berukuran mikro seperti protozoa sampai pada ukuran makro seperti crusiaecia an mollusca.

Secara umum daerah intertidal sangat dipengaruhi oleh pola pasang dan surutnya air laut, sehingga dapat dibagi menjadi tiga zona. Zona pertama merupakan daerah diatas pasang tertinggi dari garis laut yang hanya mendapatkan siraman air laut dari hempasan riak gelombang dan ombak yang menerpa daerah tersebut backshore (supratidal), zona kedua merupakan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi dari garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah garis permukaan laut (subtidal).

Secara umum kita dapat membagi tipe-tipe Daerah Intertidal berdasarkan material/substrat penyusun dasar perairan, antara lain :

1. Tipe pantai berbatu
Pantai ini terbentuk dari batu granit dari berbagai ukuran tempat ombak pecah. Umumnya pantai berbatu terdapat bersama-sama atau berseling dengan pantai berdinding batu. Kawasan ini paling padat makroorganismenya, dan mempunyai keragaman fauna meupun flora yang paling besar. Tipe pantai ini banyak ditemui di selatan jawa, Nusa tenggara dan Maluku.

 2. Tipe pantai berpasir
Pantai ini dapat ditemui di daerah yang jauh dari pengaruh sungai besar, atau dipulau kecil yang terpencil. Makroorganisme yang hidup disini tidak sepadat dikawasan pantai berbatu, dan karena kondisi lingkungannya organisme yang ada cenderung menguburkan dirinya ke dalam substrat. Kawasan ini lebih banyak dimanfaatkan manusia untuk berbagai aktivitas rekreasi.

 3. Tipe pantai berlumpur
Perbedaan antara tipe pantai ini dengan tipe pantai sebelumnya teretak pada ukuran butiran sedimen (substrat). Tipe pantai berlumpur mempunyai ukuran butiran yang paling halus. Pantai berlumpur terbentuk disekitar muara-muara sungai, dan umumnya berasosiasi dengan estuaria. Tebal endapan lumpurnya dapat mencapai 1 meter atau lebih. Pada pantai berlumpur yang amat lembek sedikit fauna maupun flora yang hidup disana. Perbedaan yang lain adalah gelombang yang tiba di pantai, dimana aktivitas gelombangnya sangat kecil, sedangkan untuk pantai yang lainkebalikannya.
Menurut Nybakken (1988) menyatakan bahwa zona intertidal (pasang-surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia. Merupakan pinggiran yang sempit sekali hanya beberapa meter luasnya. Terletak di antara air tinggi dan air rendah. Zona ini merupakan bagian laut yang mungkin paling banyak dikenal dan dipelajari karena sangat mudah dicapai manusia. Hanya di daerah inilah penelitian terhadap organisme perairan dapat dilaksanakan secara langsung selama periode air surut, tanpa memerlukan peralatan khusus. Zona intertidal telah diamati dan dimanfaatkan oleh manusia sejak prasejarah.

Menurut Prajitno (2007), zona intertidal adalah area sempit dalam sistem bahari antara pasang tertinggi dan surut terendah. Garis pantai yang memanjang dengan batas laut yang apik memberikan gambaran tersendiri. Genangan air laut terhadap daratan pesisir yang terus berubah dengan dinamika yang cukup tinggi, memungkinkan pemilihan zona bagi kawasan ini yang banyak dipengaruhi oleh pola pergerakan pasang surut.

B. Faktor-Faktor Lingkungan di Daerah Intertidal
Zona intertidal merupakan zona yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dengan luas area yang sempit antara daerah pasang tertinggi dan surut terendah. Pada zona ini terdapat variasi faktor lingkungan yang cukup besar, seperti fluktuasi suhu, salinitas, kecerahan dan lain – lain. Variasi ini dapat terjadi pada daerah yang hanya berjarak sangat dekat saja misalnya beberapa cm. Zona ini dihuni oleh organisme yamh keseluruhannya merupakan organisme bahari.

     Keragaman faktor lingkungannya dapat dilihat dari perbedaan (gradient) dari faktor lingkungan secara fisik mempengaruhi terbentuknya tipe atau karakteristik komunitas biota serta habitatnya. Sejumlah besar gradien ekologi dapat terlihat pada wilayah intertidal yang dapat berupa daerah pantai berpasir, berbatu maupun estuari dengan substrat berlumpur. Perbedaan pada seluruh tipe pantai ini dapat dipahami melalui parameter fisika dan biologi lingkungan yang dipusatkan pada perubahan utamanya serta hubungan antara komponen biotik (parameter fisika-kimia lingkungan) dan komponen abiotik (seluruh komponen makhluk atau organisme) yang berasosiasi di dalamnya.

Susunan faktor-faktor lingkungan dan kisaran yang dijumpai di zona intertidal disebabkan zona ini berada di udara terbuka selama waktu tertentu dalam waktu setahun, dan kebanyakan faktor fisiknya menunjukkan kisaran yang lebih besar di udara daripada di air.

Adapun faktor-faktor pembatas yang menjadi indikator di wilayah pesisir dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Pasang Surut (Tide)
Naik turunnya permukaan laut secara periodik selama satu interval waktu disebut pasang-surut. Pasang surut merupakan faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal. Tanpa adanya pasang-surut atau hal-hal lain yang menyebabkan naik turunnya permukaan air secara periodik, zona ini tidak akan seperti itu, dan faktor-faktor lain akan kehilangan pengaruhnya. Ini diakibatkan kisaran yang luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantian antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan yang terendam air. Jika tidak ada pasang surut, fluktuasi yang besar ini tidak akan terjadi.

Dengan pengecualian, kebanyakan daerah pantai di dunia mengalami pasang surut. Laut-laut besar yang sangat kurang mengalami pasang surut adalah laut tengah dan laut baltik. Di daerah ini, fluktuasi permukaan air di garis pantai terutama yang disebabkan oleh pengaruh angin (gerakan air) yang mendorong air laut ini. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa semua pantai mengalami kisaran atau tipe pasang surut yang sama. Penyebab terjadinya pasang surut dan kisaran yang berbeda, sangat kompleks dan berhubungan dengan interaksi tenaga penggerak pasang surut, matahari dan bulan, rotasi bumi, geomorfologi pasu samudra, dan osilasi alamiah berbagai pasu samudera.

Naik turunnya muka laut dapat terjadi sekali sehari atau sering juga disebut pasang surut diurnal, atau dua kali sehari atau disebut juga pasang surut semi diurnal. Dan ada juga yang berperilaku diantara keduanya disebut dengan pasang surut campuran. Pada suatu perairan pasang surut ini dapat diprediksi dengan analisa numerik sehingga pengetahuan kita tentang ramalan pasang surut akan memudahkan pada saat kita melaksanakan penelitian di daerah pesisir. Untuk keperluan itu diperlukan data pengukuran paling sedikit selama 15 hari, atau selama 18.6 tahun jika ingin mendapatkan hasil prediksi dengan akurasi yang tinggi. Data-data yang didapat tersebut dapat kita uraikan menjadi komponen pasang surut, yang kita kenal dengan komponen harmonik. Hal ini dimungkinkan karena pasang surut bersifat sebagai gelombang, sehingga dengan mengetahui amplitudo dan perioda dari masing-masing komponen pasut tersebut, kita dapat mensitesanya melalui penjumlahan komponen pasut yang ada.

 
2. Gelombang
Di zona intertidal, gerakan ombak mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap organisme dan komunitas dibandingkan dengan daerah-daerah laut lainnya. Pengaruh in terlihat nyata baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktivitas gelombang mempengaruhi kehidupan pantai secara langsung dengan dua cara utama.
1. Pengaruh mekaniknya menghancurkan dan menghanyutkan benda yang terkena.  Sering terjadi penghancuran bangunan-bangunan buatan manusia yang disebabkan oleh berbagai jenis gelombang badai dan hal ini terjadi juga di zona intertidal.  Jadi mahluk apapun yang mendiami zona ini harus beradaptasi dengan mekanisme penghancuran gelombang ini.  Pada pantai-pantai yang memilki pasir atau kerikil, kegiatan ombak yang besar dapat membongkar substrat yang ada disekitarnya, sehingga mempengaruhi bentuk zona.  Terpaan ombak dapat menjadi pembatas bagi organisme yang tidak dapat menahan terpaan tersebut, tetapi diperlukan bagi organisme lain yang tidak dapat hidup selain di daerah dengan ombak yang kuat.
2. Kegiatan ombak dapat memperluas batas zona intertidal. Ini terjadi karena penghempasan air yang lebih tinggi di pantai dibandingkan yang terjadi pada saat pasang surut yang normal. Deburan ombak yang terus-menerus ini membuat organime laut dapat hidup di daerah yang lebih tinggi di daerah yang terkena terpaan ombak daripada di daerah tenang pada kisaran pasang surut yang sama.
Kegiatan ombak juga mempunyai pengaruh kecil lainnya Yakni mencampur atau mengaduk gas-gas atmosfir ke dalam air, jadi meningkatkan kandungan oksigen sehingga daerah yang diterpa ombak tidak pernah kekurangan oksigen. Karena interaksi dengan atmosfer terjadi secara teratur dan terjadi pembentukan gelembung serta pengadukan substrat, penetrasi cahaya di daerah yang diterpa ombak dapat berkurang. Akan tetapi secara ekologi hal ini tidak begitu jelas.

3. Suhu dan Salinitas
Merupakan parameter yang sangat penting apabila kita menyelidiki tentang asal-usul dari air tersebut. Kedua parameter ini menentukan densitas air laut. Perbedaan densitas antara dua tempat akan menhasilkan perbedaan tekanan yang kemudian memicu aliran massa air dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Disamping itu, dengan menggambungkan suhu dan salinitas dalam suatu diagram (dikenal sebagai T-S diagram) kita dapat melacak asal-usul dari massa air tesebut.

Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh:
Ø   Radiasi surya
Ø    Posisi surya
Ø    Letak geografis
Ø   Musim
Ø   Kondisi awan
Ø    Serta proses antara air tawar dan air laut (seperti alih bahang, penguapan , hembusan angin.


2. JENIS-JENIS MANGROVE YANG ADA DI DAERAH TANJUNG TIRAM/POKA

            Mangrove merupakansekumpulantumbuhanberkayumaupunberupasemakbelukar yang mamputumbuhdanberkembangdenganbaik di daerahperalihanantaradaratdanlaut yang secara periodic masihterkenabahkantergenangi air pasang.Tumbuhan-tumbuhan mangrove seringdikenaldenganistilah ‘vegetasi mangrove’, sedangkan habitat mangrove lebihdikenaldenganistilah‘mangal’.Vegatasi mangrove tidakakankitajumpai di habitat lain, merekahanyadapatditemukan di habitatnya, yaitudaerah intertidal ataudaerahantaradaratdanlaut.

Jenis mangrove yang di temukan  dilokasi tanjung tiram/poka.(kec,baguala),di antaranya    
1.      Sonneratia
2.      Rhizophora

(1)   Sonneratiaalbaadalahsalahsatujenispohon yang hidup di hutan mangrove. JenisinimerupakanfamilidariSonneratiaceae. Spesiesiniseringdisebutolehmasyarakatsekitarsebagai mange-mange.

                                                                   PohonSonneratiaalba


             Pohoniniselaluhijaumempunyaitinggisampai 16 meter, pohoninimempunyaiakarnafas, kulitkayunyaberwarnaputihtuahinggacoklat, akarnyaberbentukkabel di bawahtanahdanmuncul di ataspermukaantanahsebagaiakarnafas yang berbentukkerucuttumpul.

            Daunnyaberkulit, bentuknya bulat telur terbalik ujungnya membundar dengan ukuran panjang 5-10 cm. Permukaan atas dan bawah daun hampir sama. 
. DaunSonneratiaalba
            Tangkaibungapohoninitumpuldenganpanjang 1 cm, letaknya di ujungpadacabangkecil, mahkotaberwarnaputih, denganjumlahkelopak 6-8 helai, berwarnamerahdanhijau. Ukuran diameter 5- 8 cm, mengandung banyak madu pada pembuluh kelopaksertamudahrontok.
            Buahnyaberdiameter 3,5 – 4,5 cm. Warnanyahijau, sertapermukaannyahalus. kelopak berbentuk cawan, menutupi dasar buah, helai kelopak menyebar atau melengkung, berisi 150 - 200 biji dalam buah 
. buahSonneratia alba
            akarnyaberbentukkabel di bawahtanahdanmuncul di ataspermukaantanahsebagaiakarnafas yang berbentukkerucuttumpul.
. Sonneratiaalba


(2)   Rhizophoraadalahadalahsalahsatutumbuhan yang hibup di daerahintertidal,biasajuga di panggildengannamaSoko-soko.
                                                                       Pohanrhizophora
Daun
:
Warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan. Letak daun berlawanan. Bentuk elips menyempit dan ujung meruncing dengan ukuran panjang 7-19 cm dan lebar 3,5-8 cm.
Bunga
:
Kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran < 4 mm. Letak di ketiak daun. Formasi kelompok 2 bunga per kelompok. Daun mahkota 4 kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga 4 kuning kecoklatan, melengkeng. Benang sari 11-12 tak bertangkai.
Buah
:
Buah kasar berbentuk bulat memanjang seperti buah pir, warna colat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotiledon berwarna merah jika sudah matang. Ukuran hipokotil panjang 18-38 cm dan diamater 1-2 cm.
 Buah,bunga dan daun dari rhizophora

   
Akar









 batang, Kulit
:
Memiliki akar tongkat dan dapat mecapai 5 m. Terdapat akar udara/pernasapan
 (lentisel). Kulit kayu berwarna abu-abu tua.
 
Habitat
:
pasir berlumpur dan lumpur berpasir
















OLEH:
DARWIS RUMBARU
2010 – 63 – 046
M S P



FAKULTAS PERIKANANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
A  M   B  O  N
2   0   1   2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar