FEKUNDITAS
(Hasil
Penetian Pada Ikan Bilih dan Kepiting Bakau)
A, FEKUNDITAS IKAN
Pengetahuan mengenai fekunditas merupakan salah satu aspek
yang memegang peranan penting dalam biologi perikanan.Fekunditas ikan telah
dipelajari bukan saja merupakan salah satu aspek dari natural history, tetapi
sebenarnya ada hubungannya dengan studi dinamika populasi, sifat-sifat rasial,
produksi dan persoalan stok-rekruitmen (Bagenal, 1978).
Dari fekunditas secara tidak langsung kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Dalam hubungan ini tentu ada faktor-faktor lain yang memegang peranan penting dan sangat erat hubungannya dengan strategi reprodusi dalam rangka mempertahankan kehadiran spesies itu di alam.
Selain itu, fekunditas merupakan suatu subyek yang dapat menyesuaikan dengan bermacam-macam kondisi terutama dengan respons terhadap makanan.Jumlah telur yang dikeluarkan merupakan satu mata rantai penghubung antara satu generasi dengan generasi berikutnya, tetapi secara umum tidak ada hubungan yang jelas antara fekunditas dengan jumlah telur yang dihasilkan.
Dari fekunditas secara tidak langsung kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Dalam hubungan ini tentu ada faktor-faktor lain yang memegang peranan penting dan sangat erat hubungannya dengan strategi reprodusi dalam rangka mempertahankan kehadiran spesies itu di alam.
Selain itu, fekunditas merupakan suatu subyek yang dapat menyesuaikan dengan bermacam-macam kondisi terutama dengan respons terhadap makanan.Jumlah telur yang dikeluarkan merupakan satu mata rantai penghubung antara satu generasi dengan generasi berikutnya, tetapi secara umum tidak ada hubungan yang jelas antara fekunditas dengan jumlah telur yang dihasilkan.
Pengetahuan fekunditas dan indeks gonad somatik
(IGS) merupakan salah satu aspek yang memiliki peran penting dalam biologi perikanan,
dimana fekunditas berkaitan erat dengan studi dinamika populasi, produksi serta
stock recruitment (Bagenal, 1978 dalam Effendie, 1997), sedangkan
nilai IGS digunakan untuk memprediksi kapan ikan tersebut akan siap
dilakukannya
pemijahan
(Kartamihardja dkk., 1999). Nilai IGS tersebut akan mencapai batas
kisaran aksimum pada saat akan terjadinya pemijahan (Effendie, 1979)Pemijahan
sebagai salah satu bagian dari reproduksi merupakan mata rantai daur hidup yang
menentukan kelangsungan hidup spesies. Penambahan populasi ikan bergantung pada
keberhasilan pemijahan (Nikolsky, 1963 dalam Satria, 1991).
Macam-macam fekunditas
Telah banyak usaha-usaha untuk menerangkan dan membuat definisi mengenai fekunditas. Mungkin definisi yang paling dekat dengan kebenarannya adalah seperti apa yang terdapat pada ikan Salmon (Onchorynchus sp). Ikan ini selama hidupnya hanya satu kali memijah dan kemudian mati.
Semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan itulah yang dimaksud dengan fekunditas. Tetapi karena spesies ikan yang ada itu bermacam-macam dengan sifatnya masing-masing, maka beberapa peneliti berdasarkan kepada definisi yang umum tadi lebih mengembangkan lagi definisi fekunditas sehubungan dengan aspek-aspek yang ditelitinya.Misalnya kesulitan yang timbul dalam menentukan fekunditas itu ialah komposisi telur yang heterogen, tingkat kematangan gonad yang tidak seragam dari populasi ikan termaksud, waktu pemijahan yang berbeda dan lain-lainnya. Bagenal (1978) membedakan antara fekunditas yaitu jumlah telur matang yang akan dikeluarkan dengan fertilitas yaitu jumlah telur matang yang dikeluarkan oleh induk.
Telah banyak usaha-usaha untuk menerangkan dan membuat definisi mengenai fekunditas. Mungkin definisi yang paling dekat dengan kebenarannya adalah seperti apa yang terdapat pada ikan Salmon (Onchorynchus sp). Ikan ini selama hidupnya hanya satu kali memijah dan kemudian mati.
Semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan itulah yang dimaksud dengan fekunditas. Tetapi karena spesies ikan yang ada itu bermacam-macam dengan sifatnya masing-masing, maka beberapa peneliti berdasarkan kepada definisi yang umum tadi lebih mengembangkan lagi definisi fekunditas sehubungan dengan aspek-aspek yang ditelitinya.Misalnya kesulitan yang timbul dalam menentukan fekunditas itu ialah komposisi telur yang heterogen, tingkat kematangan gonad yang tidak seragam dari populasi ikan termaksud, waktu pemijahan yang berbeda dan lain-lainnya. Bagenal (1978) membedakan antara fekunditas yaitu jumlah telur matang yang akan dikeluarkan dengan fertilitas yaitu jumlah telur matang yang dikeluarkan oleh induk.
1,FEKUNDITAS
IKAN BILIH (MYSTACOLEUCUS PADANGENSIS)
Kegiatan penangkapan ikan Bilih
banyak dilakukan di muara-muara sungai ekitar Danau Singkarak yang merupakan
daerah pemijahan ikan Bilih,sehingga dapat engurangi penambahan individu baru
ikan Bilih (stockrecruitment). Keadaan seperti ini dapat mengancam
kelestarian populasi ikan Bilih di Danau Singkarak.Ikan Bilih perlu
dilestarikan melalui pengelolaan habitat serta pemanfaatan yang memperhatikan
aspek reproduksi ikan Bilih.Salahsatu masalah dasar aspek reproduksi ikan Bilih
yang perlu dikaji adalah bagaimana fekunditas ikan Bilih yang masuk ke muara
sungai yang ada di sekitar Danau Singkarak.Kajian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui fekunditas ikan Bilih yang masuk ke muara sungai di sekitar
Danau Singkarak, yang menunjukkan potensi telur yang dihasilkan untuk pemijahan
ikan Bilih.
.1.
Pengambilan Contoh ikan BilihPenelitian ini menggunakan metode
survei.Pengambilan contohmenggunakan metode purposive random sampling, dengan
tempat pengambilancontoh ditentukan sebanyak tiga stasiun. Pengambilan contoh
ikan Bilih dilakukansatu kali per stasiun penelitian pada pukul 18.00 – 06.00
WIB pada setiap awalbulan November 2001 sampai awal bulan Januari 2002 di tiga
stasiun pengamatanyaitu muara Sungai Saning Bakar (Stasiun I), Paninggahan
(Stasiun II) danSumpur (Stasiun III).
.2.
Pengawetan Contoh Ikan BilihUntuk mencegah proses pembusukan telur dan ovarium
dalam tubuh ikan,maka contoh ikan disimpan dalam wadah yang berisi es,
selanjutnya dilaboratorium contoh ikan tersebut dimasukkan ke dalam freezer
(Effendie, 1979).
3.
Pengukuran Panjang dan Berat Tubuh Ikan BilihContoh ikan Bilih diukur
panjangnya dengan mistar ukur dan ditimbangberatnya dengan timbangan. Sistem
pengukuran yang digunakan adalah panjangtotal atau panjang mutlak (panjang AB)
yaitu panjang ikan yang diukur mulai dariujung terdepan bagian kepala sampai ujung
terakhir bagian ekor. Pada saat
dilakukannya
pengukuran mulut ikan harus berada dalam kondisi tertutup agartercapai ujung terdepan, bagian terdepan harus
bertepatan dengan angka 0,sedangkan bagian terbelakang yaitu ujung ekor ikan
(Effendie, 1979).
4.
Penentuan FekunditasFekunditas mutlak ikan Bilih yang berada pada tingkat
kematangan gonadIV dihitung berdasarkan metode sub contoh dengan grafimetrik
(Nikolsky, 1963)
sebagai
berikut:
F
: t = B : b
Keterangan:
F
= Fekunditas total
t
= Jumlah telur dari contoh gonad (butir)
B
= Berat gonad total (gram)
b
= Berat contoh gonad (gram)
NILAI
FEKUDINTASA
Nilai fekunditas mutlak ikan Bilih betina pada
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) IV yang diperoleh selama penelitian pada tiga
stasiun pengamatan secara keseluruhan berkisar 880 -4.723 butir/individu.Nilai
tersebut menunjukkan potensi telur yang dihasilkan untuk suatu pemijahan.
Hasil perhitungan fekunditas mutlak diperoleh jumlah
telur yang bervariasi menurut panjang total ikan, berat tubuh, dan berat gonad.
Ikan dengan ukuran yang sama belum tentu memiliki fekunditas yang sama pula.
Hal ini diduga disebabkan faktor ikan dalam pegambilan makanannya yang berbeda,
juga karena faktor lain, yang mana setiap individu meskipun satu spesies dan
memiliki ukuran yang sama pun akan memiliki fekunditas yang berbeda serta
ervariasi jumlahnya (Effendie, 1997).Pada penelitian ini diperoleh panjang
total ikan Bilih yang sudah matang gonad berkisar atara 75 – 105 mm dengan
kisaran berat tubuh atara 3,5 – 9,4 gram
serta
berat gonad 0,22 – 1,09 gram. Bagenal (1978) menyatakan bahwa ukuran ikan pada
saat pertama kali matang gonad tidak selalu sama tergantung pada keadaan
ekologis perairan. Bilih betina matang gonad yang diperoleh selama penelitian
dapat dilihat pada
Gambar
1.
Gambar
1. Grafik rataan nilai fekunditas ikan Bilih betina pada TKG IV pada tiga
stasiun
pengamatan
selama bulan November 2001 – Januari 2002
pada
stasiun I, II, dan III terjadi pada waktu yang sama pada bulan November 2001
yaitu sebesar 1.495 butir/individu (Stasiun I), 2.077 butir/individu (Stasiun
II), dan 1.890 butir/individu (Stasiun III). Rataan fekunditas tertinggi pada
setiap stasiun terjadi pada waktu yang sama pada bulan Januari 2002 yaitu
sebesar 3.004 butir/individu (Stasiun I), 3.397 butir/individu (Stasiun II),
dan 3.212 butir telur/individu (Stasiun III). Tingginya nilai fekunditas ikan Bilih
pada bulan
Januari
2002 dibandingkan dengan bulan pengamatan lainnya disebabkan secara keseluruhan
terlihat bahwa rataan panjang total, berat tubuh, dan berat gonad yang
diperoleh pada bulan Januari 2002 di tiga stasiun pengamatan lebih besar
dibandingkan yang diperoleh pada bulan November 2001
(Tabel
1).
Bulan
|
|
Stasiun
1
|
|
|
Stasiun11
|
|
|
Stasiun111
|
|
|
Pt
(mm)
|
Bt
(gr)
|
Bg
(gr)
|
Pt
(mm)
|
Bt
(gr)
|
Bg
(gr)
|
Pt
(mm)
|
Bt
(gr)
|
Bg
(gr)
|
Nof
2001
|
82,44
±
4,90
|
4,92
±
0,97
|
0,37
±
0,15
|
86,84
±
3,86
|
5,45
±
0,87
|
O,,51
±
0,15
|
83,9
±
2,97
|
4,99
±
0,79
|
0,46
±
0,12
|
Des
2001
|
84,74 ± 3,28
|
5,43 ± 0,94
|
0,53 ± 0,13
|
85,1
±
3,09
|
45,66
± 0,84
|
0,58
±
0,13
|
85,28
±
4,5
|
5,53
±
1,11
|
0,56
±
0,16
|
Jan
2002
|
92,72 ± 2,78
|
6,91±
0,84
|
0,73
± 0,13
|
93,6±
3,96
|
7,34±
0,94
|
0,82 ± 0,12
|
91,5 ± 12,23
|
7,06 ± 0,84
|
0,77±
0,12
|
Keterangan:
Pt = Panjang total, Bt = Berat total, Bg = Berat gonad
menunjukkan bahwa secara keseluruhan pada semua
stasiun pengamatan kisaran rataan panjang total, berat tubuh, dan berat gonad
yang diperoleh pada bulan November 2001
yaitu : 82,44 – 6,84 mm, 4,92 – 5,45 gram dan
0,37 – 0,51 gram.
Pada
bulan Januari 2002 kisaran rataan panjang total
yaitu
:91,5 – 93,6 mm dengan kisaran rataan berat tubuh dan berat gonad 6,91 – 7,34
gram dan 0,73 – 0,82 gram.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar
nilai berat tubuh dan berat ovari, maka fekunditas semakin tinggi. Hasil ini
sesuai dengan Syandri (1997) bahwa secara umum bertambahnya berat tubuh akan
mengakibatkan bertambahnya berat gonad dan fekunditas semakin tinggi.
Tingginya nilai fekunditas pada bulan Januari 2002
juga berhubungan dengan musim hujan di area Danau Singkarak.Musim juga
mempengaruhi fekunditas ikan (Syandri, 1997). Hasil pengamatan Stasiun
Klimatologi Sicincin Sumatera Barat menunjukkan bahwa pada bulan Januari 2002
curah hujan di area Danau Singkarak tertinggi dibandingkan dengan bulan
pengamatan lainnya yaitu 290 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 25 hari (musim
hujan), sedangkan pada bulan November 2001 curah hujan sebesar 78 mm/bulan
dengan jumlah hari hujan 23 hari, dan bulan Desember 2001 curah hujan sebesar
198 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 19 hari. Air hujan yang menimbulkan arus,
perubahan salinitas serta perubahan tinggi permukaan perairan dapat menjadi
rangsangan ikan untuk beruaya.
B, FEKUNDITAS
KEPITING BAKAU
Habitat kepiting bakau (Scylla serrata) adalahestuaria, daerah hutan bakau dan daerah
lepas pantaiyang mempunyai subtrat dasar perairan berlumpur(Rattanachote dan
Dangwatanakul, 1991). Siklushidup kepiting dimulai dari stadium telur
sampaimegalopa berada di perairan laut dan setelah masukPengaruh Kepadatan Terhadap Tingkat Kematangan Gonad danFekunditas Kepiting
Bakau (Scylla serrata)
Berdasarkan
kepada potensi populasi kepitingdan habitat di Desa Panggung,pengamatan
terhadap kematangan gonad danproduksi telur sebagai bagian dari siklus
hidupkepiting membutuhkan pengamatan lebih mendalam.
,Daftar
Pustaka
September.
Jakarta.Juwana, S. dan Kasijan Romimohtarto, 2000.Rajungan, Perikanan, Cara
Budiddaya dan Menu
Masakan.Djambatan.47
hal.Kasri, A. 1991.Budidaya kepiting bakau dan biologiringkas. Penerbit
Bhratara. Jakarta.
Kuntiyo.,
Arifin, Z. dan Supratno, T.K.P. 1993.Pedoman budidaya kepiting bakau (Scylla serrata)di tambak.
Lokakarya
pembentukanjaringan kerja pelestarian mangrove.Pemalang12 - 13 Agustus
1998.Landra, F.D, 1991. Mud crab fattening practises inthe Philippines.The Bureau
of Fisheries andAquatic Resources. Philippines.
Nurdjana,
M.L., Anindiastuti and B. saleh, 1980.Produksi induk matang telur udang
penaeid.
dalamNirnama, 1980. Pedoman
pembenihanudang penaeid. Dirjen Perikanan – Deptan. 37-
52
Pengaruh Kepadatan terhadap Tingkat Kematangan
Gonad dan Fekunditas Kepiting Bakau
(Hadi Endrawati, dkk) 201
Azhar.1993.
Studi Ekologi Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) di Danau Singkarak,
Sumatera Barat.Tesis. Program Pasca Sarjana IPB,
Bogor:
134 hlm.Bagenal, T.B. 1978. Aspects of Fish Fecundity. Ecology of Freshwater
Fish
Reproduction.Blackwell
Scientific Publications. Oxford: 75 – 101.
Direktorat
Perlindungan dan Pengawetan Alam (DPPA). 1980. Pedoman Pengelolaan Satwa
Langka. Jilid III. Serangga, Ikan serta Reptilia dan Mamalia Laut.
Direktorat
Jenderal Kehutanan, Bogor: 20 hlm.Effendie, I.M. 1979. Metode Biologi
Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor: 112 hlm.Effendie, I.M. 1997. Biologi
Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta:163 hlm.Junaidi, E. 2000.
Pemanfaatan
dan Pelestarian Ikan Bilih (Mystacoleucuspadangensis Bleeker.) di Danau
Singkarak, Sumatera Barat.Tesis.Program Pasca Sarjana ITB, Bandung: 98
hlm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar