Kamis, 30 Oktober 2014

keragaman spesies yang menghuni ekosistem mangrove di desa Poka.



BAB I
PENDAHULUAN

            A. Latar belakang.
            Estuary adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar). Lingkungan estuari merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi oleh pasang surut, seperti halnya pantai, namun umumnya terlindung dari pengaruh gelombang laut.  Lingkungan estuary umumnya merupakan pantai tertutup atau semi terbuka ataupun terlindung oleh pulau-pulau kecil, terumbu karang dan bahkan gundukan pasir dan tanah liat. Karena perairan estuary mempunyai Salinitas yang lebih rendah dari lautan dan lebih tinggi dari air tawar. Kisarannya antara 5 – 25 ppm. 
            Lokasi praktek yang terletak pada teluk dalam Ambon Baguala, merupakan daerah ekosistem estuari. Sebagian besar daerah estuari adalah daeraah bersubstrat lumpur yang merupakan endapan yang terbawa oleh air tawar dan air laut. Pada daerah ini terdapat komunitas mangrove yang  mempunyai fungsi ekologis antara lain sebagai tempat untuk mencari makan (feeding ground) (Nybakken, 1992), bukan hanya untuk biota namun juga untuk manusia. Berbagai invertebrata menggantungkan hidupnya pada produktivitas mangrove baik langsung maupun tidak langsung. Beberapa spesies memakan langsung daun maupun propagul mangrove, sedangkan lainnya mencerna partikel organik halus, baik yang tersuspensi dalam kolom air sebagai “filter feeder” maupun yang telah terendapkan di dasar lumpur  (Noor , et al., 1999). Ada pula spesies predator ataupun pemakan sisa-sisa tumbuhan dan pemangsa hewan lain (Hogarth, 1999). Selain itu ekosistem mangrove juga berperan sebagai tempat pemijahan (spawning ground), tempat pembesaran (nursery ground) bagi berbagai jenis hewan seperti ikan, udang dan kepiting (Nybakken, 1992; Bengen, 1999; Supriharyono, 2000) dan sebagai tempat bersarang (nesting ground) oleh banyak satwa (Komar et al., 1994).
            Melihat lokasi serta kondisi yang terjadi pada daerah tersebut, maka perlu dilakukan praktek mengenai ekosistem terbut, serta bagiamana kondisi oraganisme yang diketahui menyusun ekosistem daerah estuari dan bagaimana pengaruh  antara komponen abiotik terhadap komponen biotik pada sungai wailela dan sebaliknya.
            Dengan praktek ini diharapkan dapat memberikan pengtahuan kepada mahasiswa tentang ekologi perairan tawar, khususnya sungai.

            B. Tujuan dan Manfaat
            Tujuan
            Tujuan dari praktek ini adalah
·      Mahasiswa dapat menggunakan metode pengumpulan data dan informasi,
·      menganalisa data menggunakan metode analisi yang tepat dan menyampaikan hasil-hasil analisis secara baik.
·      Serta dapat menguraikan hasil-hasil analsis dari aspek lingkungan fisik, kimia dan biologis perairan laut.
            Manfaat
·         Mahasiswa mampu mengetahui apa saja komunitas penyusun ekosistem estuari pada perairan di sekitar desa Poka, disekitar ekosistem mangrove.
·         Mahasiswa mampu menghitung analisis keragaman spesies yang menghuni ekosistem mangrove di desa Poka.
·         Sebagai nilai praktek pada mata kuliah Ekologi Perairan.

            C. Waktu dan Lokasi Praktikum
·         Waktu
Praktek ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Juni 2009. Pada pukul 10.00-12.30 WIT

·         Lokasi Praktek
Praktek ini dilaksanakan pada perairan Estuari di desa Poka, kecamatan Baguala. Untuk mengetahui data fisik dan biologi, daerah pengambilan sampel dibagi dalam tiga transek Daerah pengambilan sampel pada setiap transek dibagi menjasi 3 kuadran.


 BAB II
METODE PRAKTEK

1. Alat dan Bahan praktek
            Alat:
·         Meter rol
·         Meteran kain
·         Frame 1 x 1 meter
·         PH meter
·         Refraktometer
·         Termometer
·         Tali
            Bahan
·         Kantong Plastik
·         Karet Gelang
·         Tissue
·         Spidol Permanent
·         Aquades

2. Metoda Praktek
A. Pengukuran dan Pengambilan Data Fisik
·         Temperatur udara dan air diukur dengan thermometer, salinitas dengan refraktometer, dan PH dengan pH meter. Kemudian catat kondisi cuaca selama kegiatan praktikum berlangsung.
·         Amati dan catat kondisi fisik substrat dasar perairan (berbatu atau berlumpur), kondisi air (jernih atau keruh) dan catat penyebabnya.

                        B. Pengambilan Data Biologi
·         Tarik garis transek dari tepi sungai yang satu ke tepi sungai yang lain (bila sungainya dangkal), atau tarik garis transek pada salah satu tepi sungai bila sungainya dangkal.
·         Pada interval jarak tertentu sepanjang garis transek (misalnya 2m atau 5m), letakan kuadran contoh 1 X 1 meter.
·         Hitung dan catat jumlah individu tiap jenis biota dalam kuadran contoh (Tumbuhan maupun hewan dll).
·         Ambil 1 – 2 spesimen sebagai sampel, kemudian masukan dalam kantong plastik.
·         Catat kondisi substrat pada tiap kuadran contoh.

            3. Analisis Data
Kepadatan (ind/m2)     =  
Kelimpahan (ind/m2)   =
Frekuensi kehadiran      =
Untuk mengetahui keragaman spesies di dalam komunitas, digunakan pendekatan kuantitaif yaitu dengan menggunakan tiga indeks ekologois (Odum, 1975), masing-masing indeks Diversitas (Keragaman) Spesies Shanon (H), Indeks Dominan Spesies Simpson (D) yang disebut juga sebagai indeks pengaruh terbesar dan indeks Keserasian (Eveness) Spesies (e).
            Secara matematis, formula dari indeks-indeks keragaman spesies biota di dalam komunitas tersebut (Odum, 1975) adalah sebagai berikut:
·         Indeks Keragaman Spesies Shanon    : ‘H      = -∑ (pi) ln (pi)
·         Indeks Dominansis Spesies Simpson  :  D      = ∑ (pi)²
·         Indeks Keserasian Spesies (Eveness)  :  e       = ‘H/ ln S
Dimana            : Pi  adalah ni/N
                          ni adalah jumlah individu dari spesies contoh ke – i
                          N  adalah jumlah individu semua spesies contoh
                          S adalah jumlah spesies contoh yang diperoleh melalui suatu pengamatan.
Notasi dari formula-formula di atas memberikan nilai indikasi bahwa fungsi kelimpahan individu dari spesies dalam suatu komunitas biologis sangat menentukan keragaman spesies dalam suatu komunitas biologis.
Kisaran nilai dari indeks-indeks ekologi adalah sebagai berikut (Odum, 1971, 1975)
·         Indeks Keragaman Spesies Shanon    : ‘H      = 0 – 4
·         Indeks Dominansi Spesies Simpson   :  D      = 0 – 1
·         Indeks Keserasian Spesies Eveness    :  e       = 0,6 – 0,8

 
BAB III
PEMBAHASAN

            A. Data Hasil Praktek
            Data praktek yang dilakukan pada tiap kuadran untuk masing-masing transek disajikan sebagai berikut:
           Transek I
            a. Kuadran 1
Tabel 1.Data pada kuadran 1, transek I
Parameter yang diukur
Hasil
·         Substrat
·         Organisme
Berlumpur berbatu
Krustasea 32, Kepiting 4, Gastropoda 69

            b. Kuadran II
Tabel 2. Data pada kuadran 2, Transek I
Parameter yang diukur
Hasil
·         Substrat
·         Organisme
Berbatu
Anakan ikan 1, krustasea 21, Gastropoda 40, Kepiting 1

            c. Kuadran III
Tabel 3. Data pada kuadran 3, Transek I
Parameter yang diukur
Hasil
·         Substrat
·         Organisme
Berlumpur
Gastropoda 27,


           Transek II
            a. Kuadran 1
Tabel 4. Data pada kuadran 1, Transek II
Parameter yang diukur
Hasil
·         Substrat
·         Organisme
Berbatu
Gastropoda125, Krustase 74

            b. Kuadran 2
Tabel 5. Data pada kuadran 2, Transek II
Parameter yang diukur
Hasil
·         Substrat
·         Organisme
Berlumpur berbatu
Kepiting 2, Bivalvia 2, Lamun, Krustasea 8.

            c. Kuadran 3
Tabel 6. Data pada kuadran 3, transek II
Parameter yang diukur
Hasil
·         Substrat
·         Organisme
Berlumpur
Krustasea 8, Gastropoda 12, Bivalvia 1.

            Transek III
            a. Kuadran 1
Tabel 7. Data pada kuadran 1, transek III
Parameter yang diukur
Hasil
·         Substrat
·         Organisme
Berlumpur berbatu
Gastropoda 96, Kepiting 1, Krustasea 44

b. Kuadran 2
Tabel 8. Data pada kuadran 2, transek III
Parameter yang diukur
Hasil
·         Substrat
·         Organisme
Berlumpur berbatu
Ubur-ubur 1, mangrove1, lamun, Krustasea 20, Gastropoda 15, Bivalvia 2.

            c. Kuadran 3
Tabel 9. Data pada kuadran 3, transek III
Parameter yang diukur
Hasil
·         Substrat
·         Organisme
Berlumpur
Krustasea 6, Gastropoda 8

            Kondisi cuaca : mendung (berawan).
            Kondisis air Keruh akibat dari banyaknya lumpur yang terdapat pada substrat tersebut.
 
 
Tabel 10. Data organisme di laut
No
Jenis
n
Transek I
Transek II
Transek III
Total
KW1
KW2
KW3
KW1
KW2
KW3
KW1
KW2
KW3
1
Gastropoda

69
40
27
125
-
12
96
15
8

2
Kepiting

3
1
-
-
2
-
1
-
-

3
Ikan

-
1
-
-
-
-
-
-
-

4
Lamun

-
-
-
-
Ada
-
-
-
-

5
 Bivalvia

-
-
-
-
2
1
-
2
-

6
Mangrove

-
-
-
-
-
-
-
1
-

7
Krustasea

32
-
-
74
8
8
44
20
6

8
Ubur-ubur

-
-
-
-
-
-
-
1
-



             B. Analisis Data
            Transek 1; kuadran1
No
Organisme
ni
Pi
pi²
Ln (pi)
Pi ln (Pi)
1
2
3
Gastropoda
Kepiting
Krustasea
69
3
32
0.66
0.03
0.31
0.436
0.009
0.096
-0.415
-3.506
-2.343
-0.2739
-0.00027
-0.726


N= 104

D = 0.541

H = 1.00017

  • Indeks keragaman spesies shannon : ‘H         = -∑ (pi) ln(pi)
                                                            = - (-1.0017) = 1.0017
  • Indeks Dominansi Spesies Simpson : D         = ∑ (pi)2
                                                            = 0.541
  • Indeks keserasian spesies (Eveness) : e           = ‘H / ln S
                                                            = 1.00017 / 3
                                                            = 0.33339
Berdasarkan hasil di atas maka:
·         Indeks Keragaman Spesies Shanon kecil , yang artinya spesies biota pada transek 1; kuadran 1 spesies jarang memiliki variasi yang tidak terlalu rendah.
·         Indeks dominasi Simpson menunjukan bahwa biota atau spesies kategori umum pada transek 1 kuadran 2 tidak terlalu banyak.
·         Menyangkut Indeks keserasian Eveness, maka dapat disimpulkan bahwa biota dalam transek 1 kuadran 1, tidak berada dalam kondisi atau status “Steady State”.
Transek1; kuadran2
No
Organisme
ni
pi
pi²
Ln (pi)
Pi ln (Pi)
1
2
3
Gastropoda
Kepiting
Ikan
40
1
1
0.95
0.02
0.02
0.9025
0.0004
0.0004
-0.051
-3.912
-3.912
-0.048
-0.078
-0.078


N = 42

D = 0.9033

H = 0.204

  • Indeks keragaman spesies shannon : ‘H         = -∑ (pi) ln(pi)
                                                                        = - (-0.204)
                                                                        = 0.204
  • Indeks Dominansi Spesies Simpson : D         = ∑ (pi)2
                                                                        = 0.9033
  • Indeks keserasian spesies (Eveness) : e           = ‘H / ln S
                                                                        = 0.204 / 3
                                                                        = 0.068
Berdasarkan hasil di atas maka:
·         Indeks Keragaman Spesies Shanon kecil , yang artinya spesies biota pada transek 1; kuadran 2 spesies jarang memiliki variasi yang rendah.
·         Indeks dominasi Simpson menunjukan bahwa biota atau spesies kategori umum pada transek 1 kuadran 2 sedikit ditunjukan dengan nilai indeks dominansi Simpson yang kecil.
·         Menyangkut Indeks keserasian Eveness, maka dapat disimpulkan bahwa biota dalam transek 1 kuadran 2 , berada dalam kondisi atau status “Steady State”.
            Transek 1; kuadran3
No
Organisme
ni
pi
pi²
Ln (pi)
Pi ln (Pi)
1
Gastropoda
27
1
1
0
0


N = 27

D = 1

H = 0

  • Indeks keragaman spesies shannon : ‘H         = -∑ (pi) ln(pi)
                                                                        = 0
  • Indeks Dominansi Spesies Simpson : D         = ∑ (pi)2
                                                                        = 1
  • Indeks keserasian spesies (Eveness) : e           = ‘H / ln S
                                                                        =0/ 1
                                                                        = 0
            Berdasarkan hasil di atas maka:
·         Indeks Keragaman Spesies Shanon rendah , yang artinya spesies biota pada transek 1; kuadran 3 spesies jarang memiliki variasi yang rendah.
·         Indeks dominasi Simpson menunjukan bahwa biota atau spesies kategori umum pada transek 1; kuadran 3 ternyata banyak ditunjukan dengan nilai Indeks Dominansi Spesies Simpson tinggi.
·         Menyangkut Indeks keserasian Eveness, maka dapat disimpulkan bahwa biota dalam transek 1; kuadran 3 , tidak berada dalam kondisi atau status “Steady State”.


            Transek 2; kuadran 1
No
Organisme
ni
Pi
pi²
Ln (pi)
Pi ln (Pi)
1
2
Gastropoda
Krustasea
125
74
0.628
0.371
0.394
0.137
-0,465
-0,991
-0,292
-0,367


N = 199

D = 0,531

H = 0,659

  • Indeks keragaman spesies shannon : ‘H         = -∑ (pi) ln(pi)
                                                                        = 0.659
  • Indeks Dominansi Spesies Simpson : D         = ∑ (pi)2
                                                                        = 0.531
  • Indeks keserasian spesies (Eveness) : e           = ‘H / ln S
                                                                        =0.659/ 2
                                                                        = 0.329
            Berdasarkan hasil di atas maka:
·         Indeks Keragaman Spesies Shanon rendah , yang artinya spesies biota pada transek 2; kuadran 1 spesies jarang memiliki variasi yang rendah.
·         Indeks dominasi Simpson menunjukan bahwa biota atau spesies kategori umum pada transek 2; kuadran 1 ternyata sedikit, ditunjukan dengan nilai Indeks Dominansi Spesies Simpson rendah.
·         Menyangkut Indeks keserasian Eveness, maka dapat disimpulkan bahwa biota dalam transek 2; kuadran 1 , tidak berada dalam kondisi atau status “Steady State”.

            Transek 2; kuadran 2
No
Organisme
ni
pi
pi²
Ln (pi)
Pi ln (Pi)
1
2
3
Kepiting
Bivalvia
Krustasea
2
2
8
0.166
0.166
0.666
0.027
0.027
0.443
-1.795
-1.795
-0.406
-0.297
-0.297
-0.270


N = 12

D = 0.497

H = 0.864

  • Indeks keragaman spesies shannon :  H          = -∑ (pi) ln(pi)
                                                                        = 0.659
  • Indeks Dominansi Spesies Simpson :  D        = ∑ (pi)2
                                                                        = 0.531
  • Indeks keserasian spesies (Eveness) :  e          = ‘H / ln S
                                                                        =0.659/ 2
                                                                        = 0.329
Berdasarkan hasil di atas maka:
·         Indeks Keragaman Spesies Shanon rendah , yang artinya spesies biota pada transek 2; kuadran 2 spesies jarang memiliki variasi yang rendah.
·         Indeks dominasi Simpson menunjukan bahwa biota atau spesies kategori umum pada transek 2; kuadran 2 ternyata sedikit, ditunjukan dengan nilai Indeks Dominansi Spesies Simpson rendah.
·         Menyangkut Indeks keserasian Eveness, maka dapat disimpulkan bahwa biota dalam transek 2; kuadran 2 , tidak berada dalam kondisi atau status “Steady State”.

Transek 2 kuadran 3

No
Organisme
ni
pi
pi²
Ln (pi)
Pi ln (Pi)
1
2
3
Gastropoda
Bivalvia
Krustasea
12
1
8
0,571
0,047
0,380
0,326
0,002
0,144
-0,560
-3,507
-0,967
-0,319
-0,164
-0,367


N = 21

D = 0.472

H = 0.85

  • Indeks keragaman spesies shannon : ‘H         = -∑ (pi) ln(pi)
                                                            = 0.85
  • Indeks Dominansi Spesies Simpson : D         = ∑ (pi)2
                                                            = 0.47
  • Indeks keserasian spesies (Eveness) : e           = ‘H / ln S
                                                            =0.85/ 3
                                                            = 0.283
Berdasarkan hasil di atas maka:
·         Indeks Keragaman Spesies Shanon tinggi , yang artinya spesies biota pada transek 2; kuadran 3 spesies jarang memiliki variasi tinggi.
·         Indeks dominasi Simpson menunjukan bahwa biota atau spesies kategori umum pada transek 2; kuadran 3 ternyata sedikit, ditunjukan dengan nilai Indeks Dominansi Spesies Simpson rendah.
·         Menyangkut Indeks keserasian Eveness, maka dapat disimpulkan bahwa biota dalam transek 2; kuadran 3 , tidak berada dalam kondisi atau status “Steady State”.

Transek 3 Kuadran 1
No
Organisme
ni
pi
pi²
Ln (pi)
Pi ln (Pi)
1
2
3
Gastropoda
kepiting
Krustasea
96
1
44
0,680
0,007
0,312
0,462
0,000049
0,103
-0,385
-4,96
-1,164
-0,262
-0,034
-0,363


N = 141

D = 0,565

H = 0,659

  • Indeks keragaman spesies shannon : ‘H         = -∑ (pi) ln(pi)
                                                                        = 0,659
  • Indeks Dominansi Spesies Simpson : D         = ∑ (pi)2
                                                                        = 0.565
  • Indeks keserasian spesies (Eveness) : e           = ‘H / ln S
                                                                        =0,659/ 3
                                                                        = 0.219
Berdasarkan hasil di atas maka:
·         Indeks Keragaman Spesies Shanon tinggi , yang artinya spesies biota pada transek 3; kuadran 1 spesies jarang memiliki variasi tinggi.
·         Indeks dominasi Simpson menunjukan bahwa biota atau spesies kategori umum pada transek 3; kuadran 1 ternyata banyak, ditunjukan dengan nilai Indeks Dominansi Spesies Simpson tinggi.
·         Menyangkut Indeks keserasian Eveness, maka dapat disimpulkan bahwa biota dalam transek 3; kuadran 1 , berada dalam kondisi atau status “Steady State”.



Transek 3 Kuadran 2
No
Organisme
ni
pi
pi²
Ln (pi)
Pi ln (Pi)
1
2
3
4
5
Gastropoda
Bivalvia
Mangrove
Krustasea
Ubur-ubur
15
2
1
20
1
0,384
0,051
0,025
0,512
0,025
0,147
0,0026
0,00062
0,262
0,00062
-0,957
-2,975
-3,688
-0,669
-3,688
-0,367
-0,151
-0,192
-0,342
-0,092


N = 39

D = 0,413

H = 1,044
  • Indeks keragaman spesies shannon : ‘H         = -∑ (pi) ln(pi)
                                                                        = 1,044
  • Indeks Dominansi Spesies Simpson : D         = ∑ (pi)2
                                                                        = 0.413
  • Indeks keserasian spesies (Eveness) : e           = ‘H / ln S
                                                                        =1,044/ 5
                                                                        = 0.208
Berdasarkan hasil di atas maka:
·         Indeks Keragaman Spesies Shanon tinggi , yang artinya spesies biota pada transek 3; kuadran 2 spesies jarang memiliki variasi tinggi.
·         Indeks dominasi Simpson menunjukan bahwa biota atau spesies kategori umum pada transek 3; kuadran 2 ternyata banyak, ditunjukan dengan nilai Indeks Dominansi Spesies Simpson rendah
·         Menyangkut Indeks keserasian Eveness, maka dapat disimpulkan bahwa biota dalam transek 3; kuadran 2 , berada dalam kondisi atau status “Steady State”.

Transek 3 Kuadran 3
No
Organisme
ni
pi
pi²
Ln (pi)
Pi ln (Pi)
1
2
Gastropoda
Krustasea
8
6
0,571
0,428
0,326
0,184
-0,560
-0,849
-0,319
-0,363


N = 14

D = 0,51

H = 0,682
  • Indeks keragaman spesies shannon : ‘H         = -∑ (pi) ln(pi)
                                                                        = 0,682
  • Indeks Dominansi Spesies Simpson : D         = ∑ (pi)2
                                                                        = 0.51
  • Indeks keserasian spesies (Eveness) : e           = ‘H / ln S
                                                                        =0,682/ 2
                                                                        = 0.341
Berdasarkan hasil di atas maka:
·         Indeks Keragaman Spesies Shanon tinggi , yang artinya spesies biota pada transek 3; kuadran 3 spesies jarang memiliki variasi tinggi.
·         Indeks dominasi Simpson menunjukan bahwa biota atau spesies kategori umum pada transek 3; kuadran 3 ternyata banyak, ditunjukan dengan nilai Indeks Dominansi Spesies Simpson tinggi
·         Menyangkut Indeks keserasian Eveness, maka dapat disimpulkan bahwa biota dalam transek 3; kuadran 3 , berada dalam kondisi atau status “Steady State”.


            Kepadatan
Kepadatan (ind/m2)     =
·         Kepadatan Gastropoda                       =  392/ 108      = 3,629
·         Kepadatan Kepiting                            = 7/ 108           = 0,064
·         Kepadatan Ikan                                  = 1/ 108           = 0,009
·         Kepadatan Bivalvia                            = 5/ 108           = 0,046
·         Kepadatan Mangrove                         = 1/ 108           = 0,009
·         Kepadatan Krustasea                          = 192 / 108      = 1,777
·         Kepadatan Ubur-ubur                         = 1/ 108           = 0,009

            Kelimpahan

Kelimpahan (ind/m2)   =
·         Kelimpahan Gastropoda                     = 392/ 107       = 3,6635
·         Kelimpahan Kepiting                          = 7/ 4               = 1,75
·         Kelimpahan Ikan                                 = 1/1                = 1
·         Kelimpahan Bivalvia                           = 5/ 102           = 0,049
·         Kelimpahan Mangrove                        = 1/ 100           = 0,01
·         Kelimpahan Krustasea                        = 192/ 106       = 1,811
·         Kelimpahan Ubur-ubur                       = 1/ 100           = 0,01

 
            Frekuensi Kehadiran

Frekuensi kehadiran      =


·         Gastropoda                                         =       = 0,88
·         Kepiting                                              =       = 0,44
·         Ikan                                                     =       = 0,11
·         Bivalvia                                               =       = 0,33
·         Mangrove                                            =       = 0,11
·         Krustasea                                            =       = 0,77
·         Ubur-ubur                                           =       = 0,11

 
C. Pembahasan

1. Aspek lingkungan fisik kimia
v  Salinitas
            Salinitas pada daerah pengambilan sampel adalah 35 ppm.
v  Suhu
Suhu berperan penting terhadap proses fisiologis (fotosintesis dan respirasi).
Suhu udara yang diukur adalah 290C. Suhu tersebut tidak begitu tinggi karena penutupan awan pada saat pengambilan sampel adalah ¾ atau hampir penuh. Selain itu, pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari, sehingga penyinaran matahari belum terlalu panas.
v  Substrat
Substrat pada daerah pengamatan berbeda-beda. Pada daerah yang berbatasan langsung dengan daratan, jenis substratnya berbatu dan berpasir.sedangkan semakin ke arah laut,substratnya berlumpur karena berada di sekitar daerah ekosistem mangrove.
Gambar Substrat dapat dilihat di bawah ini :
Transek3 kw21      JePre3TT  

     Gbr. 1 Substrat pada transek 2 kw 2                    Gbr. 2 Substrat pada transek 3 kw 1

JePre3TT        JePre3TT
                Gbr. 3 Substrat pd transek 3 kw 3                     Gbr. 4 Substrat pada transek 1 kw 2

v  Kondisi Air
Pada saat praktek dilakukan kondisi airnya keruh,hal ini dapat diakibatkan oleh kondisi substrat yang berlumpur, selain itu disebabkan juga oleh
v  Cuaca
Cuaca pada saat praktek dilaksanakan adalah mendung dan berawan
Kondisi Biologi
v  Gastropoda
Gastropoda pada hutan mangrove berperan penting dalam proses dekomposisi serasah dan mineralisasi materi organik terutama yang bersifat herbivor dan detrivor, dengan kata lain Gastropoda berkedudukan sebagai dekomposer. Kehadiran Gastropoda sangat ditentukan oleh adanya vegetasi mangrove yang ada di daerah pesisir. Kelimpahan dan distribusi Gastropoda dipengaruhi oleh faktor lingkungan setempat, ketersediaan makanan, pemangsaan dan kompetisi. Tekanan dan perubahan lingkungan dapat mempengaruhi jumlah jenis dan perbedaan pada struktur.
            Gastropoda yang ditemukan pada saat praktek terdiri dari beberapa spesies antara lain :
-          Cerithium atratum
-          Gyrineum gyrinum
-          Tanea lineata
-          Naticarius cancena
-          Nerita longii
-          Nerita Peloronta
-          Zeuxis hirasei
-          Horn shelle
-          Vitta virginea
-          Telescopium telescopium.

                                               
Telescopium telescopium                       Vitta virginea

                                                Gbr. 5 Telescopium telescopium                       Gbr. 6 Vitta virginia                 
                                                                                    
                                                                                  Gbr. 7 Cerithium atratum

            Letak gastropoda yang ditemukan pada lokasi pratek bervariasi. Dari yang sangat dekat dengan permukaan air hingga jauh dari permukaan air. Gastropoda yang kami temukan pada pohon mangrove biasanya menempel di akar napas, daun atau cabang. Sedangkan lainya ditemukan di darat yang substratnya berbatu dan sebagian kecil ditemukan di dalam air pada substrat yang berlumpur.
Penjelasan di atas dapat dilihat pada gambar berikut ;

Foto0824     Foto0820       JePre3TT
                    Gbr.8                                             Gbr.   9                                      Gbr.10

Ket gbr :
-          Gbr 8    gastropoda yang menempel pada akar mangrove.
-          Gbr 9  gastropoda yang menempel pada daun mangrove.
-          Gbr  10 gastropoda yang menempel pada batang mangrove.
v  Krustasea
Krustasea yang ditemukan pada saat melakukan praktek biasanya bercangkang seperti gastropoda. Dan lebih banyak ada di substrat yang berbatu dan berpasir.Pada umumnya krustasea yang ditemukan pada daratan ini belum dewasa(masih anakan). Berdasarkan hasil  praktek, dapat diketahui bahwa Krustasea juga hidup menempel pada batang, daun serta akar mangrove. Selain itu juga ditemukan di dalam air, pada subatrat berlumpur. Berdasarkan perhitungan, frekuensi kehadiran krustasea cukup besar yaitu 0,77.

v  Bivalviavia
Tidak banyak bivalvia yang ditemukan pada praktek, seperti jumlah gastropoda serta krustasea yang ditemukan. Bivalvia yang telah diidentifikasi adalah sebagai berikut ;
-          Neotrigonia gema
-          Dosinia exolea
-          Timoclea ovata
-          Tapes decussatus
-          Siliqua radiata
Gambar dari beberapa spesies tersebut adalah sebagai berikut ;
Timoclea ovata     Neotrigonia gemma
            Gbr. 11 Timoclea ovata         Gbr. 12  Neotrigonia gema
                                    Siliqua radiata    
                                                  Gbr. 13   Siliqua radiata     
Bivalvia yang ditemukan berada pada substrat berlumpur, serta membenamkan dirinya ke dalam lumpur. Yang melekat pada substrat berbatu, namun nama spesiesnya belum terindifikasi oleh kelompok kami, seperti gambar salah satu jenis  spesies bivalvia (tiram) di bawah ini.
JePre3TT
Gbr. 14 Tiram.



v  Lamun
            Syarat dalam habitat lamun adalah perairan dangkal, memiliki substrat yang lunak dan perairan yang cerah. Syarat lainnya adalah sirkulasi air yang membawa bahan nutiren dan substrat serta membawa pergi sisa-sisa metabolisme.
            Berdasarkan pada lokasi substrat, maka dapat diketahui bahwa substrat  pada lokasi praktek sangat sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan lamun. Karena substrat pada sekitar estuari desa poka berlumpur, serta kondisi perairannya yang dangkal.
            Namun, hal tersebut sangat bertolak belakang dengan hasil yang didapat oleh kelompok kami. Dalam praktek yang dilakukan, lamun tidak begitu banyak. Frekuensi kehadiran lamun hanya 1/9 (0.11), dan hanya ditemukan pada transek 2, kuadran 2.
            Permasalahan utama yang mempengaruhi perkembangan lamun pada daerah poka adalah adanya pencemaran air, baik oleh sampah rumah tangga, maupun pembuangan limbah panas dari PLTD desa Poka. Penjelasan leih lanjut akan dipaparkan pada bagian lain dari laporan ini.
v  Mangrove
            Mangrove merupakan sekumpulan tumbuhan berkayu maupun berupa semak belukar yang mampu tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah peralihan antara darat dan laut yang secara periodic masih terkena bahkan tergenangi air pasang. Tumbuhan-tumbuhan mangrove sering dikenal dengan istilah ‘vegetasi mangrove’, sedangkan habitat mangrove lebih dikenal dengan istilah ‘mangal’. Vegatasi mangrove tidak akan kita jumpai di habitat lain, mereka hanya dapat ditemukan di habitatnya, yaitu daerah intertidal atau daerah antara darat dan laut.
            Sampel yang diambil pada ketiga transek, hanya 1 transek saja yang memiliki pohon mangrove, yaitu Transek 3 kuadran 2.           Spesies mangrove yang ditemukan pada lokasi praktek adalah spesies Sonneratia alba.
            Sonneratia alba adalah salah satu jenis pohon yang hidup di hutan mangrove. Jenis ini merupakan famili dari Sonneratiaceae. Spesies ini sering disebut oleh masyarakat sekitar sebagai mange-mange.
Foto0827
Gbr. 15  Pohon Sonneratia alba

            Pohon ini selalu hijau mempunyai tinggi sampai 16 meter, pohon ini mempunyai akar nafas, kulit kayunya berwarna putih tua hingga coklat, akarnya berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul di atas permukaan tanah sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul.
 Daunnya berkulit, bentuknya bulat telur terbalik ujungnya membundar dengan ukuran panjang 5-10 cm. Permukaan atas dan bawah daun hampir sama.
Foto0810
Gambar 16. Daun Sonneratia alba

             Tangkai bunga pohon ini tumpul dengan panjang 1 cm, letaknya di ujung pada cabang kecil, mahkota berwarna putih, dengan jumlah kelopak 6-8 helai, berwarna merah dan hijau. Ukuran diameter 5- 8 cm, mengandung banyak madu pada pembuluh kelopak serta mudah rontok.
            Buahnya berdiameter 3,5 – 4,5 cm. Warnanya hijau, serta permukaannya halus. kelopak berbentuk cawan, menutupi dasar buah, helai kelopak menyebar atau melengkung, berisi 150 - 200 biji dalam buah
Foto0822
Gambar 17. buah Sonneratia alba

            akarnya berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul di atas permukaan tanah sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul.
Foto0811
Gambar 18. perakaran mangrove.



v  Ubur-ubur
Frekuensi kehadiran ubur-ubur hanya 1/9. Ubur-ubur ditemukan pada transek 3 kuadran 2. Ubur-ubur yang ditemukan dalam praktek kali ini, disajukan pada gambar berikut :
JePre3TT
Gbr.19 Ubur-ubur

v  Ikan
Hanya satu ikan yang ditemukan pada saat penelitian yaitu anakan ikan kuda.

v  Kepiting
Frekuensi kehadiran kepiting 4/9 (0,44). Seluruh kepiting yang ditemukan adalah anakan kepiting.









            Aktivitas manusia yang merusak ekosistem

            Berdasarkan hasil pantauan kami, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ekosistem di sekitr tempat praktek berlangsung sedang mengalami degradasi. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya aktivitas manusia yang berdampak negatif, antara lain :
·         Aktivitas pembuangan sampah
Pembuangan sampah baik sampah padat maupun cair berdampak negatif terhadap ekosistem tersebut. Sampah yang menumpuk memungkinkan tertutupnya pneumatofora (sistem perakaran mangrove) dan akan mengalami kematian pohon-pohon mangrove.
Gbr 20.Sampah yang dibuang di sekitar lokasi praktek.
·         Pencemara minyak yang terjadi di sepanjang teluk baguala.
Aktifitas penyebrangan yang terjadi pada teluk dalam Baguala, memberikan dampak berupa buangan minyak pada daerah tersebut. Sehingga mangakibatkan matinya komunitas mangrove, akibat terlapisnya pneumatofora oleh lapisan minyak. Kerusakan total yang terjadi pada ekosistem mangrove akan mengakibatkan musnahnya daerah asuhan (nursery ground) bagi larva dan bentuk-bentuk juvenil ikan dan udang yang komersil dan akan mengancam kelangsungan jenis ikan tersebut. Sedikitnya jumlah lamun yang berada pada daerah praktek juga diperkirakan karena adanya tumpahan minyak. Lapisan minyak pada daun lamun juga akan menghalangi cahaya untuk sampai ke permukaan daun dan menembusnya dan dengan demikian lamun tidak dapat berfotosintesis dan menyebabkan kematian.
·         Adanya aktivitas PLTD pada daerah poka maupun Hative Kecil.
Lokasi praktek ini terletak pada sekitar PLTD Poka. Water cooling oleh PLTD akan menyebabkan matinya berbagaioragnisme pada daerah tersebut, karena tidak dapat berasosiasi dengan suhu air yang panas.
·         Pembuangan hahjat oleh masyarakat sekitar.


















BAB IV
PENUTUP

            A. Kesimpulan
            Berdasarkan hasil praktek yang dilakukan kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai    berikut :
·         Biota laut yang ditemukan pada praktek kali ini adalah Mangrove, lamun, Kepiting, Krustasea, gastropoda, ikan dan ubur-ubur.
·         Gastropoda dan Krustasea memiliki tingkat kehadiran frekuensi yang tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya.
·         Umumnya, Indeks Keragaman Spesies Shanon kecil dan Indeks dominasi Simpson menunjukan bahwa biota atau spesies yang terdapat di sungai, mempunyai kelimpahan individu yang berbeda-beda ada yang tinggi dan ada yang rendah. Menyangkut Indeks keserasian Eveness, tidak semua kuadran berada dalam kondisi atau status “Steady State

B. Saran.
Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran harus lebih lengkap, pengukuran harus lebih teliti, serta Pemahaman terhadap cara analisis dan perhitungan data harus baik, agar laporan yang dibuat sesuai dengan yang diinginkan.







Daftar Pustaka

·         Sahetapy, D dkk. 2006. Buku Ajar Ekologi Perairan. Universitas Pattimura
·         De Bruya, R.H. 2003 The Complete encyclopedia of shells. Rebo Publiser.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar